HIDUPLAH ALLAH TRITUNGGAL DALAM
HATI KITA
DAN DALAM HATI UMAT MANUSIA
Photo di depan biara Rubiah Benedictin – Bello, Kupang. Sehabis pengolahan.
Barisan belakang dari kanan: Sr. Merry, Sr Angela, Sr Magdalena, Sr. Agnes, Sr Theresia
Jadul.
Barisan depan dari kiri: Sr. Yenita
Luruk, Sr Ovi, Sr Kresensia, Sr Mawar.
Ytk. Sr. Ines dan Para Suster,
Salam dalam kasih Allah Roh Kudus,
Selamat
Natal dan Tahun baru. Apa kabar Suster? Semoga
semua dalam keadaan baik dan bahagia. Kabar saya di Timor juga baik dan
sehat. Maaf saya baru bisa berkirim kabar berita sekarang ini. Sebenarnya
sebelum Natal saya telah sempat-kan
mengirim email tetapi ternyata tidak terkirim. Harap maklum di sini
akses internet cukup sulit.
Sr.
Ines dan para suster yang terkasih, pada kesempatan ini saya mengucapkan limpah
terima kasih atas doa-doa yang dipanjatkan pada hari ulang tahun saya tanggal
19 September yang lalu. Saya senang dan merasa bersyukur menerima kiriman kartu
ucapan selamat ulang tahun dari komunitas-komunitas sebagai bentuk perhatian,
cinta dan dukungan para suster. Semoga Tuhan mengganjari para suster dengan
rahmat yang melimpah.
Saya
senang menjalani masa probasi di Timor bersama delapan suster lain dalam
pendampingan Sr. Teofila. 4 suster dari Provinsi Timor, 2 suster dari Flores
Timur, 2 suster dari Flores barat dan saya sendiri dari Provinsi Jawa.
Sementara suster yang dari regio Timor Leste memilih bergabung dengan probasi
di Australia, mereka ada 3 suster, baru dimulai bulan Januari 2014.
Sejak
berangkat tanggal 6 September lalu, saya selalu merasakan penyertaan Tuhan
lewat orang-orang yang baik dan meno-ong saya. Pada waktu tiba di Kupang, saya
dijemput Sr. Emiliana dan menginap di Komunitas Study di Liliba, kemudian besoknya
bersama 2 suster yang dari Flores Timur melanjutkan perjalanan ke Halilulik
dengan Bis dan perjalanan ditempuh selama 7 jam.
Probasi
gabungan Timor baru dibuka secara resmi tgl 10 September 2013, sebelumnya
direncanakan tgl 8 September 2013, tetapi ditunda karena Sr. Teofila masih
menghadiri misa 40 hari meninggal Ibunya di Kupang. Kegiatan probasi dimulai
dengan proses community buil-ding selama 3 hari.
Kami
berkesempatan ikut merayakan 100 tahun SVD berkarya di Timor dan terlibat dalam
beberapa event yang luar biasa meriah sebagai puncak perayaan 100 tahun SVD
Timor Indonesia. Tanggal 14 September 2013 kami mengikuti acara pawai obor dan
perarakan salib misi dari Provinsialat SVD di Nenuk menuju Gereja Katedral di
Atambua. Acara ini diikuti seluruh umat Keuskupan Atambua, para biarawan/ti,
keluarga SVD dan undangan dari luar pulau. Kami bersembilan mengikuti pawai
dari start sampai finish dengan berjalan kaki mulai pkl 18.00 sampai pkl 23.30 WITA.
Setiap orang membawa obor yang terbuat dari bambu. Seluruh jalan raya diblokir
untuk jalannya rombongan pawai. Sungguh pengalaman luar biasa untuk saya.
Selama perjalanan, saya melepas sepatu supaya kaki tidak lecet. Setibanya di
Katedral saya bertemu Sr. Maria dan Sr. Agusta sebagai utusan SSpS Jawa. Malam
itu kami kembali ke Halilulik naik bemo.
Tgl
15 September 2013, kami masih mengikuti acara penyambutan Duta Vatican dan
Superior General SVD di Nenuk (Provinsialat SVD) diteruskan dengan
penandatanganan prasasti 100 tahun SVD Timor dan dilanjutkan dengan makan malam
bersama. Tgl 16 September 2013, kami juga ikut perayaan Misa Syukur puncak
perayaan 100 tahun SVD Timor di Katedral Atambua dipimpin oleh Uskup Atambua,
dihadiri juga oleh Duta Vatican dan Superior General SVD. Ada kurang lebih 300
Imam yang turut hadir dan conselebrasi pada perayaan Misa hari itu.
Pemandangan
yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Diperkirakan umat yang hadir 10 ribu
orang, diiringi koor yang sangat meriah dan setiap lagu juga diiringi dengan
tarian oleh anak-anak. Acara ditutup dengan makan siang bersama seluruh umat
yang hadir. Aspiran, Novis dan Probanis berbahagia karena ditunjuk menjadi TPP
(Tim pencuci Piring) hehehe…. Mungkin kurang lebih 2000 piring yang kami cuci
belum termasuk sendok dan lain-lain. Saya senang sekali mengalami itu semua.
Tgl
29 September 2013 kami berangkat ke Bello-Kupang untuk memulai proses
pengolahan (analisa pribadi) dan kembali lagi tgl 18 Oktober. Syukur, semua ber-jalan
dengan baik. Saya
rasa beruntung dapat menginjakkan kaki di Timor Leste meskipun tanpa Paspor dan
Visa. Tgl 17 November 2013 lalu kami mendapat kesempatan rekreasi setelah
menyelesaikan paket studi Pastoral OMK. Berkat bantuan seorang Pater SVD yang
berkarya di Timor Leste, kami diizinkan masuk Timor Leste. Sempat mengunjungi
bekas rumah Postulan SVD yang sekarang akan menjadi sekolah. Karena tanpa Paspor dan Visa kami boleh jalan-jalan
terbatas dan didampingi dua tentara
perbatasan Indonesia Timor Leste yang baik hati. Kami membawa bekal makan siang
dari komunitas dan makan di “luar negeri” (Timor Leste).
Kami
telah membuka Tahun Yobel, awal dari rangkaian kegiatan perayaan ke-125
Kongregasi kita. Kegiatan dimulai dengan rekoleksi pada tgl 7 Desember 2013
(setelah makan malam) karena siang harinya kami masih merayakan Ekaristi
pengikraran kaul pertama 3 suster. Pembukaan tahun Yobel untuk Provinsi Timor
dipusatkan di Halilulik, dihadiri perwakilan tiap-tiap komunitas. Seusai di
buka di Halilulik, tiap-tiap komunitas diminta membuat acara pembukaan juga
dengan materi yang sama. Semua acara berjalan cukup hikmat dan meriah.
Rangkaian
acara ditutup dengan perayaan Ekaristi dipimpin oleh Provinsial SVD Timor.
Aspiran, Novis, Probanis dan beberapa suster muda lainnya menjadi tim Paduan
suara. Renungan-renungan yang disajikan dalam mengawali pembukaan tahun Yobel
begitu menyentuh. Kekagum-an akan spiritualitas generasi pendiri kita makin
dalam. Betapa lahirnya, tumbuh dan berkembangnya Kongregasi kita ini sungguh-sungguh
merupakan karya Agung Allah melalui para pendahulu. Dalam refleksi, para suster
menyadari betapa keheningan menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditawar di
tengah situasi jaman kita, untuk dapat meneruskan kesetiaan pendahulu kita dan
agar apa yang kita wujudkan benar-benar kehendak Allah sendiri.
Saya
turut merasa kehilangan karena kepergian Sr. Yakobina. Sr. Teofila mengabari saya sehari setelah
kepergian beliau. Kami semua berdoa untuk beliau. Saya percaya Allah telah
menganugerahkan Cinta yang sempurna kepada Sr. Yakobina dan beliau akan
menjadi pendoa kita.
Kami
bersembilan mendapat kesempatan memberi pembinaan dan rekoleksi persiapan
Natal di beberapa sekolah (SD, SMP SMA) dan kelompok OMK selama 1 minggu. Saya
tinggal di rumah satu keluarga. Saya diterima baik, dan dianggap sebagai anak.
Pada waktu akan kembali ke Halilulik, mereka memberi saya oleh-oleh beras satu
karung besar, dan sepasang kain adat. Saya senang bersama umat di sana,
meskipun banyak yang belum bisa bahasa Indonesia. Bapa dan mama tempat saya
tinggal setia menjadi translatter sehingga kami bisa saling bercerita dan
bercanda. Beberapa kali, waktu luang di
sore hari, saya gunakan untuk jalan kaki di sekitar kampung tempat saya
tinggal. Biasanya selalu banyak anak-anak kecil yang meng-ikuti saya. Beberapa
anak yang masih takut-takut memaksa mamanya ikut juga mengikuti rombongan kami.
Anak-anak mengajari saya berbahasa Tetum. Setelah pembinaan kami merayakan Natal di stasi-stasi karena
diminta membantu selama Natal (asistensi). Kami bertugas membantu Natal di 4
paroki.
Suasana
Natal yang saya alami sangat meriah. Umat yang datang juga sangat banyak,
sehingga waktu membagi komuni cukup lama. Saya harus bertahan berdiri agak lama
dan membagikan komuni, tetapi hati senang melihat begitu banyak umat yang
merayakan Natal. Para perantau dan TKI banyak yang pulang merayakan Natal di
kampung. Selain kegembiraan, kami juga mengalami suatu kejutan di hari Natal
yang lalu, mungkin sebagian para suster sudah mendengar. Dua suster yang
membantu di Paroki Manamas, daerah Kefa, mengalami kecelakaan mobil waktu
perjalanan dari paroki ke stasi. Pagi itu 26 Desember 2013, bersama Rm Leo,
mereka berangkat untuk merayakan Ekaristi Natal kedua. Sekitar pukul 07.30 WITA,
setir mobil tidak dapat dikendalikan lagi dan mobil jatuh ke jurang. Rm Leo dan
Sr. Merry (Flores Barat) hanya mengalami memar dan lecet kecil, sedangkan Sr.
Angela Tenis (Timor) mengalami patah tulang di dekat rahim.
Kami
semua terkejut dan sedih melihat keadaan Sr. Angela, tetapi syukur mereka dapat
segera tertolong. Sr. Angela dirawat di RSK Marianum Halilulik, dengan peng-obatan
medis dan pengobatan tradisional. Pengobatan Tulang ala tradisi Timor (mereka
sebut “kakalut”), dijalankan selama 3 hari. Setelah hari ketiga Sr. Angela
sudah mulai latihan duduk. Keadaannya sudah makin membaik, tetapi perawatan
medis tetap berjalan. Tiap malam kami berdua-dua bergantian ber-jaga di rumah
sakit. Senang karena setiap hari keadaannya makin membaik. Sr. Yenita Luruk,
yang dulu kuliah fisioterapi di STIKES St. Vincentius a Paulo, membantunya
untuk menjalani fisioterapi. Kami probasi sama-sama di sini.
Begitu
dulu para Suster, sharing peng-alaman dari saya, mungkin cukup panjang karena
cerita banyak pengalaman. Saya tetap mohon dukungan doa dari para Suster untuk
kami di Timor, saya senang bisa berbagi cerita dengan para Suster.
Sr. Ines dan para suster, demikian
sharing dari saya, banyak salam dari para suster Probanis dan dari Sr. Teofila
dan juga dari para Suster di Halilulik. Kita satu dalam doa, khususnya untuk
persiapan Kapitel Umum yang akan datang. Tuhan selalu memberkati kita. amin
Salam, doa dan kasih
Sr. Mawartina Sidabutar SSpS
Infokom Edisi 34 - Februari 2014
No comments:
Post a Comment