Tahun ini sesuai dengan agenda Yayasan Yoseph Freinademetz Surabaya,
diadakan retret tahunan untuk masing-masing unit kerja. Kami, keluarga SMK MAter AMabilis Surabaya, kebetulan mendapat
jadwal retret pada hari Kamis, 4 Juni 2015 sampai Sabtu, 6 Juni 2015. Kami
mengikuti retret di Rumah Retret Syalom, Batu. Retret kali ini didampingi oleh Tim Spiritualitas
SSpS, yaitu Sr. Ana Wahyuli, Sr. Maria Christina, Sr. Odilia, Sr. Stefani, dan
Sr. Yohana.
Pertemuan dimulai hari Kamis sore jam 16.00 WIB. Sessi ini membicarakan
ten-tang untuk apa kami berada di sini, kenapa kami harus retret, dan apa
sebenarnya tujuan khusus dari retret ini. Retret ini merupakan pengulangan
kembali, mundur kembali untuk melihat apa yang sudah berkembang dan patut
disyukuri dan apa yang patut dikembangkan/diperjuangkan dari diri kami
masing-masing. Dengan tujuan agar memberikan pikiran dalam hidup, dan berusaha
mundur dan memperbaiki kehidupan selanjutnya. Secara khusus kami akan melihat
kembali apa kekhasan sekolah, kekhasan yayasan, dan kemudian kekhasan SSpS
sebagai pemilik sekolah.
Sessi pertama (atau hari pertama) menggunakan kerjasama team sebagai
tema utama. Diawali dengan cerita tentang formasi V yang dilakukan ketika angsa
sedang migrasi. Kami bisa belajar tentang kerjasama dari hal ini. Kerjasama
dalam tim selalu akan membuat kita mencapai tujuan dengan lebih cepat. Maka,
ada pengandaian yang harus ada dalam team yaitu kekompakan, saling berbagi tugas,
saling terbuka, saling menyemangati, saling menghargai apapun perbedaan anggota
dalam team. Maka, mengenal anggota team dengan baik menjadi modal utama untuk
bisa melakukan itu semua.
Setelah memberi arti dari formasi V tersebut, kegiatan dilanjutkan
dengan permainan untuk membentuk kelompok. Permainan yang dilakukan juga
bertemakan kerjasama team dan pengenalan team. Dari permainan itu diharapkan
kami bisa menjadi semakin mengenal dan bisa berkomunikasi dengan baik dalam
team. Kegiatan bersama team masih dilanjutkan ketika makan malam. Kami harus
melayani orang lain sesuai tugas dari masing-masing team. Ada kelompok yang
bertugas menjual sate, bakso, minuman, dll. Jadi, kelompok harus menyediakan
untuk semua orang sesuai dengan tugas masing-masing kelompok. Hari pertama
ditutup dengan sharing bersama dalam kelompok kecil.
Sessi hari kedua diawali dengan tema rencana keselamatan Tuhan dengan manusia. Relasi antara Allah
Tritunggal dengan manusia adalah relasi yang memberi hidup. Atas dasar relasi
inilah kita juga harus melakukan relasi dengan orang lain, yaitu relasi yang
memberi hidup. Sessi berikutnya menceritakan tentang SSpS dan karya
kerasulannya di dunia. Bagaimana semua karya SSpS seperti karya pendidikan,
karya kesehatan, karya pastoral, karya sosial dan keselamatan semua didasari
oleh cinta Allah. Semua karya itu digunakan untuk menunjukkan cinta Allah yang
besar kepada manusia.
Setelah istirahat siang kegiatan dilanjutkan dengan visualisasi 4 tokoh
dalam SSpS yaitu Arnoldus Jansen (pendiri SVD dan SSpS), Maria Helena&
Josepha Hendrina (rekan pendiri), dan Joseph Freinademetz (pastor SVD yang
menjadi contoh seorang misionaris sejati). Visualisasi dilakukan oleh
masing-masing kelompok dengan dibuat sekreatif mungkin. Ada beberapa kekhasan
spiritualitas dari keempat tokoh tersebut yang bisa kami jadikan teladan hidup
seperti rajin berdoa, pantang menyerah, setia, berdedikasi tinggi pada yang
dipilihnya, rendah hati, tekun dan bersungguh-sungguh, pelayanan, dan
totalitas dalam pelayanan. Keempat tokoh tersebut adalah santo dan santa yang
menjadi contoh bagi SSpS dalam berkarya, maka kami sebagai “rekan misi” SSpS
dalam karya pendidikan diharapkan juga bisa mencontoh keempat tokoh tersebut.
Setelah makan malam normal tanpa harus menjual sate, bakso, dll sessi
dilanjutkan tentang apa itu spiritualitas. Spiritualitas berasal dari kata
spirit yang berarti roh. Berarti spiritualitas adalah “itu” yang menjadi dasar
seseorang melakukan sesuatu. Ketika seseorang melakukan sesuatu, menjadi guru
misalnya, tanpa memiliki spiritualitas yang jelas maka yang dilakukan hanya
akan jatuh ke dalam rutinitas biasa dalam mencari nafkah. Spiritulitas muncul
karena hubungan pribadi manusia dengan Allah. Lalu, hubungan yang indah ini
dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari dengan lingkungan sekitar. Ini
merupakan ungkapan penga-laman iman dalam situasi konkret dari masing-masing
orang. Ada buah-buah spiritualitas yang bisa dilihat seperti doa, pengorbanan,
kegembiraan rohani, perjuangan rohani, dan pelayanan. Buah-buah itu bisa
dilihat dan dirasakan orang lain ketika seseorang melakukan sesuatu dengan
didasari dengan spiritualitas yang baik.
Ada banyak spiritualitas yang bisa kita gunakan seperti Ignasian,
Karmelit, dll. Tapi sebagai sebuah Kongregasi, SSpS juga memiliki spiritualitas
yang bisa dijadikan pegangan hidup. Spritualitas SSpS dinamakan Spiritualitas
Allah Tritunggal. Spiritualitas itu adalah
sama/sederajat,unik/utuh,comunio/persatuan, dialog/komunikasi yang konstan,
dan misioner siap sedia untuk diutus. Setelah menjelaskan sedikit tentang
masing-masing spiritua-litas tersebut kami kemudian disuruh mencari apa
kira-kira spiritualitas yang bisa kami lihat sudah tampak di lingkungan Mater
Amabilis. Hari kedua ini ditutup dengan doa Taize bersama di kapel.
Sessi hari ketiga dibuka dengan materi tentang Karisma. Karisma adalah
anugerah roh/rahmat yang menjadi daya penggerak untuk mengabdi dan daya
kekuatan hidup untuk menghayati nilai-nilai Kerajaan Allah. Karena tiap-tiap
karya kerasulan memiliki karismanya sendiri-sendiri maka kami harus tahu apa
yang menjadi karisma dalam dunia pendidikan, secara khusus dalam lingkungan
Mater Amabilis.
Dalam sessi ini kami diharuskan mencari apa yang kira-kira akan menjadi
karisma kelompok kami masing-masing dalam berkarya di sekolah. Karisma itu
didapat setelah kami menuliskan harapan kami masing-masing terhadap sekolah.
Karisma itu digantungkan pada bibit tanaman yang kami terima pada sessi penutupan
retret ini. Tiap-tiap kelompok mendapat bibit tanaman yang harus kami tanam dan
rawat dengan baik. Tanaman itu akan menjadi simbol bahwa kami memiliki harapan
dan karisma yang baik untuk sekolah ini. Akhirnya, setelah makan siang kami meninggalkan
rumah retret ini untuk kembali ke Surabaya.
Secara pribadi saya mendapat banyak hal melalui retret ini. Yang
pertama saya bisa mengenal teman-teman dengan lebih baik dan lebih dalam, yang sebelumnya
hanya saya lihat sebagai rekan kerja sekarang bisa saya lihat sebagai teman
dalam pekerjaan. Setelah sharing dan kerjasama baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok besar saya semakin mengenal mereka secara pribadi.
Hal lain adalah bagaimana menjadi guru yang benar. Saya diingatkan
tentang spiritualitas seorang guru. Saya melihat bahwa menjadi guru yang benar
berarti tidak sekedar memberi pelajaran di dalam kelas tapi juga memberi
pelajaran hidup di luar kelas. Menjadi guru yang benar berarti harus memiliki
spiritualitas yang jelas. Menjadi guru yang benar berarti menjadi lebih baik
dari sekedar menjadi guru yang profesional.
Selain itu ada sedikit hal yang menggelitik saya ketika salah satu
suster berbicara bahwa kalau kita bekerja di sini kita tidak akan menjadi kaya.
Maka, carilah ke-kayaan di luar tapi dapatkan ketenangan hati di sini. Saya
diingatkan bahwa bekerja memang semata-mata bukan sekedar men-cari uang tapi
lebih dari itu, bekerja seharusnya juga bisa menjadi tempat untuk
mengaktualisasikan diri dan menjadi tempat untuk menjawab panggilan Tuhan. Tetapi,
tetap saja hidup itu membutuhkan uang.
Roy Tigor Natelas (guru SMK
Mater Amabilis)
Infokom Edisi 46, 2015
Infokom Edisi 46, 2015
No comments:
Post a Comment