Tari pembuka oleh para Suster peserta OMB
Senyum kegembiraan sepuluh suster peserta OMB sungguh membawa warna tersendiri dalam Komunitas St.Maria Batu. Seperti halnya tahun-tahun yang lalu Orientasi Misi Bersama diadakan di Kota Batu tepatnya di komunitas dimana para suster senior tinggal. Selain tempat dan suasana yang strategis menjadi berkat dan dukungan tersendiri boleh berjumpa dengan Dia yang mengutus, yang adalah harapan setiap suster peserta OMB selama masa orientasi ini. Itu sebabnya mengapa program ini diadakan di Komunitas St. Maria.
“With Christ, we cross the border” tema ini diambil para suster OMB diakhir masa orientasi ini sebagai wujud kesiap-sediaan mereka menuju tanah terjanji yang telah menanti. Selama satu bulan para suster diajak untuk masuk dalam ruang dan waktu, menyadari dari mana mereka berasal? Bagaimana mereka hidup? Dan siapa mereka yang diimpikan Allah ini? Masa orientasi ini di tutup dengan misa syukur yang di persembahkan oleh P. Agung SVD. Meskipun mundur 10 menit dari waktu yang telah dijadwalkan 17.00 Wib, hal ini tidak mengurangi semangat, kegembiraan dan rasa syukur para suster OMB. Misa berlansung hikmat di kapela biara St. Maria Batu, dihadiri oleh para suster dari komunitas Syaloom, komunitas novisiat, komunitas Pre novis.
Dinamika Cangkir oleh para
Suster peserta OMB
Ada dua dinamika yang dikemas cukup apik mewarnai misa syukur penutupan masa orientasi misi kali ini, yang pertama: diawal Misa, ada perarakan bendera yang dihantar oleh tiga penari yang mengenakan selendang dengan corak yang berbeda, Timor, Jawa dan Flores menjadi lambang kehadiran para misionaris yang siap melintas batas. Yang kedua, saat persembahan, setelah selama satu bulan para misionaris berefleksi bersama sebuah cangkir, simbol diri yang siap sedia seperti Ibu Yosepha Hendrina Stenmmans. Cangkir yang adalah wadah untuk menaruh sesuatu guna diminum, lambat laun hendaklah siap untuk dituang agar dapat diisi kembali. Yesus yang adalah lambang kehadiran Sang Cangkir Hidup, Ia rela mengosongkan diri, menderita, wafat dan bangkit demi ketaatan kepada kehendak BapaNya. Belajar dari Sang Cangkir Hidup, menimba daya cinta dan menjadikannya kekuatan untuk siap kosong dan diisi, memberi dan menerima sehingga melahirkan keberadaan, menyertai langkah kaki setiap pribadi yang siap berjalan. Maka dalam dinamika ini para peserta OMB menuangkan air dari cangkir masing-masing serta menyebutkan nama cangkir yang dipersembahkan; cangkir daya cinta, cangkir kosong, cangkir sukacita dan dukacita, cangkir kebijaksanaan, cangkir penuh kepercayaan, cangkir berkat terbesar, cangkir persembahan, cangkir syukur, cangkir kehidupan dan cangkir yang meluap.
Perayaan misa syukur berjalan dengan meriah dengan diiringi lagu-lagu meriah dari berbagai budaya. Bacaan dari 2 Kor 10: 12-18 dan Mat 15:21-28 Perempuan Kanaan yang percaya dipilih sebagai teladan bagi para misionaris. P. Agung SVD dalam kotbahnya sedikit mengulas bagaimana para misionaris dapat belajar dari perempuan sirofenisia yang datang kepada Yesus. Ada tiga K yang perlu dimiliki seorang misionaris. “K” pertama adalah kengeyelan; seperti perempuan sirofenisia yang datang kepada Yesus dengan cara Yahudi meski ia bukan orang yahudi, ia ngeyel supaya anaknya disembuhkan. Seorang misionaris perlu ngeyel untuk membawa banyak orang datang kepadaNya. Meski demikian selalu ada batasan yang perlu di perhatikan, mana batasan ku sebagai manusia dan mana batasanNya sebagai Allah. “K” yang kedua adalah kerendahan hati. Kendala pertama yang akan dihadapi adalah bahasa. Ketika seorang misionaris belum dapat berbicara bahasa setempat kerap kali mudah tersinggung. Sebagai misionaris sejati perlu rendah hati mengakui keterbatasan dan meminta bantuan dari orang lain yang lebih tahu. “K” ketiga adalah kecerdasan. Ketika perempuan Sirofenisia dikatakan anjing oleh Yesus, dengan sangat cerdas ia menjawab “…anjingpun makan dari remah-remah meja tuannya.”
Sebelum berkat penutup Sr. Odilia selaku wakil dari TPP ketiga profinsi asal peserta OMB; provinsi Jawa, Timor dan Flores Timur mengungkapkan perasaan syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang dengan cara mereka telah mendukung para calon misionaris lintas batas ini selama satu bulan, termasuk Sr. Delia yang telah dengan setia mendampingi dan mengarahkan para suster OMB. Dengan harapan bahwa semua bekal yang telah diterima menjadi satu tantangan dan dapat dilihat sebagai sebuah kesempatan untuk makin berani berbagi kasih kepada siapa saja dimana para suster OMB diutus, seperti halnya Yesus yang memberi kesempatan bagi perempuan sirofenisia untuk mengalami kasihNya. Kemudian Sr. Odilia menutup program orientasi ini dengan menyebutkan kembali nama para suster beserta Negara tujuan mereka. Kemudian para suster OMB menyanyikan lagu “Tanah Air”. Setelah berkat penutup, acara dilanjutkan dengan makan malam bersama. Proficiat bagi para suster peserta OMB dan terimakasih bagi semua saja yang mendukung perjalanan ini. Selamat jalan melintas batas bersama Sang Pelintas Batas Abadi.
Sr. Veronika Lili SSpS
Infokom edisi ke-42, Oktober 2011
No comments:
Post a Comment