PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Sunday, October 18, 2015

Forum Pastoral Serumpun Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan, Kevikepan Blitar



Minggu, 30 Agustus 2015 di Gua Maria Sendangrejo, Blitar berlangsung Pertemuan Forum Pastoral Serumpun bersama antar umat beragama dihadiri oleh 93 orang terdiri dari umat Katolik Stasi Resapombo, Wlingi, Mojorejo, Paroki St  Maria, Paroki St. Yusuf, perwakilan dari umat Hindu, Kristen dan Islam.


Acara dimulai pada pk. 10.15 WIB yang diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan pertama dari Rm. Kusdy, Pr. selaku Romo Paroki St.Yusuf-Blitar yang menjabarkan struktur organisasi Gereja Katolik dan wilayah Kevikepan Blitar. Sambutan kedua dari Kepala Kementerian Agama kota Blitar yakni Drs. Ngudiono, MAG. Dalam sambutannya  Bpk. Ngudiono menyampaikan tentang pentingnya meningkatkan kualitas hidup beragama agar dapat hidup guyub, rukun, demi tercapainya kesejahteraan bersama sehingga semua umat beragama dapat beribadat dengan aman dan tenang serta pentingnya meningkatkan kualitas taraf hidup bersama, menyadari kita hidup sebagai saudara, maka perlu membangun  hidup bermasyarakat dengan baik dengan saling menghormati, menjaga kesejahteraan dalam hidup bersama.

Acara dibuka dengan doa pembukaan yang dipimpin oleh Bpk. Antonius. Kemudian Bpk Indro sebagai moderator  memandu proses acara sosialisasi ini. Pembicara utama dalam acara ini adalah KH. Nur Hidayatulah sebagai ketua FKUB Kabupaten Blitar, KH. Baasyid sebagai ketua FKUB kota Blitar, dan K.H Achmad Suhudi sebagai sekretaris FKUB. Pada awal  sosialasisasi, K.H Nur menyampaikan rasa syukur atas keragaman umat beragama yang ada di Indonesia dan menceritakan secara singkat tentang kisah berdirinya FKUB yang berawal dari keprihatinan saat era reformasi dengan munculnya banyak  gejolak tentang SARA, sehingga menggerakkan beberapa tokoh agama dari KWI, PGI, MUI, Walubi untuk membuat aturan bersama.

Diungkapkan pula bahwa pemicu utama konflik yang terjadi karena  perbedaan dakwah/ajaran dan  pendirian rumah iba-dat.  K.H Nur mengajak semua untuk melihat perbedaan tidak hanya pada sisi negatif, tetapi lebih fokus pada sisi positif, terbuka mengikuti kearifan lokal, menyadari bahwa kita semua ciptaan Tuhan dan diberi kepercayaan untuk mengelola dunia. K.H Basyid secara singkat menjelaskan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari  banyak suku bangsa, budaya dan bahasa, maka perlu menjalin hidup bermasyarakat sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia. Sedangkan K.H Acmad Suhudi mengupas tentang 3 unsur umat beragama yaitu teoritis (ajaran-ajaran), praktis (cara menghayati dalam melaksanakan ajaran tesebut) dan sosiologis (interaksi antar umat beragama). Konflik terjadi karena rendahnya toleransi hidup beragama. 

Poin penting yang ditekankan sebagai kunci menjalin kerukunan hidup beragama adalah 3K: Komunikasi, Koordinasi dan Konsultasi antar umat beragama. Setelah sosialisasi selesai, dilanjutkan dengan tanya jawab. Beberapa peserta yang datang begitu antusias menanyakan  permasalahan yang terjadi dalam hidup beragama di masyarakat. Diindikasikan bahwa semua persoalan/permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan bila ada saling pengertian memahami dan menghormati ajaran masing-masing agama yang berbeda–beda, taat mengikuti ketentuan yang telah berlaku dalam hidup bersama. Acara ditutup dengan acara ramah tamah  dan makan siang bersama.
                                  
  Sr. Yuliana, SSpS
Infokom Edisi 48, Oktober 2015

No comments:

Post a Comment