Komunitas St.
Elisabeth adalah komunitas yang dalam kehadirannya di tengah masyarakat membawa visi yakni menjadi Saksi-saksi Kristus sebagai
Penyalur Kehidupan dan Penyembuhan. Para Suster hadir dan berada menjawabi
tantangan yang ada dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Pada bulan Oktober
tahun 2011 Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu dimana para Suster berkarya
mengalami kekosongan tenaga suster di bagian Instalasi Gizi. Keprihatinan
muncul karena SDM di unit Instalasi Gizi
kurang mampu memperkirakan dalam mengolah bahan, banyak atau
sedikit bahan yang diolah tetap habis, tidak sesuai dengan realita kebutuhan,
bahan mentah kurang terpelihara dengan baik kadang sampai ada yang busuk. Hal
ini menyebabkan ketegangan dan stress dalam komunitas, sedangkan
masing-masing suster sudah memiliki tugas ganda.
Sr. Martina selaku
Penanggung Jawab rumah sakit mengambil inisiatif mengadakan
pertemuan di Unit Instalasi Gizi dengan para suster untuk mencari solusi
terbaik demi kelancaran pelayanan. Maka diputuskan bahwa Sr. Bernadeta diberi
kepercayaan sebagai wakil kepala Unit Instalasi Gizi. Komunitas terus membawa
keprihatinan ini dalam doa dan mendukung Sr. Bernadeta untuk menjalankan tugas.
Sr. Bernadeta, pada
awalnya mengalami pergulatan menerima perutusan ini, merasa cemas karena tidak
memiliki latar belakang pendidikan tentang Gizi dan Tata Boga serta masih harus
bertanggung jawab di Laboratorium, tetapi dia memiliki hobi memasak. Sr.
Bernadeta menjalankan kepercayaan ini sebagai konsekuensi atas
panggilannya sebagai seorang Suster Misi Abdi Roh Kudus yang selalu siap sedia
diutus di mana saja dibutuhkan, dalam kekuatan dan terang SABDA ALLAH.
Perutusan ini dia laksanakan dengan sukacita, belanja di pasar berjumpa dengan
orang-orang kecil memberi semangat untuk bersinergi. Kegembiraan yang ia alami dibagikan dalam komunitas sehingga mampu
membawa relasi yang menghidupkan.
Sr. Bernadeta
melakukan berbagai upaya dalam menerima tanggung jawab ini dengan banyak
bertanya dari orang yang berpengalaman dan belajar dari Rumah Sakit RKZ
Surabaya. Hal-hal yang dipelajari tentang pengaturan gudang, sistem
pengelolaan menu dan lain sebagainya.
Selanjutnya dengan dukungan komunitas sepenuhnya dia mulai melakukan perbaikan-perbaikan diantaranya menata kembali SDM,
cara kerja dan mengelola makanan dengan baik dan efisien. Perubahan terlihat
dari SDM yang mulai tertata, mudah diatur, berjalan sesuai prosedur, bisa
diajak komunikasi lebih baik, terbuka dan jujur, berani memberi usulan, bahan
terpelihara dengan baik dan makanan terprediksi sesuai kebutuhan.
Komunitas menjadi oase (sumber) dan wahana amat berharga untuk mengalami kebersamaan
saat pertemuan, untuk berbagi pengalaman
sehingga situasi dan persoalan yang muncul segera dapat diatasi. Perhatian, kepedulian dan bahu membahu dari sesama suster yang lain
menjadi sumber semangat dan saling kerjasama. Para suster terlibat ikut ambil
bagian untuk belanja ke pasar bergiliran. Pada awalnya beberapa suster merasa
berat karena belum mengenal situasi dan harga pasar, ada yang pusing berjumpa
dengan banyak orang dan terus memikirkan
pekerjaan utama. Para suster menjalankan komitmen bersama dengan sukacita
karena perjumpaan dengan orang kecil dan sudah melakukan persiapan terlebih
dahulu. Sapaan, dukungan, masukan dan saran dari sesama diterima dengan
sukacita dan menjadi penyemangat. Pengalaman mengelola Instalasi Gizi bersama menjadi berkat, mampu mengelola waktu, semakin memupuk keibuan
dan kemampuan di bidang lain yang menggembirakan untuk dibagikan dan disyukuri
bersama sebagai satu komunitas.
Kepedulian bersama
terhadap tantangan yang terjadi membawa kepada perutusan yakni bergerak dan
berkomitmen pada kehidupan, sehingga
banyak jiwa yang terselamatkan. Demikian juga relasi yang menghidupkan, saling
menerima dan memberi hidup dalam karya dan komunitas semakin dirasakan oleh semua
orang yang dilayani. Komunitas menjadi OASE, sumber air
yang memberi kehidupan bagi sesama anggota komunitas dan siapa saja yang
dijumpai dan layani.
1.1
PEMBELAJARAN
- Masing-masing pribadi semakin berkembang dalam kepedulian terhadap tantangan pelayanan, kesabaran, rasa memiliki, sikap mendengarkan, menghargai satu sama lain, bahu-membahu sehingga makin disemangati oleh satu visi, misi dan gerakan Roh yang sama.
- Masing-masing pribadi semakin dibentuk untuk mengelola tantangan menjadi berkat yang menggembirakan.
- Masing-masing pribadi memberikan hati dengan tulus, saling memberi dan menerima kepercayaan.
1.2 NILAI-NILAI HIDUP
1.2.1 HIDUP
SPIRITUALITAS
- Hidup doa semakin menjadi sumber kekuatan, kebutuhan pribadi dan bersama sehingga tercipta keterikatan satu sama lain.
- Hidup doa semakin misioner, membawa situasi dan keprihatinan dunia saat ini.
1.2.2 HIDUP
KAUL
- Menjalin relasi yang dewasa dan sehat.
- Hidup sederhana apa adanya dan berani mengatakan cukup.
- Kesiapsediaan membantu di mana saja dibutuhkan.
1.2.3 HIDUP
KOMUNITAS
- Ada ruang untuk berekspresi, ruang bebas untuk mengungkapkan pendapat.
- Memberi kesempatan untuk belajar dan berproses dalam kesalahan.
- Terbuka menerima feed-back.
1.2.4 MISI
- Ambil bagian dalam kegiatan paroki, stasi dan doa lingkungan.
- Kesiapsediaan diutus dan membantu di mana saja dibutuhkan.
- Ambil bagian dalam misi Yesus dalam pelayanan kesehatan.
1.3 Harapan-Harapan di masa depan untuk semakin didayai oleh ROH KUDUS
untuk berbagi KABAR GEMBIRA di tengah masyarakat.
- Kehadiran dan pelayanan kita di manapun berada tetap dipercaya oleh mereka yang membutuhkan sehingga kita mampu berbagi kabar gembira.
- Rela berbagi kegembiraan dan memberi kesaksian yang otentik kepada siapa saja yang kita layani dan jumpai.
- Ada yang terpanggil untuk melanjutkan misi Yesus dalam berbagi kabar gembira melalui Kongregasi SSpS.
Sr. Hendrina, SSpS
Infokom Edisi 41 - Desember 2014
No comments:
Post a Comment