“Segala
sesuatu ada waktunya
dan Ia membuat segala sesuatu indah
pada waktunya”.
(Pengktbh 3:1,11)
7
Desember 2012
pkl.
18.30 WIB keluarga besar Seminari
Interdiosesan Giovanni menyelenggarakan pesta perpisahan, untuk
merayakan berakhirnya masa tugas para Suster SSpS Komunitas St.
Gabriel dalam pelayanan bersama para Frater di Seminari.
Pesta
perpisahan untuk para Suster dibuka dengan
lagu-lagu yang
dibawakan oleh para Frater S2, kemudian
dilanjutkan dengan talkshow
yang dipandu oleh
Fr. Iko
dan Fr.
Nevo. Para Suster
yang didaulat sebagai “narasumber” adalah, Sr.
Mikaela, Sr.
Marzellina dan Sr.
Elis.
Talkshow
yang dipandu oeh Fr. Iko dan Fr. Nevo
Berbagai
pertanyaan menarik yang ditujukan kepada “narasumber”, dijawab
oleh para Suster dengan cara yang lugas, sederhana dan bijaksana,
sehingga acara ini berjalan dengan gayeng.
Berikut adalah kutipan talkshow
pada acara perpisahan: “Para Suster
ini selalu tampak cantik-cantik,
apa rahasianya?”sapa
Fr.
Nevo. Sr.
Mikaela kemudian menjawab: “selama
saya melayani di Seminari
ini saya selalu bahagia dan saya bersyukur“.
Frater
kemudian melanjutkan
dengan sebuah pertanyaan; “Ada
ungkapan,
bukan per-pisahan
yang aku tangisi tapi perjumpaan yang aku sesali,
bagaimana
menurut para Suster,
setuju atau tidak dengan ungkapan
itu,
mengapa?”
Sr.
Elis sebagai suster termuda yang ber-gabung
di komunitas memberi jawaban dengan lugas dan cerdas, “saya
pribadi kurang setuju dengan ungkapan itu, saya tidak menyesali
sebuah perjumpaan, karena
bagi saya perutusan yang dipercayakan ke saya di Seminari Giovanni
ini merupakan berkat bagi saya.
Jujur saya juga berat dan sedih
meninggalkan seminari karena saya sudah kerasan,
sekarang saatnya untuk pergi tapi
saya kuat karena ketika kami
meninggalkan seminari telah ada dua
karyawan baru yang melanjutkan dan karyawan-karyawan
lama juga sudah bisa melakukan pekerjaan mereka.
Kami sebagai
suster misi,
siap diutus ke mana saja“.
Sr.
Marzellina juga tidak ketinggalan untuk
memberikan pendapat: “Saya
juga kurang
setuju dengan ungkapan itu.
Saya
juga sedih, saya
ingat para frater ketika butuh
sesuatu selalu minta ke Suster,
atau kalau
lapar selalu ke dapur,
tapi saya rela meninggalkan seminari”.
Kemudian
Sr.
Mikaela menyambung: “jujur
saya merasa berat dan sedih meninggalkan seminari,
tapi kami Suster
misi, siap diutus ke mana saja, dan saya sudah sepuh sudah saatnya
masuk rumah lansia. Kami
juga kekurangan tenaga Suster.
Berkarya di Seminari
Giovanni adalah sebuah pelayanan
untuk membantu gereja-gereja
lokal”.
Apa
harapan para Suster
untuk seminari? tanya
frater sekali lagi pada para suster.
“Harapan
kami Seminari
Giovanni
berkembang, menjadi
tempat pembentukan para imam di daerah-daerah
seperti
Kalimantan yang masih sangat membutuhkan
Imam, para
frater kelak menjadi Imam yang berkualitas,
tidak hanya kualitas untuk pikir
tapi juga hati”.
Setelah
acara talkshow
berakhir, kemudian acara dilanjutkan dengan pemberian
hadiah dari para frater perwakilan per
tingkat dan perwakilan karyawan diterima
oleh ketiga Suster,
perwakilan dari para Imam (Staff Seminari)
diterima oleh Sr.
Mathilde,SSpS.
Acara berikutnya diisi dengan sambutan-sambutan baik dari Sr. Ines
Setiono yang mewakili TPP, RD. Denny Firmanto, Rektor Seminari
Giovanni dan Msgr. H.J. Pandoyoputro, uskup Malang.
Dalam
sambutannya, Sr. Ines meng-ungkapkan terima
kasih banyak atas kepercayaan Bapak Uskup kepada SSpS dan atas
kerjasama yang telah terjalin 23 tahun dengan keluarga besar Seminari
Tinggi Giovanni.
Menyadari keterbatasan jumlah Suster Medior di Propinsi Jawa maka TPP
memutuskan untuk membuat prioritas sesuai dengan Visi Misi
Kongregasi. Beliau juga mengharapkan bahwa tali persaudaraan tidaklah
putus meskipun SSpS sudah tidak berkarya lagi di Seminari Tinggi
Giovanni.
Sr.
Ines memberi kata sambutan
Selanjutnya RD Denny menyampaikan bahwa beliau teringat pada apa yang
dikatakan Ukup ketika Pater Yosef Freindametz minta ijin untuk masuk
SVD: “Sebagai uskup, saya tidak mengijinkan karena Romo adalah
gembala yang baik, tapi sebagai orang Katolik saya mengijinkan karena
Romo ingin melayani Gereja universal.” Maka Romo Denny ingin meniru
ucapan Uskup itu: “Sebagai Rektor, saya tidak mengijinkan para
Suster pergi, tapi sebagai orang Katolik, saya merelakan para Suster
pergi untuk menjalankan tugas perutusan di tempat baru.”
RD
Denny Firmanto-Rektor Seminari memberi kata sambutan
Selanjutnya
beliau mengungkapkan niatnya untuk membuat
prasasti yang berisi nama dan tahun berkarya semua Suster SSpS yang
pernah melayani di sana. Diharapkan suatu saat jika para Suster ingin
melakukan napas tilas, dapat menemukan catatan sejarah ini.
Akhirnya Bapak Uskup Msgr. Pandoyoputro O.Carm dalam sambutannya
mengungkapkan terima kasih banyak atas totalitas para Suster yang
telah melayani di Seminari ini.
Beliau
yang juga ditahbiskan sebagai Uskup selama
23 tahun ini masih ingat pada waktu Pater Siprianus Setyawan SVD, dan
Rm. Piet Go. O.Carm, selaku Vikjen berkeliling mencari tenaga Suster
untuk melayani di Seminari namun tidak ada satu pun Kongregasi yang
bersedia, kecuali kongregasi SSpS. Karenanya beliau juga mendukung
ide pembuatan prasasti untuk mengenang karya pelayanan para Suster
SSpS di Seminari Tinggi Giovanni.
Acara
terakhir adalah makan
malam yang diawali dengan pemotongan
tumpeng oleh Msgr. Pandoyo dilanjutkan
dengan ramah tamah.
Sr.
Ines menerima potongan tumpeng dari Msgr. Pandoyoputro
Sr. Elisabeth Tei Seran, SSpS
No comments:
Post a Comment