PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Wednesday, January 30, 2013

Perpisahan Komunitas St. Gabriel dengan Keluarga Besar Seminari Interdiosesan Giovanni

Segala sesuatu ada waktunya dan Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. (Pengktbh 3:1,11)

7 Desember 2012 pkl. 18.30 WIB keluarga besar Seminari Interdiosesan Giovanni menyelenggarakan pesta perpisahan, untuk merayakan berakhirnya masa tugas para Suster SSpS Komunitas St. Gabriel dalam pelayanan bersama para Frater di Seminari.

Pesta perpisahan untuk para Suster dibuka dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh para Frater S2, kemudian dilanjutkan dengan talkshow yang dipandu oleh Fr. Iko dan Fr. Nevo. Para Suster yang didaulat sebagai “narasumber” adalah, Sr. Mikaela, Sr. Marzellina dan Sr. Elis.
Talkshow yang dipandu oeh Fr. Iko dan Fr. Nevo
Berbagai pertanyaan menarik yang ditujukan kepada “narasumber”, dijawab oleh para Suster dengan cara yang lugas, sederhana dan bijaksana, sehingga acara ini berjalan dengan gayeng. Berikut adalah kutipan talkshow pada acara perpisahan: “Para Suster ini selalu tampak cantik-cantik, apa rahasianya?sapa

Fr. Nevo. Sr. Mikaela kemudian menjawab: “selama saya melayani di Seminari ini saya selalu bahagia dan saya bersyukur“.

Frater kemudian melanjutkan dengan sebuah pertanyaan; Ada ungkapan, bukan per-pisahan yang aku tangisi tapi perjumpaan yang aku sesali, bagaimana menurut para Suster, setuju atau tidak dengan ungkapan itu, mengapa?”

Sr. Elis sebagai suster termuda yang ber-gabung di komunitas memberi jawaban dengan lugas dan cerdas, “saya pribadi kurang setuju dengan ungkapan itu, saya tidak menyesali sebuah perjumpaan, karena bagi saya perutusan yang dipercayakan ke saya di Seminari Giovanni ini merupakan berkat bagi saya. Jujur saya juga berat dan sedih meninggalkan seminari karena saya sudah kerasan, sekarang saatnya untuk pergi tapi saya kuat karena ketika kami meninggalkan seminari telah ada dua karyawan baru yang melanjutkan dan karyawan-karyawan lama juga sudah bisa melakukan pekerjaan mereka. Kami sebagai suster misi, siap diutus ke mana saja.

Sr. Marzellina juga tidak ketinggalan untuk memberikan pendapat: “Saya juga kurang setuju dengan ungkapan itu. Saya juga sedih, saya ingat para frater ketika butuh sesuatu selalu minta ke Suster, atau kalau lapar selalu ke dapur, tapi saya rela meninggalkan seminari”.

Kemudian Sr. Mikaela menyambung: “jujur saya merasa berat dan sedih meninggalkan seminari, tapi kami Suster misi, siap diutus ke mana saja, dan saya sudah sepuh sudah saatnya masuk rumah lansia. Kami juga kekurangan tenaga Suster. Berkarya di Seminari Giovanni adalah sebuah pelayanan untuk membantu gereja-gereja lokal”.

Apa harapan para Suster untuk seminari? tanya frater sekali lagi pada para suster.

Harapan kami Seminari Giovanni berkembang, menjadi tempat pembentukan para imam di daerah-daerah seperti Kalimantan yang masih sangat membutuhkan Imam, para frater kelak menjadi Imam yang berkualitas, tidak hanya kualitas untuk pikir tapi juga hati”.

Setelah acara talkshow berakhir, kemudian acara dilanjutkan dengan pemberian hadiah dari para frater perwakilan per tingkat dan perwakilan karyawan diterima oleh ketiga Suster, perwakilan dari para Imam (Staff Seminari) diterima oleh Sr. Mathilde,SSpS.

Acara berikutnya diisi dengan sambutan-sambutan baik dari Sr. Ines Setiono yang mewakili TPP, RD. Denny Firmanto, Rektor Seminari Giovanni dan Msgr. H.J. Pandoyoputro, uskup Malang.

Dalam sambutannya, Sr. Ines meng-ungkapkan terima kasih banyak atas kepercayaan Bapak Uskup kepada SSpS dan atas kerjasama yang telah terjalin 23 tahun dengan keluarga besar Seminari Tinggi Giovanni.

Menyadari keterbatasan jumlah Suster Medior di Propinsi Jawa maka TPP memutuskan untuk membuat prioritas sesuai dengan Visi Misi Kongregasi. Beliau juga mengharapkan bahwa tali persaudaraan tidaklah putus meskipun SSpS sudah tidak berkarya lagi di Seminari Tinggi Giovanni.



Sr. Ines memberi kata sambutan


Selanjutnya RD Denny menyampaikan bahwa beliau teringat pada apa yang dikatakan Ukup ketika Pater Yosef Freindametz minta ijin untuk masuk SVD: “Sebagai uskup, saya tidak mengijinkan karena Romo adalah gembala yang baik, tapi sebagai orang Katolik saya mengijinkan karena Romo ingin melayani Gereja universal.” Maka Romo Denny ingin meniru ucapan Uskup itu: “Sebagai Rektor, saya tidak mengijinkan para Suster pergi, tapi sebagai orang Katolik, saya merelakan para Suster pergi untuk menjalankan tugas perutusan di tempat baru.”
RD Denny Firmanto-Rektor Seminari memberi kata sambutan
Selanjutnya beliau mengungkapkan niatnya untuk membuat prasasti yang berisi nama dan tahun berkarya semua Suster SSpS yang pernah melayani di sana. Diharapkan suatu saat jika para Suster ingin melakukan napas tilas, dapat menemukan catatan sejarah ini.

Akhirnya Bapak Uskup Msgr. Pandoyoputro O.Carm dalam sambutannya mengungkapkan terima kasih banyak atas totalitas para Suster yang telah melayani di Seminari ini.

Beliau yang juga ditahbiskan sebagai Uskup selama 23 tahun ini masih ingat pada waktu Pater Siprianus Setyawan SVD, dan Rm. Piet Go. O.Carm, selaku Vikjen berkeliling mencari tenaga Suster untuk melayani di Seminari namun tidak ada satu pun Kongregasi yang bersedia, kecuali kongregasi SSpS. Karenanya beliau juga mendukung ide pembuatan prasasti untuk mengenang karya pelayanan para Suster SSpS di Seminari Tinggi Giovanni.

Acara terakhir adalah makan malam yang diawali dengan pemotongan tumpeng oleh Msgr. Pandoyo dilanjutkan dengan ramah tamah.


Sr. Ines menerima potongan tumpeng dari Msgr. Pandoyoputro



Sr. Elisabeth Tei Seran, SSpS
 

No comments:

Post a Comment