“Tua-muda sama-sama lucunya”, itulah
kalimat pendek yang sering diucapkan oleh para Suster yang tinggal di Komunitas
RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya.
Sebagai bentuk rasa syukur untuk pengalaman
cinta Allah yang luar biasa dan penuh persaudaraan yang indah dalam komunitas,
maka dirangkum dalam pesta family. Acara dimulai dengan pembaharuan komunitas pada hari Jumat, 10 Juli
2015 pukul 05.00 WIB, dengan tema: Indahnya Komunitas Hidup Bakti.
Dinamika pembaharuan
ini dipimpin oleh Sr.
Gisela dan Sr.
Trie, SSpS.
Pada hari Sabtu, 11 Juli 2015 pukul
17.00 WIB, Misa Syukur Pesta keluarga dengan tema: “Sukacita
sebagai Misionaris Mewarnai
Komunitasku”. Misa dipersembahkan oleh P. Ketut SVD. Dihadiri oleh
seluruh Suster anggota komunitas,ikut bergabung pula Sr. Yosefa SSpS yang sedang berobat dan Sr. Valentin SSpS Misionaris Taiwan yang sedang berlibur.
Misa syukur ini
terasa meriah karena ada beberapa dinamika yang telah disiapkan oleh Sr. Yohana SSpS selaku seksi liturgi. Sebagai pengganti seruan
tobat, para suster diajak untuk hening sambil diiringi musik instrumen. “Sungguhkah sukacita sejati sebagai seorang religius misionaris terpancar kuat dalam kehadiran kita khususnya
di komunitas? adakah hal-hal yang merintangi
dan membuat kita tidak mampu me-mancarkan
kegembiraan sejati, yang lahir dari pribadi yang mengalami dicintai Allah tanpa
syarat?” inilah beberapa kalimat pertanyaan yang menjadi bahan untuk permenungan singkat. Setelah itu semua suster diundang untuk membuat dan menempelkan tulisan dalam kertas yang telah
dibuat dalam bentuk gambar buah, binatang
dll.
Mengawali kotbahnya P. Ketut SVD
mengungkapkan adapun maksud dan tujuan
diadakan pesta family pada bulan Juli dan bukan pada bulan Agustus, adalah untuk
merayakan sukacita bersama yang penuh cinta dalam hidup berkomunitas dan
sekaligus sebagai bentuk cinta para Suster kepada Sr. Trie yang sudah lama tinggal di
komunitas RKZ dan akan berangkat
ke
tanah misinya di Sudan Selatan. Dalam kotbahnya P. Ketut SVD mengungkapkan
bahwa sukacita yang sejati hanya ada di surga, hal ini semakin nyata dan dikuatkan
dari kitab Suci “bersukacitalah karena namamu
tercatat di surga”. Kita semua diundang
untuk menjadi pembawa sukacita kepada semua orang khususnya dalam hidup
berkomunitas.
Menjadi pewarta sukacita tidak harus
yang mempunyai jabatan, kedudukan, pendidikan
yang tinggi dll. Kita
semua bisa menjadi pewarta sukacita yaitu hanya dengan niat suci yang mampu menjiwai semua dalam komunitas sehingga sukacita
sejati bisa dialami oleh semua yang kita jumpai dan layani setiap hari.
Perbedaan seharusnya tidak menjadi hal yang dipermasalahkan melainkan sebagai hadiah yang
akan semakin mendekatkan dan melengkapi
satu sama lain. Kita boleh hidup dalam bayang-bayang gelap tetapi tidak boleh
hidup dalam kegelapan, selain itu kita tidak boleh hidup dalam bayang-bayang terang tetapi hiduplah selalu dalam
terang. Mengakhiri kotbahnya P.
Ketut SVD mengungkapkan bahwa hidup bakti akan menjadi sukacita jika kita semua
selalu berjuang agar tiap pribadi menjadi berkat bagi sesama.
Setelah homili dilanjutkan dengan dina-mika pembaharuan penyerahan diri, dimana para suster mendoakan doa penyerahan diri sambil membawa lilin yang
bernyala, setelah itu satu persatu para suster meletakkan lilin di depan patung
Bunda Maria. Sedangkan dinamika doa permohonan, para Suster diundang untuk
saling mendoakan dan memberkati sambil mengulurkan tangan kanannya kepada para
Suster (dari yang bermisi
dibidang kesehatan kemudian bidang pendidikan dan terakhir bidang pastoral).
Sebelum berkat penutup ada dinamika”Follow Him” yang mengingatkan kita bahwa
hakekat hidup membiara adalah mengikuti Yesus dengan segala ada kita. Dinamika
ini diperankan oleh Sr.
Maria Widjaya sebagai Yesus, Sr.
Elisabeth Tei Seran dan Sr.
Trie berperan sebagai orang yang terpilih dan terpanggil mengikuti Yesus
sebagai biarawati, dengan gerak dan lagu. sebagai ungkapan kesediaan hati untuk
mengikuti Yesus, Sang Guru dan pewarta sejati, ke manapun Dia mengundang dan mengutus, semua para Suster
dan P. Ketut SVD diundang untuk mengekspresikan diri melalui gerak dan lagu “I will follow Him”.
Misa syukur selesai pada pukul
19.00 WIB
acara dilanjutkan dengan foto bersama dan makan malam bersama. Sehubungan dengan meninggalnya Prof Mariani,
acara pesta keluarga pada hari Minggu dibatalkan.
Sr. Th Sitriati SSpS
Infokom Edisi 46, Juli 2015
Infokom Edisi 46, Juli 2015
No comments:
Post a Comment