Hari Minggu 4 Januari 2015 bersama
Sr.
Valeria dan Sr.
M. Christina,
saya mengayunkan langkah
menuju Polda Jatim dengan tujuan mengunjungi keluarga penumpang Air Asia
yang berduka. Kami tiba di Posko Ante Mortem dan dicegat oleh petugas
berseragam hitam yang tidak mengijinkan kami masuk karena tidak ada korban yang
kami kenal ataupun ke-luarganya. Akhirnya kami
diijinkan untuk menunggu di rung tunggu keluarga. Di ruangan itu hanya ada 2-3 orang petugas,
masih sepi dan keluarga juga belum berdatangan karena memang masih agak pagi
sekitar pukul
10.00 WIB.
Setelah menunggu beberapa waktu di ruang tunggu,
kami keluar ke halaman, siapa tahu ada keluarga korban yang mondar-mandir.
Tiba-tiba dari Posko Ante Mortem muncul dr Hendro Riyanto, SPKJ yang dulu
pernah bertugas
sebagai dokter UGD di RKZ. Saya menyapanya dan berusaha untuk ngobrol dengannya.
Rupanya dr Hendro Riyanto juga umat Kristus Raja dan Sr. M. Christina ingat
bahwa ada beberapa nama yang tadi disebut dalam intensi misa di Kristus Raja.
Kemudian dr Hendro menunjukkan 3 nama dalam catatannya dan awak media kemu-dian
menyerbu beliau untuk diinterview. Dari dr Hendro kami tahu bahwa
siang itu pukul
13.00 WIB akan diadakan Perayaan Ekaristi bersama keluarga
korban di Kapel Ekumene Polda Jatim.
Kami mencoba menemukan Kapel tersebut dan kebetulan
Umat dari Gereja Mawar Saron juga akan mengadakan kebaktian pukul 11.00 WIB. Setelah mengetahui lokasi Kapel tersebut, kami
kembali ke tenda ruang tunggu keluarga. Saat itu keluarga sudah mulai
berdatangan.
Kami bertemu dengan seorang Ibu dari Gereja
Widodaren. Ia
nampak tegar kendati 4 anggota keluarga-nya menjadi
korban: anak laki-laki, menantu dan 2 cucunya. Ketika saya mencoba bertanya: “Kok
Ibu kelihatan tenang....” . Dia menjawab: ”Awal-awalnya ya
air mata
bercucuran setiap kali meng-ingat mereka
atau ketika ditanya tentang mereka. Tetapi akhirnya kami pasrah..... Tuhan pasti
memberi yang terbaik. Usaha untuk menemukan mereka sudah dilakukan maksimal
tetapi kalau memang mereka tidak bisa diketemukan, ya barangkali kehendak Tuhan
memang demikian”.
Ketika saya tanya: “Apa rahasia sehingga Ibu mampu
demikian tegar?” Ia
menjawab: “Sabda
Tuhan!” Sungguh luar biasa dan mengagumkan jawabannya. Ia
juga menceritakan
bahwa ia
dan keluarga diputarkan CCTV ketika keluarganya sedang check-in/boarding.
Mereka diminta menunjukkan yang mana keluarga mereka dan “property” yang mereka
kenakan. Hal ini sangat membantu tim DVI untuk mengidentifikasi korban.
Kami juga bertemu dengan keluarga korban yang
berasal dari Tarakan.
Menjelang pukul 13.00 WIB kami menuju Kapel untuk mengikuti Perayaan Ekaristi.
Kapel itu kurang lebih menampung 60–70 orang. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh
Rm Harjanto,Pr, dan Sr M. Christina
diminta menjadi pemazmur serta koral bersama grup dari Inge (Maria Setia).
Lagu-lagu yang dibawakan juga sungguh menyentuh, sehingga tampak beberapa orang
terisak, mencucurkan air mata,
termasuk seorang Ibu di sebelah saya ketika koral menyanyikan
refrein: Allah peduli, Allah mengerti segala persoalan yang kita hadapi......
Dalam kotbahnya Rm Harjanto mengatakan
bahwa Keuskupan Surabaya sungguh merasa ikut prihatin bersama keluarga yang
berduka. Peristiwa Penampakan Tuhan yang dialami oleh para gembala dan tiga
orang Majus merupakan peristiwa iman. Para gembala percaya pada perkataan
malaikat dan tiga orang Majus percaya pada bimbingan bintang. Demikian pula
keluarga
diharapkan juga mampu untuk melihat peristiwa ini dalam terang iman.
Di akhir misa Rm Harjanto mengumumkan bahwa mulai
hari Senin (5 Januari 2015) akan ada
relawan yang menemani keluarga dan setiap hari akan diadakan Perayaan Ekaristi
pada pukul 13.00 WIB.
Demikian sekelumit pengalaman bersama keluarga
penumpang Air Asia QZ8501, bersama dalam duka, kecemasan, kesedihan dan
pengharapan.
Sr. Ruth, SSpS
Infokom Edisi 42, Januari 2015
No comments:
Post a Comment