PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Saturday, August 29, 2015

Apa yang Saya Dapatkan dalam Retret

Tahun ini sesuai dengan agenda Yayasan Yoseph Freinademetz Surabaya, diadakan retret tahunan untuk masing-masing unit kerja. Kami, keluarga SMK MAter AMabilis Surabaya, kebetulan mendapat jadwal retret pada hari Kamis, 4 Juni 2015 sampai Sabtu, 6 Juni 2015. Kami mengikuti retret di Rumah Retret Syalom, Batu. Retret kali ini didampingi oleh Tim Spiritualitas SSpS, yaitu Sr. Ana Wahyuli, Sr. Maria Christina, Sr. Odilia, Sr. Stefani, dan Sr. Yohana.

Pertemuan dimulai hari Kamis sore jam 16.00 WIB. Sessi ini membicarakan ten-tang untuk apa kami berada di sini, kenapa kami harus retret, dan apa sebenarnya tujuan khusus dari retret ini. Retret ini merupakan pengulangan kembali, mundur kembali untuk melihat apa yang sudah berkembang dan patut disyukuri dan apa yang patut dikembangkan/diperjuangkan dari diri kami masing-masing. Dengan tujuan agar memberikan pikiran dalam hidup, dan berusaha mundur dan memperbaiki kehidupan selanjutnya. Secara khusus kami akan melihat kembali apa kekhasan sekolah, kekhasan yayasan, dan kemudian kekhasan SSpS sebagai pemilik sekolah.

Sessi pertama (atau hari pertama) menggunakan kerjasama team sebagai tema utama. Diawali dengan cerita tentang formasi V yang dilakukan ketika angsa sedang migrasi. Kami bisa belajar tentang kerjasama dari hal ini. Kerjasama dalam tim selalu akan membuat kita mencapai tujuan dengan lebih cepat. Maka, ada pengandaian yang harus ada dalam team yaitu kekompakan, saling berbagi tugas, saling terbuka, saling menyemangati, saling menghargai apapun perbedaan anggota dalam team. Maka, mengenal anggota team dengan baik menjadi modal utama untuk bisa melakukan itu semua.

Setelah memberi arti dari formasi V tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan permainan untuk membentuk kelompok. Permainan yang dilakukan juga bertemakan kerjasama team dan pengenalan team. Dari permainan itu diharapkan kami bisa menjadi semakin mengenal dan bisa berkomunikasi dengan baik dalam team. Kegiatan bersama team masih dilanjutkan ketika makan malam. Kami harus melayani orang lain sesuai tugas dari masing-masing team. Ada kelompok yang bertugas menjual sate, bakso, minuman, dll. Jadi, kelompok harus menyediakan untuk semua orang sesuai dengan tugas masing-masing kelompok. Hari pertama ditutup dengan sharing bersama dalam kelompok kecil.

Sessi hari kedua diawali dengan tema rencana keselamatan Tuhan dengan manusia. Relasi antara Allah Tritunggal dengan manusia adalah relasi yang memberi hidup. Atas dasar relasi inilah kita juga harus melakukan relasi dengan orang lain, yaitu relasi yang memberi hidup. Sessi berikutnya menceritakan tentang SSpS dan karya kerasulannya di dunia. Bagaimana semua karya SSpS seperti karya pendidikan, karya kesehatan, karya pastoral, karya sosial dan keselamatan semua didasari oleh cinta Allah. Semua karya itu digunakan untuk menunjukkan cinta Allah yang besar kepada manusia.

Setelah istirahat siang kegiatan dilanjutkan dengan visualisasi 4 tokoh dalam SSpS yaitu Arnoldus Jansen (pendiri SVD dan SSpS), Maria Helena& Josepha Hendrina (rekan pendiri), dan Joseph Freinademetz (pastor SVD yang menjadi contoh seorang misionaris sejati). Visualisasi dilakukan oleh masing-masing kelompok dengan dibuat sekreatif mungkin. Ada beberapa kekhasan spiritualitas dari keempat tokoh tersebut yang bisa kami jadikan teladan hidup seperti rajin berdoa, pantang menyerah, setia, berdedikasi tinggi pada yang dipilihnya, rendah hati, tekun dan bersungguh-sungguh, pelayanan, dan totalitas dalam pelayanan. Keempat tokoh tersebut adalah santo dan santa yang menjadi contoh bagi SSpS dalam berkarya, maka kami sebagai “rekan misi” SSpS dalam karya pendidikan diharapkan juga bisa mencontoh keempat tokoh tersebut.

Setelah makan malam normal tanpa harus menjual sate, bakso, dll sessi dilanjutkan tentang apa itu spiritualitas. Spiritualitas berasal dari kata spirit yang berarti roh. Berarti spiritualitas adalah “itu” yang menjadi dasar seseorang melakukan sesuatu. Ketika seseorang melakukan sesuatu, menjadi guru misalnya, tanpa memiliki spiritualitas yang jelas maka yang dilakukan hanya akan jatuh ke dalam rutinitas biasa dalam mencari nafkah. Spiritulitas muncul karena hubungan pribadi manusia dengan Allah. Lalu, hubungan yang indah ini dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari dengan lingkungan sekitar. Ini merupakan ungkapan penga-laman iman dalam situasi konkret dari masing-masing orang. Ada buah-buah spiritualitas yang bisa dilihat seperti doa, pengorbanan, kegembiraan rohani, perjuangan rohani, dan pelayanan. Buah-buah itu bisa dilihat dan dirasakan orang lain ketika seseorang melakukan sesuatu dengan didasari dengan spiritualitas yang baik.

Ada banyak spiritualitas yang bisa kita gunakan seperti Ignasian, Karmelit, dll. Tapi sebagai sebuah Kongregasi, SSpS juga memiliki spiritualitas yang bisa dijadikan pegangan hidup. Spritualitas SSpS dinamakan Spiritualitas Allah Tritunggal. Spiritualitas itu adalah sama/sederajat,unik/utuh,comunio/persatuan, dialog/komunikasi yang konstan, dan misioner siap sedia untuk diutus. Setelah menjelaskan sedikit tentang masing-masing spiritua-litas tersebut kami kemudian disuruh mencari apa kira-kira spiritualitas yang bisa kami lihat sudah tampak di lingkungan Mater Amabilis. Hari kedua ini ditutup dengan doa Taize bersama di kapel.

Sessi hari ketiga dibuka dengan materi tentang Karisma. Karisma adalah anugerah roh/rahmat yang menjadi daya penggerak untuk mengabdi dan daya kekuatan hidup untuk menghayati nilai-nilai Kerajaan Allah. Karena tiap-tiap karya kerasulan memiliki karismanya sendiri-sendiri maka kami harus tahu apa yang menjadi karisma dalam dunia pendidikan, secara khusus dalam lingkungan Mater Amabilis.

Dalam sessi ini kami diharuskan mencari apa yang kira-kira akan menjadi karisma kelompok kami masing-masing dalam berkarya di sekolah. Karisma itu didapat setelah kami menuliskan harapan kami masing-masing terhadap sekolah. Karisma itu digantungkan pada bibit tanaman yang kami terima pada sessi penutupan retret ini. Tiap-tiap kelompok mendapat bibit tanaman yang harus kami tanam dan rawat dengan baik. Tanaman itu akan menjadi simbol bahwa kami memiliki harapan dan karisma yang baik untuk sekolah ini. Akhirnya, setelah makan siang kami meninggalkan rumah retret ini untuk kembali ke Surabaya.

Secara pribadi saya mendapat banyak hal melalui retret ini. Yang pertama saya bisa mengenal teman-teman dengan lebih baik dan lebih dalam, yang sebelumnya hanya saya lihat sebagai rekan kerja sekarang bisa saya lihat sebagai teman dalam pekerjaan. Setelah sharing dan kerjasama baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar saya semakin mengenal mereka secara pribadi.

Hal lain adalah bagaimana menjadi guru yang benar. Saya diingatkan tentang spiritualitas seorang guru. Saya melihat bahwa menjadi guru yang benar berarti tidak sekedar memberi pelajaran di dalam kelas tapi juga memberi pelajaran hidup di luar kelas. Menjadi guru yang benar berarti harus memiliki spiritualitas yang jelas. Menjadi guru yang benar berarti menjadi lebih baik dari sekedar menjadi guru yang profesional.

Selain itu ada sedikit hal yang menggelitik saya ketika salah satu suster berbicara bahwa kalau kita bekerja di sini kita tidak akan menjadi kaya. Maka, carilah ke-kayaan di luar tapi dapatkan ketenangan hati di sini. Saya diingatkan bahwa bekerja memang semata-mata bukan sekedar men-cari uang tapi lebih dari itu, bekerja seharusnya juga bisa menjadi tempat untuk mengaktualisasikan diri dan menjadi tempat untuk menjawab panggilan Tuhan. Tetapi, tetap saja hidup itu membutuhkan uang.

                                    Roy Tigor Natelas (guru SMK Mater Amabilis)
Infokom Edisi 46, 2015



No comments:

Post a Comment