PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Monday, January 5, 2015

CERITA DUKA DAN HARAPAN

Hari Minggu 4 Januari 2015 bersama Sr. Valeria dan Sr. M. Christina, saya mengayunkan langkah menuju Polda Jatim dengan tujuan mengunjungi keluarga penumpang Air Asia yang berduka. Kami tiba di Posko Ante Mortem dan dicegat oleh petugas berseragam hitam yang tidak mengijinkan kami masuk karena tidak ada korban yang kami kenal ataupun ke-luarganya. Akhirnya kami diijinkan untuk menunggu di rung tunggu keluarga. Di  ruangan itu hanya ada 2-3 orang petugas, masih sepi dan keluarga juga belum berdatangan karena memang masih agak pagi sekitar pukul 10.00 WIB.


Setelah menunggu beberapa waktu di ruang tunggu, kami keluar ke halaman, siapa tahu ada keluarga korban yang mondar-mandir. Tiba-tiba dari Posko Ante Mortem muncul dr Hendro Riyanto, SPKJ yang dulu pernah bertugas sebagai dokter UGD di RKZ. Saya menyapanya dan berusaha untuk ngobrol dengannya. Rupanya dr Hendro Riyanto juga umat Kristus Raja dan Sr. M. Christina ingat bahwa ada beberapa nama yang tadi disebut dalam intensi misa di Kristus Raja. Kemudian dr Hendro menunjukkan 3 nama dalam catatannya dan awak media kemu-dian menyerbu beliau untuk diinterview. Dari dr Hendro kami tahu bahwa siang itu pukul 13.00 WIB akan diadakan Perayaan Ekaristi bersama keluarga korban di Kapel Ekumene Polda Jatim.

Kami mencoba menemukan Kapel tersebut dan kebetulan Umat dari Gereja Mawar Saron juga akan mengadakan kebaktian pukul 11.00 WIB. Setelah mengetahui lokasi Kapel tersebut, kami kembali ke tenda ruang tunggu keluarga. Saat itu keluarga sudah mulai berdatangan.

Kami bertemu dengan seorang Ibu dari Gereja Widodaren. Ia nampak tegar kendati 4 anggota keluarga-nya menjadi korban: anak laki-laki, menantu dan 2 cucunya. Ketika saya mencoba bertanya: “Kok Ibu kelihatan tenang....” . Dia menjawab: ”Awal-awalnya ya air mata bercucuran setiap kali meng-ingat mereka atau ketika ditanya tentang mereka. Tetapi akhirnya kami pasrah..... Tuhan pasti memberi yang terbaik. Usaha untuk menemukan mereka sudah dilakukan maksimal tetapi kalau memang mereka tidak bisa diketemukan, ya barangkali kehendak Tuhan memang demikian”.

Ketika saya tanya: “Apa rahasia sehingga Ibu mampu demikian tegar?” Ia menjawab: Sabda Tuhan!” Sungguh luar biasa dan mengagumkan jawabannya. Ia juga menceritakan bahwa ia dan keluarga diputarkan CCTV ketika keluarganya sedang check-in/boarding. Mereka diminta menunjukkan yang mana keluarga mereka dan “property” yang mereka kenakan. Hal ini sangat membantu tim DVI untuk mengidentifikasi korban.

Kami juga bertemu dengan keluarga korban yang berasal dari Tarakan.

Menjelang pukul 13.00 WIB kami menuju Kapel untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Kapel itu kurang lebih menampung 60–70 orang. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm Harjanto,Pr, dan Sr M. Christina diminta menjadi pemazmur serta koral bersama grup dari Inge (Maria Setia). Lagu-lagu yang dibawakan juga sungguh menyentuh, sehingga tampak beberapa orang terisak, mencucurkan air mata, termasuk seorang Ibu di sebelah saya ketika koral menyanyikan refrein: Allah peduli, Allah mengerti segala persoalan yang kita hadapi......

Dalam kotbahnya Rm Harjanto mengatakan bahwa Keuskupan Surabaya sungguh merasa ikut prihatin bersama keluarga yang berduka. Peristiwa Penampakan Tuhan yang dialami oleh para gembala dan tiga orang Majus merupakan peristiwa iman. Para gembala percaya pada perkataan malaikat dan tiga orang Majus percaya pada bimbingan bintang. Demikian pula keluarga diharapkan juga mampu untuk melihat peristiwa ini dalam terang iman.

Di akhir misa Rm Harjanto mengumumkan bahwa mulai hari Senin (5 Januari 2015) akan ada relawan yang menemani keluarga dan setiap hari akan diadakan Perayaan Ekaristi pada pukul 13.00 WIB.

Demikian sekelumit pengalaman bersama keluarga penumpang Air Asia QZ8501, bersama dalam duka, kecemasan, kesedihan dan pengharapan.

Sr. Ruth, SSpS
Infokom Edisi 42, Januari 2015

No comments:

Post a Comment