Di hari yang
penuh sukacita atas turunnya Roh Kudus, Roh Pembaharu
ini kami ingin berbagi syukur, sukacita dan harapan melalui
sebuah cerita/syering kami tentang “Kebun Misi di Novisiat Batu”.
Berawal dari sebuah keprihatinan tentang kebun di
depan rumah novisiat yang kurang subur, kami
membangun mimpi bersama di seputar meja makan,
“Bagaimana menjadikan kebun itu subur?”. Tanah ke-bun
itu kurang subur karena di dalam tanahnya penuh dengan
bongkahan batu buangan sisa bangunan. Kami tidak mau berhenti pada rasa
prihatin dan sekedar mimpi. Undangan untuk membaharui komunio dengan
alam ciptaan menggema terus. Kami bergerak bersama dan dengan bantuan
mitra misi yang bekerja di kebun Margi Rahayu; Pak Juri dan Pak Kirnu mengeluarkan
bongkahan-bongkahan batu itu kemudian membalik tanahnya dan secara perlahan
kami mulai menata tanah yang sudah bisa digarap itu.
Berbekal pengalaman mengikuti seminar yang diberikan
oleh para Suster Yunior SSpS sekitar dua/tiga tahun yang lalu bagi para
postulan di KGP (Kursus Gabungan Postulan di Keuskupan Malang) dan membaca
kembali dari beberapa sumber tentang biopori,
kami memilih menyuburkan tanah kebun novisiat dengan membuat lubang biopori.
Lubang resapan biopori merupakan teknologi tepat guna untuk mengurangi
genangan air dan sampah organik serta menjaga air bawah tanah. Untuk setiap 100m2
lahan idealnya lubang resapan dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak
antara 0,5-1m.
Dengan kedalaman 100cm dan diameter 10cm
setiap lubang bisa menampung 7,8 liter sampah. Sampah dapur dapat menjadi
kompos dalam waktu 15-30 hari, sementara sampah
kebun berupa daun dan ranting bisa menjadi kompos dalam waktu 2-3
bulan.
Sekitar dua tahun ini kami menekuni pemeliharaan
biopori, kami yakini ini memberi kehidupan. Hari demi hari kami mengumpulkan
sampah dapur dari novisiat dan Komunitas St. Maria.
Awalnya memang
tidak mudah untuk setia dan menjaga
kedisiplinan mulai dari memilah sampai memasukkan
sampah ke lubang bio-pori, namun ketika kami sadar
akan nilainya,
kami bersemangat. Setiap penghuni novisiat mempunyai tanggungjawab piket
mengisi lubang biopori, bila ada yang
lupa saling mengingatkan, bila pergi mengin-formasikan
kepada teman yang lain atau bekerjasama dengan Ibu di dapur dan Bapak yang
bertugas di kebun St. Maria.
Komitmen ini juga membuat kami sadar bahwa ketika
beraktivitas dan menghasilkan sampah,
kitalah yang bertanggung jawab atas sampah itu sampai titik. Membayar
iuran bulanan sampah bukan berarti tanggungjawab kita selesai. Halaman di biara
dan rumah kita bersih, sedangkan TPS menggunung bukanlah harapan kita. Memang
jika dipikir “apa artinya sumbangan kita yang
kecil ini, toh masih banyak yang belum memilah sampah?”, bukankah sesuatu yang
besar dimulai dari yang kecil?, semoga
demikian pula dengan komitmen peduli pada
lingkungan. Dikobarkan oleh Roh Kehidupan kita berjuang bersama mewujudkan bumi
kita menjadi planet yang semakin nyaman untuk dihuni.
Buah-buah sukacita kecil mulai kami cicipi bersama;
sekarang tanah di kebun kami subur banyak cacing dan makhluk hidup lain
“kerasan” hidup dan tinggal di dalamnya, banyak
kupu-kupu bercengkrama di sekitar kebun, ayam-ayam Sr. Yasinta pun senang
bermain di sekitar kebun novisiat, suara beberapa jenis serangga terdengar
makin nyaring kala suara kendaraan di jalan
raya mulai lengang, buah dari pohon mangga di kebun kami yang semula rasanya hambar, tahun ini mulai ada rasa manis-manis asam. Kebun sudah menghasilkan beberapa sayuran; daun singkong, pepaya, pucuk labu, kangkung, bayam, kenikir, cabe, sedikit buncis dan bengkuang.
raya mulai lengang, buah dari pohon mangga di kebun kami yang semula rasanya hambar, tahun ini mulai ada rasa manis-manis asam. Kebun sudah menghasilkan beberapa sayuran; daun singkong, pepaya, pucuk labu, kangkung, bayam, kenikir, cabe, sedikit buncis dan bengkuang.
Kami mencoba mengelola, bila di kebun ada sayur yang
bisa dipanen petugas dapur membeli dengan harga seperti di pasar dan hasil
uangnya dikumpulkan untuk dana sosial untuk
membantu sesama yang mem-butuhkan.
Hasilnya memang tidak banyak, sungguh membahagiakan.Kami juga bercita-cita
membuat lubang biopori dengan intensi dan menandainya dengan nama ko-munitas/negara
misi tempat dimana Para Suster kita berkarya sehingga saat mengisi kami sembari
berdoa dan menyatukan hati bersama Para Suster. Kebun ini juga menjadi
salah satu sudut tempat berekspresi bersama
orang-orang muda yang live in di biara St. Maria/Novisiat. Tahun lalu para
peserta live in menanamkan bunga matahari di kebun novisiat dan bijinya telah
menyebar
ke biara-biara yang ingin menanam bunga matahari….Demikian Para Suster syering
kami dari Kebun Novisiat. Kami juga mengucapkan limpah terima kasih untuk cinta
Para Suster semua yang men-cintai &
mendukung kami di rumah formasi dengan caranya masing-masing. Doa kami selalu
untuk Para Suster.
Infokom Edisi 44, Mei 2015
No comments:
Post a Comment