Di sebuah biara yang tenang, dengan fasilitas
yang sederhana namun nyaman, membuat para
penghuni merasakan adanya kesejukan
dan kedamaian. Rumah Provinsialat ini sudah ada atau berdiri sejak 54 tahun yang lalu namun
tetap memberikan suasana yang nyaman bagi para suster yang
tinggal di dalamnya.
Beberapa bagian dari bangunan
ini memang
sudah tidak layak lagi untuk dihuni, seperti lantai yang sudah mulai turun sebagian sehingga tidak level lagi, kayu atau
dinding banyak yang mulai keropos karena rayap dan usia, dan atap bocor dimana-mana. Situasi tersebut
membuat bangunan ini tak layak lagi dihuni lebih lama lagi,
dan para suster harus berpindah ke rumah baru yang telah disediakan.
Ketika pengumuman pindah digaungkan,banyak
perasaan yang muncul, ada yang menerima dengan senang hati, ada yang menerima
dengan datar-datar saja, dan ada pula yang merasa berat untuk berpindah.
Sehingga perpindahan pun membutuhkan waktu yang cukup panjang
karena para suster saling menunggu, dan tidak ada yang
bergerak.
Setelah beberapa bulan akhirnya perpindahanpun
terjadi, namun
permasalahan belumlah usai. Kerikil-kerikil kegelisahan timbul kembali. Ketika menempati rumah yang baru,
masih ada banyak lagi keluhan, seperti: rumah
yang panas, ramai, kon-struksi yang tidak seperti biara,
banyak barang yang rusak dan masih banyak lagi….kering,
gersang…dll.
Namun Roh Tuhan berhembus perlahan, menyapa dan
menyentuh hati setiap insan yang ada di komunitas ini. Kesadaran
baru pun mulai muncul. Para suster mulai me-nyadari
bahwa setiap orang perlu bersyukur atas apa
yang diterimanya, banyak orang miskin dan orang yang lebih menderita
dari kita. Apa yang kita miliki saat ini sebagai seorang biarawati lebih dari
cukup.
Setiap suster menyadari bahwa perubahan ini penting, dan baik untuk dialami sehingga
rencana lain pun dapat berjalan. Kesadaran baru ini membuat para suster
menemukan ide-ide baru untuk membuat rumah yang kurang nyaman menjadi nya-man, yang kering menjadi hijau kembali. Penghijauan
dimulai dengan semangat baru, penanaman bunga, rumput, lombok, terong,
bayam, membuat
bioporidan lain-lain.
Masing-masing
pribadi ikut ambil bagian untuk menciptakan kesejukan dalam ko-munitas. Ruang rekreasi dibuat menjadi lebih
nyaman sehingga semua dapat bergabung
saat rekreasi bersama. Kebersamaanpun dirayakan dengan pesta family yang
sederhana namun sangat mengesankan di rumah baru. Rumah
ini akhirnya memberi-kan kesegaran
dan kenyamanan bagi penghuninya. Pengalaman ini seperti goncangan yang membawa berkat, para
suster juga merasa seperti dibangunkan dari mimpi.
Nilai-nilai yang
bisa diambil dari cerita-cerita tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Spiritualitas
-
Pengosongan
diri, transformasi.
-
Bersyukur
-
Disermensebagai cara hidup
2.
Menjadi
Murid-murid Kristus
-
Hidup
dalam iman
-
Semangat
beribadah dengan kreatif dan reflektif
-
Menerima
semua orang (terbuka)
3.
Hidup
Komunitas
-
Terbuka
“saling memahami”
-
Kesetaraan
-
Semangat
kebersamaan
4.
Misi
-
Ramah
lingkungan (sesama
dan alam ciptaan)
-
Memperhatikan
orang kecil (yang sakit dan menderita)
-
Animasi
spiritual
-
Memberi
tempat para suster studi (khususnya yang dari luar pulau)
5.
Pembelajaran
-
Tantangan
untuk menjadi kreatif
-
Keperempuanan semakin
berkembang
-
Belajar
sabar
6.
Harapan
-
Meningkatkan
kelemahlembutan
-
Semakin
memaknai setiap peris-tiwa
-
Meningkatkan
keterlibatan dalam lingkungan/wilayah Gereja
lokal
Surabaya, 31 September 2013
Sr. Lusia, SSpS, PemimpinKomunitas
Infokom Edisi 44, Juni 2915
No comments:
Post a Comment