Dan para suster yang terkasih
Salam rindu dari Nederland,
Kabar baik dari saya dan para suster di sini. Apa kabar para Suster? Di sini udara masih dingin seperti di Claket, matahari sudah mulai muncul, kuncup-kuncup bunga juga sudah mulai mengeliat. Sr. Ines dan para suster, kurang lebih hampir tiga minggu saya tidak berjumpa dengan para suster. Ini surat saya yang pertama.
Pertemuan Para Misionaris Luar Negeri
Ki-Ka: Sr. Elvira, Sr. Melina (pink-Philipina), Sr. Patricia (Polandia),
Sr. Juliet (Philipina), Sr Lili, Sr. Celine (India), Sr. Shyny (India), Sr. Suchita (India), Sr. Yuliana.
Perjalanan saya lancar. Tanggal 06 Maret saya tiba di Bandara Schipol dengan selamat tak kurang sesuatupun. Sr. Yuliana dan Sr. Elvira sudah menanti di pintu keluar. Mereka mengira saya mengenakan jubah, mereka mencari-cari. Dari jauh saya sudah melambaikan tangan, sambil membawa troli berisi koper yang besar dan beratnya hampir sama dengna berat badan saya. Para suster bisa bayangkan saya diantara orang-orang Eropa yang rata-rata berbadan tinggi besar. Sebelum melanjutkan perjalan ke Uden, kami mampir untuk menghangatkan tubuh dengan minum kopi dan coklat. Udara saat itu 5°C. Kami melanjutkan perjalanan dengan kereta cepat, kurang lebih dua jam perjalanan, kami tiba di stasiun Uden, Sr Melina (PIKO-misionaris Philipina) dan Sr Celine (misionaris India) datang menjemput kami. Kurang lebih 10 menit kami sudah tiba di komunitas kita di Uden, sebuah komunitas sederhana. Sr Odeta (mantan misionaris Flores), Sr Shyni (India) dan Sr Suchita (India-dia datang November 2011) menyambut dengan hangat.
Para suster yang terkasih, di komunitas inilah saya tinggal. Kami tinggal di sebuah flat lantai tiga. Komunitas kami saat ini sudah mulai berkurang dan akan berkurang, karena perpindahan dan tugas. Tanggal 25 Maret Sr Odeta pindah ke komunitas para suster lansia di Uden. Awal April Sr Shyny dan Sr Suchita akan pindah ke Den Haag untuk melanjutkan tugas belajar bahasa mereka. Sementara Sr Melina akan mengambil cuti ke Philipina untuk 3,5 bulan. Jadi tinggal kami bertiga yang akan tinggal (Sr Celine, Sr Yuliana dan saya). Sementar ini saya belum dapat giliran memasak, hanya bantu-bantu saja. Meski di Paroki kami baru saja mendapat seorang Pastor tetapi kami tidak merayakan Ekaristi setiap hari tidak juga dengan Ibadat Sabda. Kapel kami cukup sederhana dan apik. Di tempat ini pula biasanya kami berjumpa dengan Sang Misionaris Sejati.
Sr Ines dan para suster, keberangkatan saya diawal bulan puasa/prapaska kita menjadi sarana bagi saya untuk boleh masuk ke dalam diri. Dengan segala sesuatu yang baru terutama bahasa. Membuat saya merasa berjalan bersama Bunda Maria dalam keheningan di Jalan Salib putranya. Minggu pertama saya tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. Satu, dua kata saja yang saya tahu tidak cukup lengkap untuk mengungkap apa yang mereka bicarakan. Hanya mendengar dan mendengar. Mungkin begitulah Maria ketika dia mendengar putranya ditangkap sampai Ia dijatuhi hukuman. Tidak mengerti, bertanya-tanya mengapa anaknya ditangkap dan seterusnya.
Di Minggu ini pula saya diberi kesempatan untuk mengikuti pertemuan para misionaris luar negeri. Meskipun sebagian besar mereka berbahasa Inggris, selama pertemuan tetap menggunakan bahasa Belanda kecuali saya. Untunglah kami masih dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris, apa lagi kalau syering Kitab Suci dan doa spontan.
Sr Melina dan para suster yang lain juga membantu saya untuk mengenali lingkungan sekitar. Selalu ada malaikat yang memberi petunjuk sekaligus menguatkan. Maria pun tidak berjalan sendirian, ia berjalan bersama Yohanes dan Maria Magdalena menelusuri jalan salib putranya.
Minggu ke dua saya sudah mulai dengan les bahasa, seorang guru di datangkan untuk sedikit memberi pengantar bahasa Belanda. Sebelum nanti bulan April saya melanjutkan kursus di Bosch. Seminggu dua kali mulai Pk 09.00-17.00. Jaraknya sedikit jauh, kurang lebih satu jam dari komunitas kita naik kereta cepat.
Hari berlalu, lambat alun mesti tidak semua, saya dapat mengerti apa yang mereka bicarakan. Tapi kalau mereka bicara cepat-cepat saya masih belum mengerti. Mesti pelan-pelan baru mengerti. Saya bisa merasakan bagaimana Yesus berjalan setapak demi setapak di Jalan Salib-Nya. Mulai Minggu ini, sore atau pagi hari Sr Melina memberikan Reading Class. Belajar membaca, kami belajar membaca offisi. Kadang merasa lucu, saya kembali seperti anak-anak yang mulai belajar mengenal huruf dan membaca. Banyak huruf mati berjajar-jajar, susah mengucapkannya. Selain itu saya mulai belajar bicara dengan bertanya hal-hal sederhana. Kalau dulu saya tertawa karena ekspresi mereka saat tertawa membuat saya geli tetapi sekarang saya tertawa karena saya tahu apa yang membuat mereka tertawa. Saya merasa senang karena setiap suster disini cukup memahami saya. Mereka sering memberi koreksi pada kalimat yang saya ucapkan, maklum belum banyak yang saya ketahui.
Sr Ines dan para Suster, sekian dulu kabarnya, mohon doa supaya saya diberi kesabaran, ketekunan dan rendah hati untuk belajar. Oya, Sr Yuliana sudah lulus test bahasa Belanda di Leiden. Kami semua ikut senang dan bulan Juni nanti kami akan ada open house, biara kita di Uden. Mohon doa ya semoga semua lancar. Sebagai akhir kata, selamat memasuki Tri Hari Suci; seperti Dia yang setia menapaki Jalan Salib-Nya, semoga bersama Bunda Maria kita dimampukan menapaki “jalan sunyi” ini dengan setia pada kehendak Allah. Selamat Pesta Paskah 2012.
Doa dan Kasih
Sr Veronika Lili Purwanti SSpS
Infokom edisi ke-06, April 2012
No comments:
Post a Comment