PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Monday, January 12, 2015

CERITA KOMUNITAS ST. ELISABETH BLITAR: “KOMUNITASKU OASEKU”


Komunitas St. Elisabeth adalah komunitas yang dalam kehadirannya di tengah masyarakat membawa visi yakni menjadi Saksi-saksi Kristus sebagai Penyalur Kehidupan dan Penyembuhan. Para Suster hadir dan berada menjawabi tantangan yang ada dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Pada bulan Oktober tahun 2011 Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu dimana para Suster berkarya mengalami kekosongan tenaga suster di bagian Instalasi Gizi. Keprihatinan muncul karena SDM di unit  Instalasi Gizi kurang mampu memperkirakan dalam mengolah bahan, banyak atau sedikit bahan yang diolah tetap habis, tidak sesuai dengan realita kebutuhan, bahan mentah kurang terpelihara dengan baik kadang sampai ada yang busuk. Hal ini menyebabkan ketegangan dan stress dalam komunitas, sedangkan masing-masing suster sudah memiliki tugas ganda.

Sr. Martina selaku Penanggung Jawab rumah sakit mengambil inisiatif mengadakan pertemuan di Unit Instalasi Gizi dengan para suster untuk mencari solusi terbaik demi kelancaran pelayanan. Maka diputuskan bahwa Sr. Bernadeta diberi kepercayaan sebagai wakil kepala Unit Instalasi Gizi. Komunitas terus membawa keprihatinan ini dalam doa dan mendukung Sr. Bernadeta untuk menjalankan tugas.

Sr. Bernadeta, pada awalnya mengalami pergulatan menerima perutusan ini, merasa cemas karena tidak memiliki latar belakang pendidikan tentang Gizi dan Tata Boga serta masih harus bertanggung jawab di Laboratorium, tetapi dia memiliki hobi memasak. Sr. Bernadeta menjalankan kepercayaan ini sebagai konsekuensi atas panggilannya sebagai seorang Suster Misi Abdi Roh Kudus yang selalu siap sedia diutus di mana saja dibutuhkan, dalam kekuatan dan terang SABDA ALLAH. Perutusan ini dia laksanakan dengan sukacita, belanja di pasar berjumpa dengan orang-orang kecil memberi semangat untuk bersinergi. Kegembiraan yang ia alami dibagikan dalam komunitas sehingga mampu membawa relasi yang menghidupkan.

Sr. Bernadeta melakukan berbagai upaya dalam menerima tanggung jawab ini dengan banyak bertanya dari orang yang berpengalaman dan belajar dari Rumah Sakit RKZ Surabaya. Hal-hal yang dipelajari tentang pengaturan gudang, sistem pengelolaan menu dan lain sebagainya.  Selanjutnya dengan dukungan komunitas sepenuhnya dia mulai melakukan perbaikan-perbaikan diantaranya menata kembali SDM, cara kerja dan mengelola makanan dengan baik dan efisien. Perubahan terlihat dari SDM yang mulai tertata, mudah diatur, berjalan sesuai prosedur, bisa diajak komunikasi lebih baik, terbuka dan jujur, berani memberi usulan, bahan terpelihara dengan baik dan makanan terprediksi sesuai kebutuhan.

Komunitas menjadi oase (sumber) dan wahana amat berharga untuk mengalami kebersamaan saat pertemuan, untuk berbagi pengalaman  sehingga situasi dan persoalan yang muncul segera dapat diatasi. Perhatian, kepedulian dan bahu membahu dari sesama suster yang lain menjadi sumber semangat dan saling kerjasama. Para suster terlibat ikut ambil bagian untuk belanja ke pasar bergiliran. Pada awalnya beberapa suster merasa berat karena belum mengenal situasi dan harga pasar, ada yang pusing berjumpa dengan banyak orang dan terus memikirkan pekerjaan utama. Para suster menjalankan komitmen bersama dengan sukacita karena perjumpaan dengan orang kecil dan sudah melakukan persiapan terlebih dahulu. Sapaan, dukungan, masukan dan saran dari sesama diterima dengan sukacita dan menjadi penyemangat. Pengalaman mengelola Instalasi Gizi bersama menjadi berkat, mampu mengelola waktu, semakin memupuk keibuan dan kemampuan di bidang lain yang menggembirakan untuk dibagikan dan disyukuri bersama sebagai satu komunitas.

Kepedulian bersama terhadap tantangan yang terjadi membawa kepada perutusan yakni bergerak dan berkomitmen pada  kehidupan, sehingga banyak jiwa yang terselamatkan. Demikian juga relasi yang menghidupkan, saling menerima dan memberi hidup dalam karya dan komunitas semakin dirasakan oleh semua orang yang dilayani. Komunitas menjadi OASE, sumber air yang memberi kehidupan bagi sesama anggota komunitas dan siapa saja yang dijumpai dan layani.

1.1              PEMBELAJARAN
  • Masing-masing pribadi semakin berkembang dalam kepedulian terhadap tantangan pelayanan, kesabaran, rasa memiliki, sikap mendengarkan, menghargai satu sama lain, bahu-membahu  sehingga makin disemangati oleh satu visi, misi dan gerakan Roh  yang sama.
  • Masing-masing pribadi semakin dibentuk untuk mengelola tantangan menjadi berkat yang menggembirakan.
  • Masing-masing pribadi memberikan hati dengan tulus, saling memberi dan menerima kepercayaan.
1.2       NILAI-NILAI HIDUP
1.2.1    HIDUP SPIRITUALITAS
  • Hidup doa semakin menjadi sumber kekuatan, kebutuhan pribadi dan bersama sehingga tercipta keterikatan satu sama lain.
  •  Hidup doa semakin misioner, membawa situasi dan keprihatinan dunia saat ini.
1.2.2    HIDUP KAUL
  • Menjalin relasi yang dewasa dan sehat.
  • Hidup sederhana apa adanya dan berani mengatakan cukup.
  • Kesiapsediaan membantu di mana saja dibutuhkan.
1.2.3    HIDUP KOMUNITAS
  • Ada ruang untuk berekspresi, ruang bebas untuk mengungkapkan pendapat.
  • Memberi kesempatan untuk belajar dan berproses dalam kesalahan.
  •  Terbuka menerima feed-back.
1.2.4    MISI
  • Ambil bagian dalam kegiatan paroki, stasi dan doa lingkungan.
  • Kesiapsediaan diutus dan membantu di mana saja dibutuhkan.
  • Ambil bagian dalam misi Yesus dalam pelayanan kesehatan.
1.3    Harapan-Harapan di masa depan untuk semakin didayai oleh ROH KUDUS untuk berbagi KABAR GEMBIRA di tengah masyarakat.
  • Kehadiran dan pelayanan kita di manapun berada tetap dipercaya oleh mereka yang membutuhkan sehingga kita mampu berbagi kabar gembira.
  • Rela berbagi kegembiraan dan memberi kesaksian yang otentik kepada siapa saja yang kita layani dan jumpai.
  • Ada yang terpanggil untuk melanjutkan misi Yesus dalam berbagi kabar gembira melalui Kongregasi SSpS.


Sr. Hendrina, SSpS
Infokom Edisi 41 - Desember 2014



No comments:

Post a Comment