PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Wednesday, March 30, 2011

Yogya: Doa bersama di Pondok Pesantren

Para Suster SSpS  yang mengikuti Doa bersama

Selasa, 15 Maret 2011 para suster komunitas Roh Suci Jogyakarta menghadiri doa bersama di Pesantren Senin Kamis Al Fatah, Yogyakarta. Kegiatan ini diselenggrakan oleh Ibu Mariyani pemimpin Pondok Pesantren Waria Yogyakarta bersama dengan teman- teman waria Yogyakarta dengan maksud untuk dapat merangkul keberagaman yang ada baik itu agama, suku bangsa dan gender. Kegiatan ini juga dihadiri oleh keluarga besar Pondok Pesantren Senin Kamis Al Fatah, Jogyakarta, perwakilan dari umat Muslim, Kristen, dan Katolik termasuk para suster SSpS Komunitas Roh Suci Jogyakarta, ibu-ibu dari warga setempat, serta para waria dari Surabaya, Solo, Klaten dan Jogyakarta sendiri baik yang itu yang muslim maupun yang Kristiani. Acara di mulai pada Pk 19.00 WIB dan Mbak Yuni Shara sebagai pemandu dalam Acara ini.



Doa ini dikemas dengan baik sehingga acara berjalan dengan lancar. Sebelum doa pembukaan oleh Kyai Muis, Ibu Mariyani menyampaikan selamat datang dan mensyeringkan tujuan dari kegiatan ini. Ibu Mariyani juga mengungkapkan keprihatinannya atas kekerasan terhadap agama yang beberapa kali terjadi di negara kita, “Mengapa keberagaman justru memecahkan persatuan kita sebagai umat Allah?”, terlebih juga prihatin dengan kondisi kaum waria yang tidak diakui keberadaannya di masyarakat serta menjadi korban kekerasan terkait dengan peristiwa kasus pembunuhan waria di Jakarta yang baru saja terjadi. Acara berikutnya yaitu doa pembukaan dan sambutan dari perwakilan agama Islam yaitu Kyai Muis selaku pendamping pondok pesantren waria. Dalam sambutannya beliau menyampaikan alasannya mengapa bersedia menjadi pendamping bagi kaum waria. Karena melihat bahwa mereka adalah manusia yang butuh untuk diterima dan dihargai, serta kewajiban kita sebagai umat beragama untuk menerima mereka apa adanya. Kyai Muis juga menyampaikan tantangannya ketika menjadi pendamping waria, tetapi tantangan tersebut tidak menyurutkannya untuk tetap menjadi pendamping waria.

Sambutan dan doa berikutnya yaitu perwakilan dari Gereja Kristen Pentakosta oleh seorang pendeta. Dalam sambutannya pak pendeta menyatakan kekagumannya kepada Sang Pencipta karena telah mengumpulkan kita semua ditempat ini untuk berdoa bersama dan menciptakan perdamaian di negeri ini. Sambutan dan doa yang terakhir oleh Rm. Kris, Pr selaku perwakilan dari Gereja Katolik. Dalam sambutannya Rm. Kris, Pr menyampaikan tentang pentingnya menjadi umat beriman yang sejati, yang disampaikan dalam bahasa Jawa “opo sejatining urip lan piye urip kang sejati”. Hal yang terpenting bagi orang katolik ada dua hal yaitu, kita bisa mengasihi Allah dan mengasihi manusia, jika kita bisa mengasihi Allah maka kita juga semakin memanusiakan manusia.

Pada malam ini juga, di komunitas lain yaitu di Kricak digelar tahlilan bersama untuk waria yang meninggal dunia yaitu Jolil Harahap berusia 36 tahun, pada Pk 05.00 WIB di RS. Dr.Sarjito, Yogyakarta dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Sidomulyo, Kricak, yang hadir dalam pemakaman ini yaitu Sr. Imakulata Rahayu, SSpS dan Sr. M. Sanctisima, SSpS. Setelah selesai pemakaman dilanjutkan dengan kunjungan ke rumah Mbak Ninik, salah seorang waria yang baru saja membuka salon dari uang yang dikumpulkan saat dia mengamen selama dua tahun, serta mengunjungi anak angkat Mbak Ninik yang baru saja melahirkan bayi laki-laki.


Sr.M. Sanctisima, SSpS
Infokom no.14, Maret 2011

No comments:

Post a Comment