Dalam rangka membangun semangat pluralisme dan
pembelajaran sejak formasi awal (Pra- novisiat dan Novisiat),
maka diadakan program kunjungan dan dialog antar agama. Kegiatan ini bertujuan agar formandi sebagai calon misionaris hendaknya
memiliki wawasan luas dan terbiasa hidup serta
bekerjasama dengan umat agama lain. Pada kesempatan
ini kunjungan dan dialog agama diadakan dengan umat yang beragama Budha dan
Konghucu. Sebagai persiapan kegiatan ini, Sr. Sisilia Andri SSpS dan Sr. Anna
Maria SSpS memberikan beberapa pembekalan materi mengenai agama Budha dan
Konghucu kepada para Novis dan Pranovis.
Tanggal 15
April 2014 Sr. Sisilia Andri SSpS
beserta Novis dan Sr. Anna Maria SSpS beserta Pranovis mengadakan kun-jungan ke Vihara Dhammadipa Arama yang terletak di Jl. Ir. Soekarno 44 (Mojorejo), Batu. Kedua rombongan tiba di tempat pukul 07.00 WIB pagi dan disambut dengan sangat baik dan terbuka oleh YM. Bhante Khantidharo Mahathera (pemimpin Vihara). Sr. Sisilia
Andri SSpS menyampa-ikan maksud kedatangan
dan memperkenalkan diri dilanjutkan dengan tanya jawab tentang agama Budha dan Vihara oleh para Pranovis dan Novis dengan narasumber
Banthe Khantidharo.
Usai tanya jawab, Banthe memanggil beberapa Atthasīlani untuk mengantar berkeliling di lingkungan Vihara
dan menjelaskan tradisi dalam agama Budha. Agama
Budha menggunakan istilah yang sama dengan kita yaitu tahap pembinaan yang
disebut novis. Novis perempuan disebut Atthasīlani. Sedangkan Novis pria disebut Samanera. Jumlah mereka saat ini yang tinggal di Vihara yaitu 36 Samanera dan 36 Atthasīlani. Vihara Dhammadipa Arama
menganut Budha Theravada. Beberapa
aliran lain dalam agama Budha yakni Budha Mahayana: Zen dan Budha Vajrayana.
Dari kunjungan ini, Para Pranovis dan Novis
mendapat pembelajaran tentang agama Budha yaitu sejarah Budha dan kehidupan
Sidharta Gautama; tradisi, cara hidup dan nilai-nilai agama Budha serta
kebiasaan-kebiasaan para novis Budha Atthasīlani dan Samanera yaitu makan
sehari hanya dua kali yaitu pukul 06.00 WIB dan 11.00 WIB, selama makan harus
hening dan selesai sebelum pukul 12.00 WIB. Setiap hari mereka memulai meditasi pukul 03.00 WIB dan pukul 04.00 WIB sudah
memulai puja bakti. Meditasi bagi mereka bukanlah doa tetapi penyadaran tubuh
sepanjang hari. Pekerjaan harian dan makan adalah praktek-praktek meditasi yang
harus dilatih setiap hari. Sepanjang hari mereka dilarang untuk bicara satu
sama lain kecuali dengan Kepala Biara. Setiap bulan purnama diadakan pencukuran
ram-but bagi Atthasīlani dan Samanera. Kun-jungan diakhiri pukul 11.00, para Novis dan Pranovis beserta kedua suster
pendamping kembali ke Batu.
Tanggal 16 April 2014 kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke
Klenteng Kwan Im Thong (Guan Yin Dang) di Jl.
Gajah Mada 53, Batu. Nama ini diambil dari tuan rumah klenteng tersebut adalah Dewi
Kwan Im (Dewi Welas Asih). Kami diterima oleh Bhikku Vajra Phala dan Bapak
Handi selaku Ketua Klenteng. Keduanya mem-berikan penjelasan tentang agama Konghucu, Klenteng serta tradisi dan upa-cara yang diadakan di dalamnya. Klenteng tersebut digunakan untuk berdoa
oleh 3 aliran yang berbeda yaitu Budha, Tao dan Konghucu. Ketiga aliran ini
biasanya disebut sebagai TRIDARMA. Mereka tidak mempunyai jadwal doa bersama
tetapi masing-masing datang sesuai kebutuhan dan dengan tata cara ibadat
sendiri-sendiri sesuai dengan aliran masing-masing. Beberapa umat Budha yang
berdoa di Klenteng ini serta Bhiksu Vajra Phala menganut aliran Budha
Tantrayana (Siwa Budha) yang menurut sejarah berasal dari kerajaan Majapahit,
Singosari, Mojokerto, Trowulan serta Sriwijaya. Karena Klenteng ini cukup lama kosong selama Orde Baru, maka saat ini umat yang berdoa di Klenteng ini
jumlahnya tidak banyak lagi.
Di dalam Klenteng ini banyak terdapat patung
dewa-dewi yang masing-masing memiliki altar sebagai tempat untuk berdoa. Salah
satu yang besar diantaranya adalah Dewi Bahari. Dewi Bahari sangat dipercaya
sebagai Dewi yang melindungi mereka disaat melakukan perjalanan jauh melalui
laut ketika mereka mencari tempat yang lebih baik untuk kehidupan mereka.
Menurut Bhiksu dan bapak Handi, di Indonesia banyak terdapat Klenteng Dewi
Bahari. Tata cara berdoa di Klenteng mempunyai urut-urutan. Urutan doa per-tama kali ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, selanjutnya
ke Tuan Rumah yaitu Dewi Kwan Im kemudian dilanjutkan berkeliling ke para Dewa
dan Dewi yang dihormati di Klenteng tersebut. Altar yang dikunjungi disesuaikan
dengan kebutuhan pendoa saat itu ingin memohon kepada Dewa atau Dewi siapa.
Kunjungan ini memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi kami serta
semakin memperkaya para Pranovis dan Novis untuk mencintai sesama serta belajar
menemukan Tuhan dan kebaikan dalam hidup sehari-hari.
Pukul 11.00 siang rombongan mohon pamit dan melanjutkan perjalanan ke Komunitas kami masing-masing dengan penuh syukur.
Sr.
Yanti (Novis 1) dan Sr. Dewi (Novis 2)
Infokom Edisi 38, Juli-Agustus 2014
No comments:
Post a Comment