PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Monday, December 20, 2010

TIMOR: Live In Para Suster Probanis 2010/2011

Pada tanggal 16 – 22 November 2010, Para Suster Probanis di Timor mengadakan Live In di Paroki St. Laurensius Wemasa,. Sebelum menuju Paroki yang akan diantar oleh Sr. Meliana Kole, SSpS putri daerah Wemasa, mereka singgah di komunitas Bentun. Kedatangan Para Probanis disambut baik oleh Sr.Helmin Tapun, SSpS, pemimpin komunitas Betun. Setelah ramah tamah, perjalanan dilanjutkan ke paroki. Di paroki sudah ditunggu oleh keluarga tempat para suster live in. Berikut syering pengalaman para suster di tempat live in

Sr. Gaudensia, SSpS tinggal di Lingkungan Molos Oan. Kedatangannya disambut gembira oleh warga Lingkungan Molos Oan, yang telah lama mendambakan seorang suster tinggal bersama mereka. Selama satu minggu Sr. Gaudensia, SSpS melayani umat di KUB II dan V. Bentuk pelayanannya yaitu pendampingan anak-anak SD dan keluarga dengan tema ” Peran Keluarga dalam masyarakat ”, mengikuti praktek pembuatan kue dari bahan lokal bersama ibu-ibu.
  1. Sr.Yohana, SSpS tinggal di Lingkungan Raihenek, ia tinggal bersama seorang janda muda yang mempunyai satu anak. Ibu ini mempunyai kios dan rumah kost untuk anak-anak sekolah setingkat SMP dan SMA yang berjumlah 30 orang, kegiatan yang dilakukan yaitu mendampingi anak-anak sekami kelas V dan VI, menjaga kios, mengumpulkan gelas aqua dan bersama anak–anak kost mengadakan doa rosario bersama.
  2. Sr. Maria, SSpS tinggal di Lingkungan Halivehan, sebuah Lingkungan yang terdiri 5 KUB dengan jumlah 76 KK. Keadaan jalan berbatu-batu, tetapi untuk kebutuhan memasak dan minum telah menggunakan air PAM. Kegiatan yang dilakukan yaitu kunjungan orang sakit, syering dan doa lingkungan serta pembinaan untuk anak SD Halivehan.
  3. Sr. Prasedis, SSpS tinggal di Lingkungan Wesuma, lingkungan ini dekat dengan laut selatan, berpenduduk mayoritas dari Timor Leste dan beberapa penduduk musiman (datang ketika banyak ikan), bahasa Marai dan Bunak menjadi bahasa sehari-hari. Listrik belum terjangkau di daerah ini, sehingga untuk penerangan menggunakan pelita. Orang tua angkatnya berprofesi sebagai petani dan mempunyai empat anak. Kegiatan yang dilakukannya yaitu berlatih menyanyi, mendampingi anak-anak sekami, doa rosario bersama umat dan mencari ikan di laut.
  4. Sr. Fransiska, SSpS tinggal di Lingkungan Naekasak, penduduknya mayoritas para pengungsi Timor Leste. Sepanjang jalan di lingkungan ini mendaki, terjal dan hanya bisa di jangkau dengan sepeda motor. Lokasinya sangat jauh dari Paroki, hal ini juga yang membuat umat jarang mengikuti Misa di Paroki. Orang tua angkatnya berprofesi sebagai guru SD. Kegiatan yang dilakukannya yaitu kunjungan umat, syering, doa rosario dan mengikuti pelatihan pembuatan kue dari bahan lokal yang bergabung dengan ibu-ibu Lingkungan Molos Oan dan Sisiren.
  5. Sr. Edeltrudis, SSpS tinggal di Lingkungan Rai Metan, ia tinggal bersama dengan seorang janda mantan ketua DPP. Rumah yang ada di tepi jalan memudahkannya untuk melakukan pastoral keluarga. Mayoritas yang tinggal di lingkungan ini anak kecil dan orang tua. Kegiatan yang dilakukan yaitu pertemuan dengan anak-anak dan orang tua. Suatu hari bersama dengan Sr. Veronika membantu dekorasi untuk Perayaan Ekaristi Wisuda di satu keluarga.
  6. Sr. Monika, SSpS tinggal di Lingkungan Aibanofehan. Air yang berlimpah dan jernih adalah kekayaan lingkungan ini. Kegiatan adat masih sangat kuat sedangkan untuk kegiatan menggereja, umat masih kurang berminat. Orang-orang muda banyak yang meninggalkan kampung halamanya untuk hijrah ke negeri Jiran. Kegiatan selama Live in yaitu membantu keluarga penjual es dan mengikuti kegiatan bersama umat misalnya syering doa rosario serta pembinaan anak-anak SD
  7. Sr.Filemona, SSpS tinggal di Lingkungan Aibanofehan. Maromak Mai (Tuhan datang) adalah sebutan yang diberikan untuk setiap suster yang tinggal bersama para pengungsi Timor Leste. Lingkungan ini terletak di atas bukit, bahasa sehari hari adalah bahasa Tetum dan Bunak,mereka menempati rumah bantuan dari pemerintah yang berukuran kecil. Disana terdapat kelompok 12 artinya kelompok yang bekerja di ladang hanya sampai Pk 12.00. Kegiatannya yaitu doa rosario dengan orang muda dan mendampingi anak sekami, kunjungan keluarga dan kunjungan orang sakit.
  8. Sr. Priska, SSpS tinggal di Lingkungan Sisiren, Lingkungan ini terdiri dari tiga KUB, penduduknya berkarakter sedikit keras dan kurang giat bekerja. Keadaan yang cukup sulit, baik dari segi ekonomi maupun sumber daya alam membuat banyak anak-anak putus sekolah,  juga sangat rawan pencurian. Sebagian besar adalah warga Timor Leste. Sr. Priska tinggal di keluarga seorang guru dengan empat anak. Kegiatan yang dilakukannya yaitu kunjungan keluarga, mengumpulkan orang muda, mengadakan praktek pembuatan kue dengan bahan lokal, berdoa bersama dan latihan menyanyi bersama warga.
  9. Sr. Veronika, SSpS tinggal di Lingkungan Namfalus, yang terdiri dari 8 KUB dan 151 KK. Ia tinggal bersama keluarga yang kebetulan tidak mempunyai anak. Pengalaman yang menarik yaitu berkomunikasi dengan seorang nenek yang sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia, tetapi hal ini tidak menjadi halangan baginya untuk memahami dan mengerti nenek yang berusia 90-an itu. Hampir setiap malam belajar bahasa Marai, bahasa yang digunakan dalam percakapan setiap hari. Di Lingkungan ini mayoritas adalah orang tua dan anak-anak kecil, sedangkan orang muda lebih banyak pergi menjadi TKI/TKW di Malaysia dan beberapa merantau ke Irian Jaya. Kegiatan yang dilakukan yaitu kunjungan keluarga dan mendengarkan syering, bergabung dengan Lingkungan lain dalam hal pembinaan orang tua dan anak-anak dan di hari terakhir menyempatkan pergi ke sekolah.
  10. Sr. Sisilia Andri, SSpS tinggal di Lingkungan Sukabisikun. Lingkungan ini sebagian besar adalah warga asli Timor, terdiri dari 5 KUB tepatnya di KUB II yang terdiri 15 KK. Bapak Mujikir sebagai ketua KUB berasal dari Jawa, beliau sosok yang ramah, beliau juga yang menghantar Sr. Sisilia Andri, SSpS untuk tinggal di keluarga Bapak Cornelius yang mata pencahariannya sebagai sopir di Dili dan isterinya sebagai ibu rumah tanggan dan berkebun. Kebetulan keluarga ini sedang membuat rumah adat, sehingga ia berkesempatan untuk belajar apa dan bagaimana rumah adat menjadi sesuatu yang begitu penting dalam kehidupan mereka. Bentuk kegiatan lainnya yaitu mengajar anak-anak SDK Wesama kelas III – VI. Selain itu ia juga membantu berkebun, mencari air dan memasak.

Setelah mengalami perjumpaan dengan Allah selama Live In, pada hari Minggu, 22 November 2010 pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, para suster medapat tugas liturgi. Rasa syukur dan dukungan seluruh umat di paroki di ungkapkan dengan rekreasi bersama di pantai Wemasa setelah perayaan Ekaristi. Senin, 23 November Pk 09.15 WITA, para probanis meninggalkan Paroki St. Laurensius dan kembali ke Halilulik.

Sr. Veronika.Lili dan Sr.Sisilia Andri, SspS

No comments:

Post a Comment