PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Monday, January 12, 2015

Surat: Sembradores de estrellas (Penabur bintang)


Para Suster yang terkasih, selamat bersua lagi via surat ini. Saya datang masih dalam rangkaian rasa syukur atas ulang tahun Kongregasi kita. Proficiat bagi kita semua Misionaris Abdi Roh Kudus, melihat foto-foto via jejaring sosial, hati saya ikut berbunga-bunga ketika melihat dekorasi pesta syukur provinsi kita di GOR St. Agnes yang begitu megah dan meriah dengan lambaian bendera berbagai negara di tangan para suster dan bapak uskup. Saya bangga dan saat itu juga ada harapan “semoga  hati para Suster semua mekar dan berkibar-kibar dalam melayani Tuhan”.


Di Spanyol, kegiatansekolah kita semester ini ditutup dengan makan malam bersama dengan para guru. Dan pagi hari kegiatan Sembrardores de la estrellas (menabur bintang ke jalanan dengan anak-anak).   Kegiatan sederhana ini bagi saya memberi makna tersendiri dalam menyambut kehadiran bayi Yesus.

Kegiatan diawali dengan perutusan di paroki. Pesan yang disampaikan oleh romo di paroki menegaskan bahwa; “kita mewa-kili para misionaris di seluruh penjuru dunia untuk membagikan terang melalui sapaan dan senyuman kita”.  Setelah berkat perutusan, kami dan anak-anak menyebar ke jalanan.  Masing-masing anak membawa stiker berbentuk bintang. Menempel bin-tang di jaket orang-orang yang lewat di pusat pertokoan dan di jalanan sembari mengucapkan selamat Natal.  Menarik sekali karena ada berbagai ekspresi dan reaksi; ada yang dengan senang hati menerima dan berterima kasih tetapi tak banyak yang menolak dan marah terkesan seolah-olah tidak mau dengar kata “Natal”. Karena mayoritas masyarakat, paling tidak yang saya dengar secara langsung dari masyarakat di lingkungan komunitas kita hanya menyebut  “selamat pesta/felices fiesta” bukan “selamat natal/feliz navidad”. Hanya sebagian orang-orang yang masih aktif di gereja saja menyapa selamat natal.

Menurut saya, dibalik dari perubahan ungkapan dalam frase “selamat natal” menjadi hanya “selamat pesta” ada pergeseran makna Natal.  Semua ungkapan dalam frase dan reaksi atas ungkapan dalam frase adalah ungkapan realitas iman. Mungkin tidak dapat diukur tetapi bisa dirasakan. Saya hanya bisa bersyukur atas semangat anak-anak yang begitu inno-cence, tak peduli dengan reaksi orang-orang, “diterima atau ditolak”. Mereka fokus pada tugas mereka yakni berbagi bintang dan menyapa.

Melalui refleksi kecil ini saya juga datang untuk membagi salam ‘’Selamat Natal dan Tahun Baru”. Semoga kita tetap setia membagi terang, menempel bintang, me-nyapa tanpa ragu dan tanpa batas karena kita adalah sembradores de estrellas.

 Mil Abrazos y besos:

Clara Silalahi
Infokom Edisi 41 - Desember 2014

No comments:

Post a Comment