PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Friday, January 15, 2016

Tahun Yubileum Kerahiman “Berbelas Kasih Seperti Bapa”



Penetapan awal perayaan syukur Tahun Kerahiman pada 8 Desember, tepat pada Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, memiliki dua makna. Pertama, ulang tahun kelima puluh penutupan Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan II menjadi tanda Gereja memasuki sebuah tahap baru sejarahnya, dimana Gereja hadir sebagai tanda hidup dari kasih Bapa. Ketika membuka konsili Paus Yo-hanes XXIII berkata, “Sekarang Mempelai Kristus ingin menggunakan obat ke-rahiman ketimbang mengangkat senjata kekejaman…” Dan pada penutupan konsili, Paus Paulus VI berkata, “Kami lebih memilih untuk menunjukkan bagaimana amal telah menjadi ciri religius utama konsili ini… cerita lama tentang orang Samaria yang Baik telah menjadi model spiritualitas konsili…sebuah gelombang kasih sayang dan kekaguman mengalir dari konsili atas dunia modern umat manu-sia…”


Kedua, Bunda Maria adalah pintu kerahiman Allah. Dia mengandung Yesus. Melalui Bunda Maria, umat manusia akan mengalami kasih Allah yang menghibur, mengampuni dan menanamkan harapan. Allah tidak ingin meninggalkan manusia sendirian dalam pergolakan kejahatan. Maka Allah memalingkan pandanganNya kepada Maria, yang kudus dan tak berno-da dalam kasih, memilihnya untuk men-jadi Bunda Sang Penebus manusia.

Berikut adalah butir-butir penting yang dicetuskan Paus dalam bullanya:
Pertama, sama seperti Allah penuh kerahi-man, demikian pula kita dipanggil untuk penuh kerahiman satu sama lain. Dengan mengalami kerahiman Allah, kita bisa pergi kepada setiap orang untuk memba-wa kebaikan dan kelembutan Allah. Paus berkata, “Dengan melintasi ambang Pintu Suci, kita akan menemukan kekuatan untuk merangkul kerahiman Allah dan mendedikasikan diri kita untuk menjadi penuh kerahiman dengan orang lain seba-gaimana telah dilakukan Bapa bersama kita.”

Kedua, mengampuni pelanggaran dan kesalahan menjadi ungkapan paling jelas dari kasih yang penuh kerahiman. Karena itu, hendaknya di tahun suci ini umat mau saling mengampuni atau me-maafkan. Bapa Paus berkata, “Pengampunan adalah alat yang ditempatkan ke dalam tangan kita yang rapuh untuk mendapatkan ketenangan hati.” Dengan mengampuni, kita diajak untuk melepaskan amarah, kekerasan, dendam dan keben-cian, sehingga kita benar-benar dapat me-rasakan hidup dengan penuh sukacita.

Ketiga, kerahiman merupakan dasar dari kehidupan Gereja. Umat Allah ditugaskan untuk mewartakan kerahiman Allah, me-nembus hati dan pikiran setiap orang, tan-pa kecuali. Oleh karena itu, dimana pun Gereja hadir, kerahiman Bapa harus nyata sehingga setiap orang dapat menemukan oase kerahiman.


Keempat, semoga di tahun suci ini umat mau membuka hati bagi mereka yang tinggal di pinggiran terluar masyarakat. Bapa Paus menghimbau agar kita mem-buka mata dan melihat penderitaan dunia, luka saudara-saudari kita. “Semoga jeritan mereka menjadi jeritan kita, dan semoga kita bersama-sama mendobrak hambatan-hambatan ketidakpedulian yang terlalu sering paling menguasai dan topeng ke-munafikan dan egoisme kita.”  Demikian harapan Bapa Paus.

Dari harapan-harapan itu, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan selama tahun suci ini. Tindakan-tindakan itu dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis karya, yaitu karya jasmani kerahiman dan karya rohani kerahiman. Karya-karya jasmani kerahiman dapat berwujud seperti: memberi makanan kepada orang lapar, minuman kepada orang haus, pakaian kepada orang telanjang, menyambut orang asing, menyembuhkan orang sakit, me-ngunjungi orang di penjara, menghibur orang berduka, dll (bdk. Mat. 25:31–45). Hal ini seperti yang pernah disuarakan oleh Nabi Yesaya, dan suaranya kembali kita dengar pada masa prapaskah (Yes 58: 6–11). Sedangkan karya rohani kerahim-an: menasehati orang bimbang, mengajari orang bodoh, menegur orang salah/ berdosa, menghibur orang menderita, mengampuni kesalahan, menanggung dengan sabar mereka yang berbuat jahat kepada kita, mendoakan orang hidup dan mati, dll. Hal ini seperti yang pernah disuarakan oleh Nabi Mikha, yang suaranya kembali kita dengar pada masa prapaskah (Mi 7: 18–19).

Terkait dengan pengampunan, ada tiga hal penting selama tahun suci ini. Bapa Paus memprakarsai “24 jam bagi Tuhan”, yang akan dirayakan pada hari Jumat dan Sabtu sebelum Minggu Prapaskah IV. Prakarsa ini harus dilaksanakan di setiap keuskupan. Di sini peran penting ada pada para bapa pengakuan, yang dipanggil untuk menjadi sebuah tanda keutamaan kerahiman. Semoga di saat ini umat tergerak hatinya untuk memanfaatkan Sakramen Rekonsiliasi, sehingga dapat merasakan kerahiman Allah.

 Bapa Paus juga akan mengirim “Para Misionaris Kerahiman” selama masa prapaskah tahun suci ini. Mereka ini akan diberi wewenang untuk mengampuni dosa-dosa yang direservir oleh Takhta Suci. Selain itu, di tahun suci ini Takhta Suci akan memberikan indulgensi. Kerahiman mengungkapkan cara Allah menjangkau orang berdosa, menawarkan kepadanya sebuah kesempatan baru untuk melihat diriNya, bertobat dan percaya.

Kepada siapa saja pesan kerahiman ini ditujukan? Yang pasti pesan ini pertama-tama ditujukan kepada umat Katolik. Akan tetapi, dalam bulla petunjuk resmi tentang Yubileum Luar Biasa Kerahiman  Paus Fransiskus menyebutkan 3 kriteria penerima pesan kerahiman ini. Pertama, mereka yang perilakunya menjauhkan diri dari rahmat Allah, seperti orang yang ter-libat dalam organisasi kriminal apapun. Bapa Paus menghimbau agar orang-orang ini tidak jatuh ke dalam perangkap ber-pikir yang mengerikan bahwa kehidupan tergantung pada uang dan bahwa hal apa-pun tidak bernilai atau bermartabat.


 
Kedua, mereka yang melanggengkan maupun ikut serta dalam korupsi. Korupsi menghalangi kita untuk melihat masa de-pan dengan harapan, karena keserakahan tiraninya yang menghancurkan rencana orang lemah dan menginjak-injak orang yang paling miskin. Bapa Paus melihat bahwa “Korupsi adalah sebuah pengeras-an hati yang penuh dosa yang meng-gantikan Allah dengan khayalan bahwa uang adalah sebuah bentuk kekuasaan. Ia adalah sebuah karya kegelapan, yang di-beri makan oleh prasangka dan intrik.”

Ketiga, kepada Yudaisme dan umat Islam, juga umat agama-agama lain. Semoga ta-hun suci ini akan menumbuhkan sebuah perjumpaan dengan Yudaisme dan Islam serta dengan tradisi-tradisi agama mulia lainnya, sehingga dapat membuka hati kita untuk berdialog. Dengan dialog kita bisa saling mengenal dan memahami dengan lebih baik, sehingga hilanglah segala bentuk ketertutupan pikiran dan ketidakhormatan, dan mengusir setiap bentuk kekerasan dan diskriminasi.

Selamat Merayakan Tahun
Yubileum Kerahiman...


            Sumber: Radio Vatican
Infokom Edisi 50, Desember 2016

No comments:

Post a Comment