Para suster yang terkasih, pada beberapa edisi
infokom ini akan kami sertakan Pesan Paus Fransiskus untuk Tahun Hidup Bakti.
Penyajiannya kami lakukan bagian perbagian. Informasi ini kami peroleh dari: katekesekatolik.blogspot.com.
Tujuan Tahun Hidup Bakti
Yang pertama dari tujuan ini adalah untuk melihat ke
masa lalu dengan rasa syukur.
Semua lembaga kita merupakan pewaris sejarah yang
kaya oleh karisma. Dalam masa asal-usul mereka kita melihat tangan Tuhan yang dalam
Roh-Nya, memanggil pribadi-pribadi tertentu untuk mengikuti Kristus lebih
dekat, untuk menerjemahkan Injil ke dalam sebuah cara hidup tertentu, untuk membaca
tanda-tanda zaman dengan mata iman dan menanggapi secara kreatif
kebutuhan-kebutuhan Gereja. Pengalaman awal ini kemudian menjadi dewasa dan
berkembang, melibatkan para anggota baru dalam konteks geografis dan budaya
baru, dan menimbulkan cara-cara baru melak-sanakan
karisma tersebut, prakarsa-prakarsa dan
ungkapan amal apostolik yang baru. Seperti benih yang menjadi sebuah pohon,
masing-masing lembaga tumbuh dan menjulurkan cabang-cabangnya.
Selama Tahun Hidup Bakti ini, akanlah sesuai bagi
masing-masing keluarga karismatik untuk
merenungkan asal-usul dan sejarahnya, untuk bersyukur kepada Allah yang
menganugerahkan Gereja beragam karunia yang menghiasi dirinya dan melengkapi
dirinya untuk setiap pekerjaan yang baik (bdk. Lumen Gentium, 12).
Menceritakan kembali sejarah kita sangat penting
untuk menjaga jati diri kita, untuk memperkuat kesatuan kita sebagai sebuah
keluarga dan kepemilikan akal sehat kita. Lebih daripada sebuah latihan dalam
arkeo-logi
atau budidaya nostalgia semata, ia memanggil untuk mengikuti jejak langkah
generasi-generasi terdahulu untuk mema-hami cita-cita
tinggi, serta visi dan nilai-nilai yang mengilhami mereka, dimulai dengan para
pendiri dan komunitas-komu-nitas pertama.
Dengan cara ini kita datang untuk melihat bagaimana karisma telah tinggal
selama bertahun-tahun, kreativitas telah dipicu, kesulitan-kesulitan ditemui
dan cara-cara nyata kesulitan-kesulitan itu diatasi. Kita juga mungkin
mengalami kasus ketidakkonsistenan, hasil kelemahan manusia dan bahkan suatu
kali mengabai-kan
beberapa aspek penting karisma ter-sebut. Namun
semuanya membuktikan dengan mengandung pelajaran dan, secara keseluruhan,
bertindak sebagai sebuah panggilan untuk pertobatan. Menceritakan kisah kita
adalah memuji Allah dan ber-syukur
kepada-Nya atas segala karunia-Nya.
Dengan cara tertentu kita bersyukur kepa-da
Allah atas lima puluh tahun yang mengikuti Konsili Vatikan II ini. Konsili
mewakili "sebuah embusan" Roh Kudus atas seluruh Gereja. Karena itu,
hidup bakti menjalankan sebuah perjalanan pembaha-ruan
yang berbuah,
yang karena semua terang dan bayangannya, telah menjadisebuah saat rahmat, yang
ditandai dengan kehadiran Roh.
Semoga Tahun Hidup Bakti ini juga menjadi
sebuah kesempatan untuk mengakui dengan rendah hati, dengan keyakinan besar
Allah yang adalah kasih (bdk. 1 Yoh 4:8), kelemahan kita sendiri dan, di dalamnya,
mengalami kasih Tuhan yang penuh kerahiman. Semoga Tahun Hidup Bakti ini juga
menjadi sebuah kesempatan untuk memberikan kesaksian yang kuat dan penuh sukacita
di hadapan dunia bagi kekudusan dan kehadiran daya hidup dalam begitu banyak
orang yang dipanggil untuk mengikuti Yesus dalam hidup bakti.
Para Suster terkasih, Paus Fransiskus mengajak kita
untuk mengenang masa lalu dengan penuh syukur dengan cara bercerita.
Hal ini sesungguhnya telah kita lakukan sebagai Kongregasi dalam perjalanan
Kapitel Umum kita yang ke-14 yaitu Story Telling
Cerita tentang
pengalaman atau kegiatan yang telah membawa dampak bagi kita sebagai seorang
SSpS. Cerita yang mampu mewahyukan kepada kita tentang siapakah kita ini –
identitas kita, bagaimana kita memahami misi kita jaman ini – arah, dan kemana
energi kita kita curahkan – visi kita bagi dunia.
Semoga tahun hidup bakti ini kita isi dengan berbagi
cerita yang memampukan kita bersyukur atas jejak langkah Allah dalam hidup kita
bersama.
No comments:
Post a Comment