Komunitas St. Agnes membuat keputusan yang berani
untuk memelihara kehidupan yaitu dengan menerima anak-anak asrama tinggal
bersama dengan para Suster. Anak-anak menempati lantai 2 dan 3 Komunitas St. Agnes sedangkan
para Suster di lantai 1. Hal ini disebabkan karena banyak anak perempuan yang
berasal dari luar Surabaya maupun luar pulau yang ingin mendapat pendidikan
yang baik. Mereka ada yang berasal dari Madura, Papua, Palangkaraya, Jember dan
lain-lain.
Kehadiran anak asrama dengan kebiasaan-kebiasaannya:
misalnya: saat anak-anak asrama menjemur handuk atau pakaian, tidak betul,
miring-miring tidak karuan, menutup pintu dengan keras, berbicara dengan suara
keras apalagi pada waktu istirahat,
tidak membersihkan rambut yang jatuh di kamar mandi dan lain-lain. Tidak
kenal silentium! Keberanian
untuk memulai
suatu karya baru ternyata membutuhkan
keberanian juga untuk belajar terus-menerus: mengenal diri, orang
lain, menerima setiap pribadi, mengendalikan diri dan bersabar.
Memelihara kehidupan bukan saja urusan jasmani,
pendidikan tetapi juga memelihara rohani mereka. Kegiatan doa ataupun Misa yang
diadakan di asrama membuat beberapa anak merasa
terkesan dan rindu berelasi dengan Tuhan.
Saat mereka belajar dan bermain mereka merasa sangat letih tetapi ketika
diimbangi dengan berdoa, menjadi tenang saat belajar. Menurut salah seeorang
yang sudah keluar dari asrama dan masih menjalin relasi, bahwa doa penting dan
jauh dari Gereja menjadi kering.
Suatu hari pernah kebobolan, satu anak asrama menjadi korban dari facebook, dan
hamil dengan seorang pemuda, ia ingin menggugurkan kandungan tetapi
karena berkomitmen pada kehidupan maka anak tersebut dinasihati agar
tidak menggugurkan
kandungannya dan berusaha mempertahankan
kehidupan dengan segala resiko.
Memelihara kehidupan bukan hanya memperhatikan
manusianya saja tetapi lingkungan sekitar
dengan aksi ramah lingkungan, misalnya dengan program biopori
dan pemilahan sampah. Suster-suster yunior komunitas St.
Agnes dan distrik mengawali kegiatan pembuatan lubang biopori, yang kemudian
disharingkan ke mana-mana baik di lingkungan komunitas SSpS maupun di luar
komunitas SSpS misalnya: di KGN/KGP, Warga Pondok Wage.
1.
Pencerahan
budi/pembelajaran:
berani membuat langkah awal, semakin
mengenal diri dan memahami orang lain, bersabar.
2.
NILAI-NILAI
KEHIDUPAN yang telah dihayati Komunitas untuk menjadi Saksi-saksi Kristus dalam
misi-Nya demi Kehidupan dalam bidang:
Spiritualitas:
·
Semangat
berbagi
·
Ketekunan & kesetiaan berdoa
3.
Hidup Kaul sebagai
murid-murid Kristus:
·
Kaul
kemurnian: Keterbukaan menerima siapa saja (inklusif), persaudaraan
·
Kaul
kemiskinan: menerima apa adanya
·
Kaul
ketaatan: setia menerima menjalankan tugas
4.
Hidup Komunitas:
·
Saling
mengampuni
·
Saling
menerima dan memberi
·
Kebersamaan
5.
Pelayanan
Misi/Kerasulan:
·
Siap
sedia
·
Kepedulian
kepada yang membutuhkan
·
Keperempuanan
6. HARAPAN-HARAPAN
DI MASA DEPAN UNTUK SEMAKIN DIDAYAI OLEH ROH
KUDUS UNTUK BERBAGI KABAR GEMBIRA DI TENGAH-TENGAH MASYARAKAT
·
Kesaksian
hidup yang menunjukkan
SSpS yang bahagia dan gembira
·
Spiritualitas
Kongregasi semakin berakar dalam karya kerasulan
·
SSpS
semakin dikenal dan banyak
panggilan
Sr. Ruth SSpS
Pemimpin Komunitas St. Agnes, Surabaya
Infokom Edisi 42 - Januari 2015
No comments:
Post a Comment