Misa
Kudus di puncak Bukit Rawun
Senin, 01 September 2015 merupakan
hari yang sangat dinanti-nantikan oleh para Novis Keuskupan Malang yang ter-gabung dalam Kursus
Gabungan Novisiat (KGN)
se keuskupan
Malang. Kegiatan ini resmi dibuka dengan Misa Kudus oleh Mgr. Herman Yosep Sahadat Pandoyoputro, O.Carm dan Rm. Laurensius
Prasetya,
CDD di Kapel komunitas St. Maria,
Batu dengan tema “Dia Memanggil
dan Menyelamatkan Kita dengan Panggilan Kudus“. Dalam homilinya, Mgr. Pandoyo
mengungkapkan bahwa panggilan yang telah dijawab dengan “YA“ harus dilengkapi dengan
perjuangan akan ketaatan kepada kongregasi, sesama dan terutama kepada Kristus.
Meneladan Kristus yang rela mati di kayu salib untuk manusia, kita diharapkan
tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi namun berpikir untuk kepentingan
orang lain. Bagian inilah yang merupakan inti dari hidup membiara untuk
mengikuti Kristus yang tersalib. KGN tahun 2015 diikuti oleh 7 Kongregasi yaitu
PIJ, SSpS, CP, BHK, BM, H.Carm dan CDD yang baru bergabung pada tahun ini.
Peserta ber-jumlah
24 Novis. Setelah Misa Kudus di-adakan
ramah-tamah di ruang makan komunitas St. Maria dan
penampilan atraksi dari
masing-masing kongregasi.
Rangkaian kegiatan
KGN ini dilanjutkan dengan Outbond pada tanggal
3-5 September
2015 bersama Pak Ot Sudarto
beserta tim dari River Side,
Malang. Perjalanan dimulai dengan berkumpul di alun-alun Malang. Setelah semua
be-kumpul dan bertemu,
para Novis dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 8 novis dan
2 pembimbing. Dengan menggunakan 3 angkutan umum, kami menuju ke Lembah Kera, Kepanjen. Di tempat itulah
kami melakukan kegiatan turun tebing
setinggi 20 m dengan menggunakan alat pengaman yang
lengkap. Walau menggunakan
alat pengaman yang lengkap, banyak dari kami yang masih ketakutan hingga
gemetar, namun rasa takut ini
tidak menghalangi semangat untuk menuruni tebing tersebut.
Kemudian kami melanjutkan ke Coban Talun pada pk. 18.00 WIB, belum jauh dari lokasi Lembah Kera, satu dari angkutan yang kami tumpagi mengalami kerusakan (koplingnya putus) sehingga dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk memperbaikinya. Setelah itu perjalanan berlanjut menuju Pasar Mergan, Malang untuk membeli bahan makanan yang akan kami masak untuk makan siang di Bukit Rawun. Kami diminta membeli 5 macam sayuran yang berbeda warna. Setiap kelompok diberi uang sebesar Rp.75.000 dan membuat menu lengkap mulai dari makanan pembuka (appetizer), menu utama (main course) dan makanan penutup (dessert) yang cukup untuk anggota yakni 8 novis dan 2 pembimbing.
Kemudian kami melanjutkan ke Coban Talun pada pk. 18.00 WIB, belum jauh dari lokasi Lembah Kera, satu dari angkutan yang kami tumpagi mengalami kerusakan (koplingnya putus) sehingga dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk memperbaikinya. Setelah itu perjalanan berlanjut menuju Pasar Mergan, Malang untuk membeli bahan makanan yang akan kami masak untuk makan siang di Bukit Rawun. Kami diminta membeli 5 macam sayuran yang berbeda warna. Setiap kelompok diberi uang sebesar Rp.75.000 dan membuat menu lengkap mulai dari makanan pembuka (appetizer), menu utama (main course) dan makanan penutup (dessert) yang cukup untuk anggota yakni 8 novis dan 2 pembimbing.
Usai berbelanja, kami menuju Coban
Talun. Satu angkutan menjemput Rm. Jaya, O.Carm di Novisiat Karmel di Jl.
Hasanudin, Batu. Rm. Jaya akan mempersembahkan
Misa Kudus di Bukit Rawun pada esok harinya.
Kami berkumpul kembali pk.
22.00 WIB. Suasana sangat dingin dan gelap karena tidak ada alat penerang. Hanya ada 1 lentera yang me-nerangi tempat kami
berkumpul. Pk. 23.00 WIB kami makan malam lalu is-tirahat. Kami dibagi per kelompok terdiri dari 2 orang novis untuk
menghuni 1 tenda dengan 1 lilin untuk menerangi saat pemasangan, 2 sleeping bag sebagai selimut penghangat. Kami disebar berjauhan di alam
terbuka di bawah
lereng gunung.
Keesokan harinya usai sarapan, para novis dan pembimbing
berkumpul untuk mendengarkan
pengarahan dari pak Ot dan tim
dengan pesan untuk tidak merusak tanaman yang akan kami temui selama dalam
perjalanan serta tidak meninggalkan
sampah. Kami diharapkan agar ingat bahwa seluruh tanaman dan hewan baik yang sudah
mati maupun yang masih hidup tidak membutuhkan manusia apalagi merusaknya.
Pk. 10.30
WIB setiap kelompok mem-bawa semua alat perlengkapan masak dan
misa dan pendakian Bukit Rawun pun dimulai. Perasaan senang, menantang dan
takut menyelimuti hati kami.
Ada yang senang karena bernostalgia pulang ke kampung halaman namun ada yang
mendapat pengalaman
pertama untuk mendaki bukit. Proses pendakian dibutuhkan kekompakan, perjuangan, saling
menghibur dan membantu di antara kami untuk dapat mencapai puncak bukit. Meskipun
lelah, lemah dan pusing namun kami tetap berjuang untuk melanjutkan perjalanan.
Bukit ini bukanlah bukit yang biasa didaki oleh para
pendaki gunung sehingga tidak ada pendaki yang kami jumpai dalam perjalanan dan
jalannya pun sangat sempit diantara semak dan ilalang berduri sehingga banyak
dari antara kami yang terkena duri dan terluka perih. Pk. 12.15 WIB kelompok
pertama tiba di puncak bukit. Sambil menunggu kelompok lainnya kami istirahat
sejenak. Segala jerih payah saat perjalanan seperti ter-bayar lunas saat kami
tiba di bukit. Setelah semua tiba, kegiatan memasak per kelompok dimulai.
Sebagian dari kami mencari kayu atau ranting yang sudah mati sebagai
bahan bakar perapian untuk memasak. Wajan yang kami gunakan adalah rantang
seperti alat masak
para anggota TNI. Suasana serius,
gembira dan kompak mewarnai
kebersamaan kami. Situasi tidak menghalangi
kreatifitas kami untuk menyediakan menu lengkap dalam waktu 45 menit. Semua tampak gembira dengan usaha dan kerja
keras dari setiap kelompok sehingga setiap makanan dapat dinikmati dengan
gembira.
Selanjutnya diadakan Perayaan Ekaristi yang di persembahkan oleh Rm. Jaya, O.Carm. Dalam homili Romo menyampaikan bah-wa beliau amat terkesan dengan semangat dan kekompakan diantara kami. Perbedaan kongregasi tidak menghalangi usaha saling membantu. Semoga demikian pula dengan panggilan kita masing-masing, tidak mudah putusasa ketika menghadapi tantangan, tetap saling membantu dan bekerjasama. Usai Misa, kami melakukan perjalanan turun dalam suasana tenang dan santai. Meski dalam kegelapan, kami pulang dengan gembira. Malam hari sebelum tidur diadakan sharing pengalaman dari setiap pribadi. Kami beristirahat di sebuah Pendopo berjarak sekitar 1 km dari tempat sebelumnya.
Pada hari ke-3 saat evaluasi, kegiatan diselingi dengan penyuluhan dari dr. Julia, Tim River Side ten-tang kegunaan dan manfaat air bagi manusia. Pada akhir kegiatan ini, kami mempunyai misi seperti perjuangan selama 2 hari outbound yaitu: Kami ingin berjuang dalam panggilan dengan bermodalkan semangat dan komitmen, berjuang menanggung konsekuensi terhadap jawaban kami yang mengatakan “YA“ kepada panggilanNya. Dalam masa formasi ini kami ingin mengalahkan keinginan pribadi yang meskipun sulit tapi kami mau dan ingin berjuang untuk da-pat mempersembahkan diri yang terbaik bagi Kristus.
Selanjutnya diadakan Perayaan Ekaristi yang di persembahkan oleh Rm. Jaya, O.Carm. Dalam homili Romo menyampaikan bah-wa beliau amat terkesan dengan semangat dan kekompakan diantara kami. Perbedaan kongregasi tidak menghalangi usaha saling membantu. Semoga demikian pula dengan panggilan kita masing-masing, tidak mudah putusasa ketika menghadapi tantangan, tetap saling membantu dan bekerjasama. Usai Misa, kami melakukan perjalanan turun dalam suasana tenang dan santai. Meski dalam kegelapan, kami pulang dengan gembira. Malam hari sebelum tidur diadakan sharing pengalaman dari setiap pribadi. Kami beristirahat di sebuah Pendopo berjarak sekitar 1 km dari tempat sebelumnya.
Pada hari ke-3 saat evaluasi, kegiatan diselingi dengan penyuluhan dari dr. Julia, Tim River Side ten-tang kegunaan dan manfaat air bagi manusia. Pada akhir kegiatan ini, kami mempunyai misi seperti perjuangan selama 2 hari outbound yaitu: Kami ingin berjuang dalam panggilan dengan bermodalkan semangat dan komitmen, berjuang menanggung konsekuensi terhadap jawaban kami yang mengatakan “YA“ kepada panggilanNya. Dalam masa formasi ini kami ingin mengalahkan keinginan pribadi yang meskipun sulit tapi kami mau dan ingin berjuang untuk da-pat mempersembahkan diri yang terbaik bagi Kristus.
Infokom Edisi 48, Oktober 2015
No comments:
Post a Comment