Retret tahun ini
mengambil tema “Hidup Religius”yang dibawakan oleh P. Kristo Bala, SVD. Retret
ini dibuka pada hari Rabu Sore (15/7/2015)
dengan misa yang diintegrasikan
dengan ibadat sore pada pukul 18.00.WIB. Sebelumnya kami mendengarkan sharing
pengalaman akan Allah dari Sr. Veronika
Lili, SSpS yang bermisi di Belanda dan saat itu sedang berlibur di Indonesia.
Setelah makan
malam, retret dibuka dengan
konferensi pertama oleh P. Kristo pada pukul 20.00 WIB. Pada sesi ini P. Kristo
menjelaskan tentang bagaimana
kehidupan religius? Analogi yang cukup indah disampaikan oleh Pater dengan mengungkapkan bahwa hidup
religius itu seperti “berdansa
dengan Tuhan”. Bagaimana
Tuhan menghampiri dan mengulurkan
tangan kepada kita dan mengundang kita untuk mengikuti-Nya. Namun kita juga dituntut untuk peka
terhadap ritme Tuhan untuk kita.
Keesokan harinya
kami diajak untuk lebih mendalami makna terdalam dalam ke-hidupan religius itu. Bahwa hidup religius
adalah sebuah hadiah spesial yang Tuhan berikan kepada kita masing-masing dan
merupakan bentuk ungkapan cinta Tuhan kepada kita, dan kami diajak untuk semakin merefleksikan hidup religius kami
masing-masing selama ini.
Pada hari berikutnya kami diajak untuk
merenungkan ketiga kaul yang merupakan ikatan kasih Tuhan. Kaul pertama yang
disampaikan adalah kaul kemurnian dengan mengutip dari Konstitusi SSpS tentang kaul kemurnian, kami dihantar untuk
melihat dan merenungkan kaul kemurnian sebagai Suster SSpS dalam terang sabda Allah dan
Konstitusi SSpS. Setelah itu, kami diajak pula untuk merenungkan kaul ketaatan
dan yang terakhir adalah kaul kemiskinan dan kami
diberi kesempatan untuk pengakuan dosa.
Secara psikologis,
lintas batas itu membawa
kita dari yang semula tidak percaya menjadi percaya akan rencana Tuhan, dari
rasa marah menjadi belas kasihan, dari kesombongan menjadi kerendahan hati,
dari ketakutan menjadi keberanian dari kecenderungan untuk mengontrol sesama
menjadi berserah diri kepada Tuhan. Namun
Lintas batas itu juga mengandung banyak tantangan seperti kecenderungan untuk
menghakimi, membandingkan, bahasa
baru, kebiasaaan atau budaya baru. “setiap
tantangan juga mengandung rah-mat
atau berkat yang luar biasa”.
Lintas budaya atau batas ini juga mengajak kita pribadi untuk melihat
bahwa kita mem-punyai
kerapuhan, keterbatasan
dan ke-lemahan. Kita
diajak juga untuk beradaptasi
bahkan menjadi inkulturasi serta menghargai diri sendiri dan sesama. Lintas budaya
lintas batas ini juga mengubah diri kita untuk bertobat, membaharui diri dan
dengan penuh kesadaran sebagai manusia yang tidak sempurna dan rapuh dalam mengikuti Yesus setiap saat hingga kita
mati.
Dalam misa
penutupan retret, ketiga suster medior bersyukur dan membaharui kaul mereka,
sedangkan para suster yunior
secara bergantian mengungkapkan buah-buah retret yang dibungkus dalam komit-men-komitmen pribadi. Setelah itu, pater
Kristo memerciki kami dengan air suci.
Komitmen-komitmen yang telah kami buat ikut dipersembahkan di atas altar
sebagai persembahan dan juga sebagai permohonan untuk berkat Tuhan agar masing-masing pribadi dimampukan untuk mewujudkan komitmen ini.
Setelah misa
diadakan acara makan bersama
dan juga beberapa ucapan terima kasih
dan kata sambutan dari Sr. Veronika Samosir yang mewakili para Suster yunior, Pater Kristo, SVD, dan juga Sr.
Odilia,SSpS serta Sr. Silvi yang merayakan ulang tahunnya dalam keheningan retret tahun ini. Kami sungguh
bersyukur atas kesempatan boleh hening bersama dengan Yesus sendiri dan menemukan buah-buah kasih-Nya yang men-jadi bekal perjalanan rohani kami selanjutnya.
Sr. M. Christiani, SSpS
Infokom Edisi 46, Juli 2015
No comments:
Post a Comment