Para Suster yang
terkasih, selamat bersua lagi via surat ini. Saya datang masih dalam rangkaian
rasa syukur atas ulang tahun Kongregasi kita. Proficiat bagi kita semua
Misionaris Abdi Roh Kudus, melihat foto-foto
via jejaring sosial, hati saya ikut berbunga-bunga ketika melihat dekorasi
pesta syukur provinsi kita di GOR St. Agnes yang begitu megah dan meriah dengan
lambaian bendera berbagai negara di tangan para suster dan bapak uskup. Saya
bangga dan saat itu juga ada harapan “semoga
hati para Suster semua mekar dan berkibar-kibar dalam melayani Tuhan”.
Di Spanyol, kegiatansekolah kita semester ini ditutup dengan makan malam bersama dengan para guru.
Dan pagi hari kegiatan Sembrardores de la estrellas (menabur bintang
ke jalanan dengan anak-anak). Kegiatan
sederhana ini bagi saya memberi makna tersendiri dalam menyambut kehadiran bayi
Yesus.
Kegiatan diawali dengan perutusan di paroki. Pesan
yang disampaikan oleh romo di paroki menegaskan bahwa; “kita mewa-kili
para misionaris di seluruh penjuru dunia untuk membagikan terang melalui sapaan
dan senyuman kita”. Setelah berkat
perutusan, kami dan anak-anak menyebar ke jalanan. Masing-masing anak membawa stiker berbentuk
bintang. Menempel bin-tang di jaket orang-orang yang
lewat di pusat pertokoan dan di jalanan sembari mengucapkan selamat Natal. Menarik sekali karena ada berbagai ekspresi
dan reaksi; ada yang dengan senang hati menerima dan berterima kasih tetapi tak
banyak yang menolak dan marah terkesan seolah-olah tidak mau dengar kata “Natal”.
Karena mayoritas masyarakat, paling tidak yang saya dengar secara langsung dari
masyarakat di lingkungan komunitas kita hanya menyebut “selamat pesta/felices fiesta” bukan “selamat
natal/feliz navidad”. Hanya sebagian orang-orang yang masih aktif di gereja
saja menyapa selamat natal.
Menurut saya, dibalik dari perubahan ungkapan dalam
frase “selamat natal” menjadi hanya “selamat pesta” ada pergeseran makna
Natal. Semua ungkapan dalam frase dan reaksi
atas ungkapan dalam frase adalah ungkapan realitas iman. Mungkin tidak dapat diukur
tetapi bisa dirasakan. Saya hanya bisa bersyukur atas semangat anak-anak yang
begitu inno-cence, tak peduli dengan reaksi orang-orang,
“diterima atau ditolak”. Mereka fokus pada tugas mereka yakni berbagi bintang
dan menyapa.
Melalui refleksi kecil ini saya juga datang untuk
membagi salam ‘’Selamat Natal dan Tahun Baru”. Semoga
kita tetap setia membagi terang, menempel
bintang, me-nyapa
tanpa ragu dan tanpa batas karena kita adalah sembradores de estrellas.
Mil Abrazos y besos:
Clara Silalahi
Infokom Edisi 41 - Desember 2014
No comments:
Post a Comment