PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Sunday, October 18, 2015

Pembukaan dan Outbound KGN 2015

Misa Kudus di puncak Bukit Rawun

Senin, 01 September 2015 merupakan hari yang sangat dinanti-nantikan oleh para Novis Keuskupan Malang yang ter-gabung dalam Kursus Gabungan Novisiat (KGN) se keuskupan Malang. Kegiatan ini resmi dibuka dengan Misa Kudus oleh Mgr. Herman Yosep Sahadat Pandoyoputro, O.Carm  dan Rm. Laurensius Prasetya, CDD di Kapel komunitas St. Maria, Batu dengan tema “Dia Memanggil dan Menyelamatkan Kita dengan Panggilan Kudus“. Dalam homilinya, Mgr. Pandoyo mengungkapkan bahwa panggilan yang telah dijawab dengan “YA“ harus dilengkapi dengan perjuangan akan ketaatan kepada kongregasi, sesama dan terutama kepada Kristus. Meneladan Kristus yang rela mati di kayu salib untuk manusia, kita diharapkan tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi namun berpikir untuk kepentingan orang lain. Bagian inilah yang merupakan inti dari hidup membiara untuk mengikuti Kristus yang tersalib. KGN tahun 2015 diikuti oleh 7 Kongregasi yaitu PIJ, SSpS, CP, BHK, BM, H.Carm dan CDD yang baru bergabung pada tahun ini. Peserta ber-jumlah 24 Novis. Setelah Misa Kudus di-adakan ramah-tamah di ruang makan komunitas St. Maria dan penampilan atraksi dari masing-masing kongregasi.

Rangkaian kegiatan KGN ini dilanjutkan dengan Outbond pada tanggal 3-5 September 2015 bersama Pak Ot Sudarto beserta tim dari River Side, Malang. Perjalanan dimulai dengan berkumpul di alun-alun Malang. Setelah semua be-kumpul dan bertemu, para Novis dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 8 novis dan 2 pembimbing. Dengan menggunakan 3 angkutan umum, kami menuju ke Lembah Kera, Kepanjen. Di tempat itulah kami melakukan kegiatan turun tebing  setinggi 20 m dengan menggunakan alat pengaman yang lengkap. Walau menggunakan alat pengaman yang lengkap, banyak dari kami yang masih ketakutan hingga gemetar, namun rasa takut ini tidak menghalangi semangat untuk menuruni tebing tersebut. 

Kemudian kami melanjutkan ke Coban Talun pada pk. 18.00 WIB, belum jauh dari lokasi Lembah Kera, satu dari angkutan yang kami tumpagi mengalami kerusakan (koplingnya putus) sehingga dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk memperbaikinya. Setelah itu perjalanan berlanjut menuju Pasar Mergan, Malang untuk membeli bahan makanan yang akan kami masak untuk makan siang di Bukit Rawun. Kami diminta membeli 5 macam sayuran yang berbeda warna. Setiap kelompok diberi uang sebesar Rp.75.000 dan membuat menu lengkap  mulai dari makanan pembuka (appetizer), menu utama (main course) dan makanan penutup (dessert)  yang cukup untuk anggota yakni 8 novis dan 2 pembimbing.

Usai berbelanja, kami menuju Coban Talun. Satu angkutan menjemput Rm. Jaya, O.Carm di Novisiat Karmel di Jl. Hasanudin, Batu. Rm. Jaya akan mempersembahkan Misa Kudus di Bukit Rawun pada esok harinya. Kami berkumpul kembali pk. 22.00 WIB. Suasana sangat dingin dan gelap karena tidak ada alat penerang.  Hanya ada 1 lentera yang me-nerangi tempat kami berkumpul. Pk. 23.00 WIB kami makan malam lalu is-tirahat. Kami dibagi per kelompok terdiri dari 2 orang novis untuk menghuni 1 tenda dengan 1 lilin untuk menerangi saat pemasangan, 2 sleeping bag sebagai selimut penghangat. Kami disebar berjauhan di alam terbuka di bawah lereng gunung.

Keesokan harinya usai sarapan, para novis dan pembimbing berkumpul untuk mendengarkan pengarahan dari pak Ot dan tim dengan pesan untuk tidak merusak tanaman yang akan kami temui selama dalam perjalanan serta tidak meninggalkan sampah. Kami diharapkan agar ingat bahwa seluruh tanaman dan hewan baik yang sudah mati maupun yang masih hidup tidak membutuhkan manusia apalagi merusaknya.

Pk. 10.30 WIB setiap kelompok mem-bawa semua alat perlengkapan masak dan misa dan pendakian Bukit Rawun pun dimulai. Perasaan senang, menantang dan takut menyelimuti hati kami. Ada yang senang karena bernostalgia pulang ke kampung halaman namun ada yang mendapat pengalaman pertama untuk mendaki bukit. Proses pendakian dibutuhkan kekompakan, perjuangan, saling menghibur dan membantu di antara kami untuk dapat mencapai puncak bukit. Meskipun lelah, lemah dan pusing namun kami tetap berjuang untuk melanjutkan perjalanan.

Bukit ini bukanlah bukit yang biasa didaki oleh para pendaki gunung sehingga tidak ada pendaki yang kami jumpai dalam perjalanan dan jalannya pun sangat sempit diantara semak dan ilalang berduri sehingga banyak dari antara kami yang terkena duri dan terluka perih. Pk. 12.15 WIB kelompok pertama tiba di puncak bukit. Sambil menunggu kelompok lainnya kami istirahat sejenak. Segala jerih payah saat perjalanan seperti ter-bayar lunas saat kami tiba di bukit. Setelah semua tiba, kegiatan memasak per kelompok dimulai. Sebagian dari kami mencari kayu atau ranting yang sudah mati sebagai bahan bakar perapian untuk memasak. Wajan yang kami gunakan adalah rantang seperti alat masak para anggota TNI. Suasana serius, gembira dan kompak mewarnai kebersamaan kami. Situasi tidak menghalangi kreatifitas kami untuk menyediakan menu lengkap dalam waktu 45 menit.  Semua tampak gembira dengan usaha dan kerja keras dari setiap kelompok sehingga setiap makanan dapat dinikmati dengan gembira. 

Selanjutnya diadakan Perayaan Ekaristi yang di  persembahkan oleh Rm. Jaya, O.Carm. Dalam homili Romo menyampaikan bah-wa beliau amat terkesan dengan semangat dan kekompakan diantara kami. Perbedaan kongregasi tidak menghalangi usaha saling membantu. Semoga demikian pula dengan panggilan kita masing-masing, tidak mudah putusasa ketika menghadapi tantangan, tetap saling membantu dan bekerjasama. Usai Misa, kami melakukan perjalanan turun dalam suasana tenang dan santai. Meski dalam kegelapan, kami pulang dengan gembira. Malam hari sebelum tidur diadakan sharing pengalaman dari setiap pribadi.  Kami beristirahat di sebuah Pendopo berjarak sekitar 1 km dari tempat sebelumnya. 

Pada hari ke-3 saat evaluasi, kegiatan diselingi dengan penyuluhan dari dr. Julia, Tim River Side ten-tang kegunaan dan manfaat air bagi manusia. Pada akhir kegiatan ini, kami mempunyai misi seperti perjuangan selama 2 hari outbound yaitu: Kami ingin berjuang dalam panggilan dengan bermodalkan semangat dan komitmen, berjuang menanggung konsekuensi terhadap jawaban kami yang mengatakan “YA“ kepada panggilanNya. Dalam masa formasi ini kami ingin mengalahkan keinginan pribadi yang meskipun sulit tapi kami mau dan ingin berjuang untuk da-pat mempersembahkan diri yang terbaik bagi Kristus.

                                                                                                       Sr. Roma Ulina Situmorang (Novis I)
Infokom Edisi 48, Oktober 2015

No comments:

Post a Comment