I.
Perjalanan
Karya Misi Yayasan Arnoldus Tahun 2010 – 2013:
“MOVE ON....!!!”
Tiga tahun terakhir ini, Yayasan
Arnoldus bergerak dinamis bersama ketiga unit karya yang diselenggarakannya.
Masing-masing bergulat, berbenah dan bergerak maju dalam gempita semangat
perubahan yang semakin mengerucut pada upaya menjadikan keselamatan pasien
sebagai fokus pelayanan.
Meski ada torehan sejarah yang nampaknya
kelam, yaitu penutupan RB/KIA Pantisila Singaraja Bali yang telah melayani
selama 60 tahun, namun setelah melewati
saat-saat berat dalam menimbang dan mengevaluasi realitas yang ada, maka dalam
kepercayaan yang mendalam pada penyelenggaraan Allah, dengan besar hati kami melakukannya.
Memang beberapa program
pemerintah seperti penggalakan Bidan Desa dan Jam-persal memberi dampak atas
unit karya kita di bidang RB/KIA. Tidak seperti RB/KIA Pantisila yang harus
undur diri, RB/KIA Margi Rahayu masih mempunyai harapan untuk bertahan tetapi
tentu saja kita dituntut untuk lebih kreatif dan proaktif. Maka, dengan
dukungan dana pinjaman dari Provinsi, dilakukanlah renovasi bangunan yang ada
khususnya untuk membuat gedung Margi Rahayu lebih terlihat dari jalan.
Di sisi lain, tuntutan pemerintah
makin ketat terhadap pelayanan kesehatan. Margi Rahayu yang ditetapkan sebagai
Klinik Utama karena mempunyai pelayanan dokter spesialis, harus memenuhi banyak
persyaratan, antara lain ketersediaan tenaga-tenaga profesi memadai seperti
Apoteker penanggung jawab, dan juga fasilitas-fasilitas seperti Instalasi Pengo-lahan
Limbah cair. Syukur ada seorang suster yang berkompeten dan bersedia menjadi
Apoteker penanggung jawab meskipun harus mendapat tambahan pekerjaan ekstra.
Jumlah pasien yang masih belum
men-ukupi menjadi hambatan dalam pening-katan kesejahteraan karyawan di Margi
Rahayu, yang berikutnya menambah tingkat turn
over tenaga profesional/ bidan-bidan kita. Maka pekerjaan “mar-keting” menjadi tantangan
tersendiri.
RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya,
sebagai salah satu unit Yayasan yang lain, dengan “nama besar” nya, juga
mempunyai pergulatannya sendiri. Kesadaran akan tuntutan pelayanan kesehatan
yang semakin kompleks dewasa ini, menantang mereka untuk berbenah diri, bergerak
maju menuju Rumah Sakit Pilihan, yang menjadi mimpi mereka. Mimpi akan berhenti
menjadi mimpi jika tidak didukung kerja keras.
Berdirinya rumah sakit-rumah sakit baru menempatkan kita pada posisi
head to head dalam “berebut” pasien dan tenaga professional khususnya perawat.
Di Surabaya dan sekitarnya saat ini terdapat tidak kurang dari 53 rumah sakit,
dan ijin pendirian rumah sakit masih belum ditutup.
Kebutuhan akan gedung medis untuk ICU
yang makin mendesak memberanikan pihak manajemen untuk merencanakan pembangunannya di tahun
mendatang. Di sini ketepatan perhitungan anggaran mendapat tantangan, mengingat
dana yang pas-pasan dan komitmen membangun tanpa hutang.
Di tahun 2010,
kita telah berhasil mendapat akreditasi penuh 16 pelayanan, dan akreditasi
berikutnya telah di ambang pintu, dengan metode yang mengacu pada akreditasi
internasional yang tentu saja lebih menantang.
Menyambut akreditasi
baru yang berfokus pada keselamatan pasien ini, seluruh jajaran RSK St.
Vincentius a Paulo berusaha untuk bekerja sesuai standar yang ada. Dengan
segala keterbatasannya, khususnya dalam hal tenaga programmer, Sistem Informasi
Rumah Sakit yang sudah ada disempurnakan secara terus-menerus.
Proses berbenah
mengantar pada kesadaran, bahwa tidak cukup hanya “serving” tapi harus sampai pada “caring” dalam memberi pelayanan kepada pasien. Asuhan keperawatan
yang baik perlu dibarengi dengan semangat “Serve
with Joy” dalam pelaksanaannya. Spiritualitas “hati yang penuh syukur” diusahakan untuk ditanam-tumbuh-kembangkan
dalam setiap kesempatan yang ada, seiring dengan usaha memenuhi harapan
Kongregasi bahwa unit-unit karya kita semakin missioner dan berkomitmen pada
kehidupan.
Kurangnya donatur menantang kita untuk
tetap menghidupi semangat berbagi. Kepekaan akan gerakan Roh sangat dibutuhkan
saat menghadapi pasien yang meminta/membutuhkan bantuan. Bisa jadi permintaan
keringanan yang hanya satu juta rupiah tidak diluluskan tetapi pasien lain
diberikan pembebasan hingga dua ratus juta rupiah. Dan memang pada Kenyataannya,
setiap tahun selalu ada titipan Allah yang meminta kemurahan hati kita secara
ekstra, dan Allah yang Mahamurah yang membalasnya dengan berlipat ganda.
Akhirnya, ketidakpastian yang menghadang
pelayanan kesehatan adalah Undang-Undang Jaminan Kesehatan Semesta yang
rencananya mulai diterapkan tahun 2014 namun peraturan pelaksanaannya masih
belum jelas benar. Beberapa strategi sudah disiapkan antara lain dengan
memperkuat Rawat Jalan, namun masih banyak yang menjadi kendala antara lain
keterbatasan dana dan tenaga kerja.
II. Pencerahan budi / pembelajaran dari usaha-usaha pengaturan yang
telah dilakukan :
PERSONALIA :
- Disadarkan kembali bahwa tertib administrasi dalam tata kelola yang sistematis dan terintegrasi dengan seluruh proses pelayanan perlu terus diupayakan dan dikembangkan guna peningkatan mutu pelayanan.
Misalnya :
- kesetiaan untuk melayani sesuai dengan Standar Prosedur Opera-sional yang telah ditetapkan.
- pemanfaatan tekonologi informasi (RM Virtual, data-base, Aerocom, Barcode makan, sistem on-line, dokumen scanner untuk penilaian karyawan, digital laser)
2. Semakin
dirasakan oleh para karyawan, pentingnya semangat “Serve with Joy”, dalam pelayanan kepada pasien dan keluarganya,
khususnya yang bertugas di “front-line” atau
garda depan pelayanan. Tidak cukup hanya “serving”
tapi harus sampai pada “caring” dalam
memberi pelayanan kepada pasien.
3. Kepercayaan
yang semakin mendalam pada
penyelenggaraan Allah, yang terbukti selalu memberi kehidupan, meski harus
menutup unit karya yang dinilai sudah tidak relevan lagi.
KEUANGAN
:
- Pentingnya bekerja strategis dengan perencanaan dan pengendalian yang baik
- Pentingnya mengikuti perkembangan baik situasi perumah-sakitan maupun peraturan-peraturan yang ada termasuk keuangan dan perpajakan.
- Bergantung hanya pada Allah. “Keep in touch” dengan Allah sendiri dalam segala hal (pola hidup disermen).
III.
Nilai-nilai kehidupan yang telah berkembang dalam bidang :
PERSONALIA :
- Keselamatan pasien telah menjadi fokus dan komitmen pelayanan, serta diupayakan menjadi budaya di unit karya masing-masing.
- “Blamming-Culture” perlahan-lahan mampu dikikis dengan kesadaran, bahwa keselamatan pasien terjadi karena peran serta setiap unit dan bagian sebagai satu mata rantai pelayanan holistik.
- Kebiasaan beraktivitas dalam tim menumbuhkan “interconected”, semangat persaudaraan, penghargaan terhadap keberbedaandan kerja sama yang sinergis di antara para karya-wan dan juga di antara unit/ bagian yang ada.
KEUANGAN :
- Bisa membantu pasien tidak mampu yang membutuhkan biaya tinggi sekali yang sulit sekali mendapat bantuan dari pihak lain.
- Bisa memberikan pinjaman dengan bunga sangat ringan kepada karya-wan yang membutuhkan rumah atau untuk renovasi rumah.
- Bisa memulai peremajaan alat-alat mahal yang sudah tua.
IV.
Harapan-harapan
di masa depan :
- Melalui aktivitas pelayanan sehari-hari maupun kegiatan pengembangan karakter, setiap karyawan dapat mengalami kepenuhan hidup sebagai pribadi yang dipanggil dan diutus Allah.
- Setiap karyawan mampu menghayati perannya sebagai mitra misi para suster SSpS dalam perutusan yang satu dan sama.
- Mampu hadir sebagai unit karya yang misioner, dengan kekhasan yang semakin dirasakan oleh masyarakat, yaitu totalitas komitmennya pada kehidupan.
Sr. Lusia Wahyuni SSpS
Ketua Yayasan Arnoldus
No comments:
Post a Comment