Non Violence Vows adalah sesuatu yang baru bagi para peserta. Hal ini menimbulkan perasaan senang, semangat, penasaran dan penuh tanya diawal mengikutinya. Harapan-harapan terungkap pula dari kerinduan terdalam para peserta dengan mengikuti seminar ini yaitu semakin setia dalam menghidupi kaul-kaul dalam kehidupan sehari-hari; mengevaluasi diri dalam hidup kaul selama ini sehingga ada perubahan dalam penghayatannya, karena pertumbuhan tidak berasal dari mengetahui lebih banyak melainkan dari pembaharuan batin yang terus menerus dan masih banyak harapan yang diungkapkan peserta.
Diawal seminar Sr. Ewa, SSpS menegaskan fokus dari seminar ini adalah “Kesadaran”. Karena kesadaran adalah kunci untuk bertindak tanpa kekerasan. Sumber kekerasan yang terbesar adalah ketidak sadaran kita dalam hidup. Non Violence Vows atau kaul-kaul tanpa kekerasan adalah sebuah pilihan secara radikal.
Hari pertama diisi dengan tema : Merayakan kehadiran Allah di dalam kehidupan pribadiku. Teks Yes. 43:1-5, “Aku memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan ku”, menjadi bahan doa, refleksi dan syering hari yang secara khusus membahas kaul kemurnian ini.
Kemurnian hati adalah ungkapan dari kasih, penekanan kaul kemurnian untuk bukan terletak pada “Boleh/tidak boleh ini/itu”, tetapi bagaimana kehidupan itu dapat dipromosikan lewat relasi. Yang terpenting adalah "Apakah relasiku memberi kehidupan?".
Pada hari kedua, dengan tema "Merayakan kehadiran Allah di dalam Komunitas", para peserta diajak mendalami kaul kemiskinan tanpa kekerasan.
Bagaimana penghayatan kaul kemiskinan tanpa kekerasan? Kemiskinan kita adalah kemiskian dalam roh. Kemiskinan yang sungguh-sungguh tidak ada beban batin, tidak ada identifikasi dengan barang juga dengan konsep apa pun yang menyangkut harga diri. Perlu menyadari kelekatan pada barang-barang karena itulah awal tranformasi dan kemudian akan diikuti dengan sikap.
Hari ketiga, hari terakhir, sampailah pada kaul ketaatan, didalami dengan tema"Merayakan kehadiran Allah di dalam misi kita".
Ketaatan memerlukan keterbukaan yang radikal dan penuh perhatiaan terhadap sebuah pesan yang lebih mendalam dan arti dari semua yang menjadi tugas kita. Ketaatan yang real mendengarkan pada apa yang berkenan pada pikiran Allah, pada apa yang membawa dunia semakin dekat pada kerajaan Allah.
Pada sesi terakhir para peserta merangkum beberapa kata kunci bentuk-bentuk kekerasan dari tiga kaul yang sudah disyeringkan dan akhirnya ditemukan ada 3 kata yakni: “Harus”; “Mengadili”; dan “Egois”.
Seluruh rangkaian seminar ditutup dengan Misa Syukur Pk. 18.00-19.00 wib, dipimpin oleh P. Agung, SVD.
Sebagai bentuk ungkapan rasa syukur sesudah makan malam acara dilanjutkan dengan “Rekreasi Tanpa Kekerasan” di Aula Novisiat SSpS, di mana dipersembahkan bermacam-macam hiburan bernuansa budaya-budaya di Nusantara tercinta.
Sumber : Infokom ed.1, Januari 2011
No comments:
Post a Comment