PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Thursday, April 7, 2011

RAKERPIM DI KOPERTIS WILAYAH 7

RAKERPIM (Rapat Kerja Pimpinan ) KOPERTIS (Koordinator Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah 7, diselenggarakan di Agrowisata Batu pada tanggal 9-10 Maret 2011 diikuti oleh 301 PTS ( Perguruan tinggi Swasta). Seluruh Pimpinan diwilayah tersebut hadir, dari STIKES Katolik St. Vincentius a. Paulo, Surabaya yaitu Sr.Susana SSpS. Adapun tema dalam kegiatan ini yaitu Perguruan tinggi menjadi kekuatan moral untuk membentuk karakter dan budaya bangsa. Sedangkan Sub Tema:
1. Peranan Perguruan Tinggi dalam membangun Budaya Bangsa.
2. Pendidikan sebagai pembentuk Karaker Bangsa.
Setelah acara pembukaan dengan sambutan-sambutan dan pengarahan dari Koordinator Prof.Dr.H.Sugianto,MS.Apt dan dilanjutkan dengan masukan-masukan dari Nara Sumber. Para Nara Sumber dibawakan dari Pejabat DIKTI dan Para Ahli dari Surabaya.

 
Prof.Dr.Med.H.Puruhito,dr,Sp.B.,TK mengawali pembicaraanya dengan menampilkan gambar orang-orang berkumis yang bervariasi, sampai dilengkung-lengkungkan bermacam-macam, dan memaparkan kondisi saat ini di Negara kita, Indonesia; Berita tentang makin merambaknya berbagai gejala sosial yang salah: Kolusi, Korupsi, yang menjadi “budaya sehari-hari”, tatakrama dan perilaku yang tidak sesuai budaya yang diyakini, maupun perilaku para pemimpin atau orang yang kita anggap dapat memimpin dan menjadi panutan. Penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan yang berakibat panutan yang salah dan diteruskan sebagai budaya untuk generasi penerus. Budaya yang disebutkan ini kemudian menjadi semacam “icon” dari bangsa ini, dan tercermin sebagai “karakter bangsa”. Maka melalui pendidikan dan pengajaran di lingkungan institusi pendidikan Indonesia disemua strata agar dapat diperoleh manfaat mengembalikan martabat bangsa. Strategi umum pembangunan SDM berkualitas dalam penegakan kepribadian, penegasan kemandirian bangsa menjalin sinergi kebangkitan bangsa harus dicapai melalui pendidikan. Yang diharapkan adalah bangsa Indonesia yang memiliki SDM yaitu cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, Pancasilais, rela berkoban, memiliki kemampuan untuk dapat mampu menjaga :
  1. Ketahanan bangsa yang diperlukan menghadapi ancaman Nasional di Era Globalisasi
  2. Kualitas SDM (Agamis-Nasionalis) yang dibutuhkan NKRI yang sedang mengalami “perkembangan” peradaban dan memiliki jatidiri dan moral religius tangguh
  3. Kebersamaan, menjunjung tinggi azas keadilan & kesetaraan, memegang komitmen, konsisten penuh tanggung jawab

 Menurut Prof.H.Soetandyo Wignjosoebroto,MPH, Guru besar Emeritus pada Universitas Airlangga,
ada dua ihwal utama: pertama apakah universitas itu, dan apa pula perannya dalam kehidupan dan peradaban manusia. Kedua, apakah yang disebut budaya bangsa itu? Globalisasi telah menyebabkan bangsa Indonesia mulai “kehilangan jatidirinya” atau secara umum “kehilangan karakter bangsa”. Sehingga sangat mudah dipengaruhi dan diombang-ambingkan oleh paham-paham asing yang belum tentu cocok diterapkan di Indonesia. Fenomena2 ini justru banyak berkembang di kalangan Intelektualitas perguruan tinggi. Hilangnya semangat Nasionalisme, juga semangat menghormati hak-hak kemanusiaan yang mulai luntur maka Sangat penting memasukkan Pendidikan karakter dan dapat disisipkan atau diintegrasikan ke dalam setiap mata kuliah, khususnya bagi para mahasiswa. Namun demikian, berdasarkan pengalaman, kalau hanya sisipan, tidak ada kewajiban maka akan menjadi sangatlah rentan dan lamban, bahkan menjadi kegagalan untuk mewujudkannya. Oleh karena itu perlu kebijakan sebagai gerakan nasional untuk mewajibkan para dosen mengimplementasikannya dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), khususnya Kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK).Terkait dengan pendidikan karakter bangsa ataupun pendidikan “budi pekerti” tersebut butir (1) sangatlah berbeda untuk mendidik siswa dibandingkan dengan mahasiswa. Apalagi untuk pendidikan dasar khususnya SD dan untuk PAUD, maka secara khusus justru perlu panduan yang dibuat oleh tim Ahli pendidikan, atau ikut campurnya pemerintah dalam mengatur hal tersebut sebagai mata ajaran tersendiri dalam kurikulum pendidikan dasar. Jangan hanya dirumuskan dalam kalimat “terintegrasi dalam kurikulum”. Dengan adanya dasar-dasar nilai yang jelas dan tertanamkan sejak dini, insyaAllah ke depan akan memperkuat dan mempercepat pembentukan insan kamil di negeri Indonesia. Apalagi di era global sudah ada pendidikan “kepribadian” ala Barat masuk negeri kita. “FORUM PEMULIHAN JATIDIRI BANGSA” atau “PELESTARIAN KARAKTER BANGSA” dapat diselenggarakan melalui pendidikan dan pengajaran di lingkungan institusi pendidikan Indonesia disemua strata agar dapat diperoleh manfaat mengembalikan martabat bangsa. Para biarawan mengajarkan ilmu yang berhakikat sebagai moral dan kearifan untuk tuntunan hidup sebagaimana yang bersumber pada ajaran Tuhan yang diturunkan lewat para rasul-Nya. Sementara itu para scholaria mengajarkan temuan-temuannya tentang rahasia alam semesta dan seterusnya juga tentang bagaimana techne untuk mengontrol dan memanipilasinya untuk kepentingan kemanusiaan. Apabila para biarawan mencari dalam renungannya untuk menemukan ‘apa yang baik (etis) dan apa yang indah (estetis)’ dan kemudian mengajarkannya, para scholaria et magistroria bekerja dengan segenap indra dan akal pikirannya untuk menemukan ‘apa yang sebetulnya terjadi (diskripsi) dan apa yang sebetulnya merupakan sebab yang akan menyebabkan terjadinya akibat (eksplanasi)’ dengan penjelasan yang betul-betul masuk akal (logis).

 

 
Sr.Susana, SSpS
Infokom no. 16, Maret 2011

No comments:

Post a Comment