Sr Deodatis dan Sr Maria Widjaya saat memotong jagung muda
di samping Rumah Komunitas Waena, Papua.
di samping Rumah Komunitas Waena, Papua.
Syukur dan terima kasih pada Tuhan adalah suatu ungkapan yang dialami oleh Sr Maria Widjaya selaku perwakilan TPP dan Sr Deodatis yang pada kesempatan ini dipercaya untuk mengikuti Misa pemberkatan rumah Komunitas di Waena dan Kali Bom Papua. Berikut kami paparkan hasil wawancara dengan kedua Suster selama berada dan bersama para Suster SSpS di Papua.
Menurut Sr Maria Widjaya, pada tanggal 17 April 2012 merupakan hari yang penuh berkat bagi Kongregasi kita semua para Suster SSpS khususnya para SSpS Provinsi Jawa, karena pada tanggal ini rumah Komunitas SSpS di Papua diberkati oleh Mgr Leo Laba Ladjar OFM. Rumah Komunitas di Waena sudah dilengkapi fasilitas berupa 4 kamar tidur, 1 ruang Kapel, 1 ruang dapur dan kamar cuci. Berdasarkan letak Geografis, rumah Komunitas Waena ini berada di tengah-tengah, di samping kanan dan kirinya ada rumah Seminari dan Asrama Putra/Putri untuk mahasiswa/siswi yang study di STPK. Sedangkan di bagian belakang, ada rumah HOSPICE tempat merawat orang-orang yang terkena AIDS. Pada Misa pemberkatan rumah Komunitas di Waena-Papua, Mgr Leo Laba Ladjar OFM juga menyampaikan tugas perutusan sekaligus tempat tugas bagi para Suster SSpS yang dipercaya berkarya di Waena, Papua. Sr Marietta SSpS dipercaya membantu di Asrama, Sr Lusia Andayani di Sekolah Tinggi Pastoral sedangkan Sr Roberta di bidang keperawatan Rumah Sakit Dian Harapan, yang merupakan milik Keuskupan Jayapura.
Menurut Sr Deodatis, dengan melihat situasi dan kondisi masyarakat Papua, Misi SSpS saat ini sangat relevan dan banyak harapan kedepannya, karena masih banyak generasi muda yang dijumpai khususnya yang tinggal di Asrama dan Study di STPK, memang tidak semua namun masih menemukan orang muda yang mempunyai hati dan semangat untuk membangun Papua menjadi lebih baik khususnya memperbaiki SDMnya meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi. Hal ini juga senada diungkapkan oleh Sr Maria Widjaya, beliau juga menambahkan bahwa tempat Misi di Papua sangat membutuhkan Suster-suster SSpS yang kuat baik secara fisik maupun mental dan sabar. Satu hal yang saat ini membutuhkan kesiap sediaan dan segera bertindak yaitu dalam bidang pendidikan supaya masyarakat Papua lebih “human” karena masih banyak di jumpai orang-orang dengan mental tidak mau bekerja, selain itu juga yang menjadi keprihatinan sekaligus tantangan bagi para Suster yang sudah bertugas di bidang pendidikan di Kali Bom yaitu, anak-anak yang sekolah mulai dari SD sudah bebas SPP namun tidak mau untuk belajar dan ujian harus diluluskan semua, meskipun nilainya jelek atau tidak memenuhi target.
Satu pengalaman yang paling mengesan bagi Sr Deodatis adalah saat berbagi pengalaman bersama para Suster di Komunitas Abdi Roh Kudus di Kali Bom, dimana mereka merindukan seorang Suster senior yang masih kuat dan bersedia bermisi di Papua, yang tinggal di komunitas, yang mendoakan dan mempersatukan serta setiap kali para Suster pergi maupun kembali dari tempat tugasnya masih ada Seorang Suster yang tinggal di Komunitas. Sr Maria Widjaya menambahkan bahwa Suster senior yang dirindukan para Suster di komunitas Abdi Roh Kudus di Kali Bom adalah Suster tua/senior yang masih mempunyai semangat muda. Biaya hidup di tanah Papua memang mahal dan berat, tanah Papua saat ini masih menantikan uluran tangan dari para Suster SSpS yang bersedia untuk membantu masyarakat di bidang pendidikan dan martabat manusia. Suster SSpS yang betul-betul sabar, mempunyai keberanian dan mempunyai semangat untuk melayani secara total dan tidak menuntut hasilnya dalam waktu yang singkat.
Sr Theresia Sitriati SSpS
Infokom edisi khusus Mei 2012
No comments:
Post a Comment