Penetapan awal perayaan syukur Tahun Kerahiman pada 8 Desember, tepat pada
Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, memiliki dua makna.
Pertama, ulang tahun kelima puluh penutupan Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan
II menjadi tanda Gereja memasuki sebuah tahap baru sejarahnya, dimana Gereja
hadir sebagai tanda hidup dari kasih Bapa. Ketika membuka konsili Paus Yo-hanes
XXIII berkata, “Sekarang Mempelai Kristus ingin menggunakan obat ke-rahiman
ketimbang mengangkat senjata kekejaman…” Dan pada penutupan konsili, Paus
Paulus VI berkata, “Kami lebih memilih untuk menunjukkan bagaimana amal telah
menjadi ciri religius utama konsili ini… cerita lama tentang orang Samaria yang
Baik telah menjadi model
spiritualitas konsili…sebuah
gelombang kasih sayang dan kekaguman mengalir dari konsili atas dunia modern
umat manu-sia…”
Kedua, Bunda Maria adalah pintu kerahiman Allah. Dia
mengandung Yesus. Melalui Bunda Maria, umat manusia akan mengalami kasih Allah
yang menghibur, mengampuni dan menanamkan harapan. Allah tidak ingin
meninggalkan manusia sendirian dalam pergolakan kejahatan. Maka Allah memalingkan
pandanganNya kepada Maria, yang kudus dan tak berno-da dalam kasih, memilihnya
untuk men-jadi Bunda Sang Penebus manusia.
Berikut adalah butir-butir penting yang dicetuskan
Paus dalam bullanya:
Pertama, sama seperti Allah penuh kerahi-man, demikian pula kita dipanggil untuk penuh kerahiman satu sama lain.
Dengan mengalami kerahiman Allah, kita bisa pergi kepada setiap orang untuk
memba-wa kebaikan dan kelembutan Allah. Paus berkata, “Dengan melintasi ambang
Pintu Suci, kita akan menemukan kekuatan untuk merangkul kerahiman Allah dan
mendedikasikan diri kita untuk menjadi penuh kerahiman dengan orang lain seba-gaimana
telah dilakukan Bapa bersama kita.”
Kedua, mengampuni pelanggaran dan kesalahan menjadi
ungkapan paling jelas dari kasih yang penuh kerahiman. Karena itu, hendaknya di
tahun suci ini umat mau saling mengampuni atau me-maafkan. Bapa Paus berkata, “Pengampunan
adalah alat yang ditempatkan ke dalam tangan kita yang rapuh untuk mendapatkan
ketenangan hati.” Dengan mengampuni, kita diajak untuk melepaskan amarah,
kekerasan, dendam dan keben-cian, sehingga kita benar-benar dapat me-rasakan
hidup dengan penuh sukacita.
Ketiga, kerahiman merupakan dasar dari kehidupan Gereja. Umat Allah
ditugaskan untuk mewartakan kerahiman Allah, me-nembus hati dan pikiran setiap orang, tan-pa
kecuali. Oleh karena itu, dimana pun Gereja hadir, kerahiman Bapa harus nyata
sehingga setiap orang dapat menemukan oase kerahiman.
Keempat, semoga di tahun suci ini umat mau membuka hati bagi mereka yang
tinggal di pinggiran terluar masyarakat. Bapa Paus menghimbau agar kita mem-buka mata dan melihat penderitaan dunia,
luka saudara-saudari kita. “Semoga jeritan mereka menjadi jeritan kita, dan
semoga kita bersama-sama mendobrak hambatan-hambatan ketidakpedulian yang
terlalu sering paling menguasai dan topeng ke-munafikan dan egoisme kita.” Demikian harapan Bapa Paus.
Dari harapan-harapan itu, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan selama
tahun suci ini. Tindakan-tindakan itu dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis
karya, yaitu karya jasmani kerahiman dan karya rohani kerahiman. Karya-karya
jasmani kerahiman dapat berwujud seperti: memberi makanan kepada orang lapar,
minuman kepada orang haus, pakaian kepada orang telanjang, menyambut orang
asing, menyembuhkan orang sakit, me-ngunjungi orang di penjara, menghibur orang berduka, dll (bdk. Mat.
25:31–45).
Hal ini seperti yang pernah disuarakan oleh Nabi Yesaya, dan suaranya kembali
kita dengar pada
masa prapaskah (Yes 58: 6–11). Sedangkan karya rohani kerahim-an: menasehati orang bimbang, mengajari
orang bodoh, menegur orang salah/ berdosa, menghibur orang menderita, mengampuni
kesalahan, menanggung dengan sabar mereka yang berbuat jahat kepada kita, mendoakan
orang hidup dan mati, dll. Hal ini seperti yang pernah disuarakan oleh Nabi
Mikha, yang suaranya kembali kita dengar pada masa prapaskah (Mi 7: 18–19).
Bapa Paus juga akan mengirim “Para Misionaris Kerahiman” selama masa
prapaskah tahun suci ini. Mereka ini akan diberi wewenang untuk mengampuni
dosa-dosa yang direservir oleh Takhta Suci. Selain itu, di tahun suci ini
Takhta Suci akan memberikan indulgensi. Kerahiman mengungkapkan cara Allah
menjangkau orang berdosa, menawarkan kepadanya sebuah kesempatan baru untuk
melihat diriNya, bertobat dan percaya.
Kepada siapa saja pesan kerahiman ini ditujukan? Yang pasti pesan ini
pertama-tama ditujukan kepada umat Katolik. Akan tetapi, dalam bulla petunjuk resmi tentang
Yubileum Luar Biasa Kerahiman Paus Fransiskus menyebutkan 3 kriteria
penerima pesan kerahiman ini. Pertama, mereka yang perilakunya menjauhkan diri
dari rahmat Allah, seperti orang yang ter-libat dalam organisasi kriminal
apapun. Bapa Paus menghimbau agar orang-orang ini tidak jatuh ke dalam
perangkap ber-pikir yang mengerikan bahwa kehidupan tergantung pada uang dan
bahwa hal apa-pun tidak bernilai atau bermartabat.
Ketiga, kepada Yudaisme dan umat Islam, juga umat agama-agama lain. Semoga
ta-hun suci ini akan menumbuhkan sebuah perjumpaan dengan Yudaisme dan Islam
serta dengan tradisi-tradisi agama mulia
lainnya,
sehingga dapat membuka hati kita untuk berdialog. Dengan dialog kita bisa
saling mengenal dan memahami dengan lebih baik, sehingga hilanglah segala
bentuk ketertutupan pikiran dan ketidakhormatan, dan mengusir setiap bentuk kekerasan dan diskriminasi.
Selamat Merayakan Tahun
Yubileum Kerahiman...
Sumber:
Radio Vatican
Infokom Edisi 50, Desember 2016
No comments:
Post a Comment