PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Thursday, January 2, 2014

Surat dari Probanis


HIDUPLAH ALLAH TRITUNGGAL DALAM HATI KITA 
DAN DALAM HATI UMAT MANUSIA


Photo di depan biara Rubiah Benedictin – Bello, Kupang. Sehabis pengolahan. 
Barisan belakang dari kanan: Sr. Merry, Sr Angela, Sr Magdalena, Sr. Agnes, Sr Theresia Jadul.
Barisan depan dari kiri: Sr. Yenita Luruk, Sr Ovi, Sr Kresensia, Sr Mawar.

Ytk. Sr. Ines dan Para Suster,

Salam dalam kasih Allah Roh Kudus,

Selamat Natal dan Tahun baru. Apa kabar Suster? Semoga  semua dalam keadaan baik dan bahagia. Kabar saya di Timor juga baik dan sehat. Maaf saya baru bisa berkirim kabar berita sekarang ini. Sebenarnya sebelum Natal saya telah sempat-kan  mengirim email tetapi ternyata tidak terkirim. Harap maklum di sini akses internet cukup sulit.

Sr. Ines dan para suster yang terkasih, pada kesempatan ini saya mengucapkan limpah terima kasih atas doa-doa yang dipanjatkan pada hari ulang tahun saya tanggal 19 September yang lalu. Saya senang dan merasa bersyukur menerima kiriman kartu ucapan selamat ulang tahun dari komunitas-komunitas sebagai bentuk perhatian, cinta dan dukungan para suster. Semoga Tuhan mengganjari para suster dengan rahmat yang melimpah.

Saya senang menjalani masa probasi di Timor bersama delapan suster lain dalam pendampingan Sr. Teofila. 4 suster dari Provinsi Timor, 2 suster dari Flores Timur, 2 suster dari Flores barat dan saya sendiri dari Provinsi Jawa. Sementara suster yang dari regio Timor Leste memilih bergabung dengan probasi di Australia, mereka ada 3 suster, baru dimulai bulan Januari 2014.

Sejak berangkat tanggal 6 September lalu, saya selalu merasakan penyertaan Tuhan lewat orang-orang yang baik dan meno-ong saya. Pada waktu tiba di Kupang, saya dijemput Sr. Emiliana dan menginap di Komunitas Study di Liliba, kemudian besoknya bersama 2 suster yang dari Flores Timur melanjutkan perjalanan ke Halilulik dengan Bis dan perjalanan ditempuh selama 7 jam.

Probasi gabungan Timor baru dibuka secara resmi tgl 10 September 2013, sebelumnya direncanakan tgl 8 September 2013, tetapi ditunda karena Sr. Teofila masih menghadiri misa 40 hari meninggal Ibunya di Kupang. Kegiatan probasi dimulai dengan proses community buil-ding selama 3 hari.

Kami berkesempatan ikut merayakan 100 tahun SVD berkarya di Timor dan terlibat dalam beberapa event yang luar biasa meriah sebagai puncak perayaan 100 tahun SVD Timor Indonesia. Tanggal 14 September 2013 kami mengikuti acara pawai obor dan perarakan salib misi dari Provinsialat SVD di Nenuk menuju Gereja Katedral di Atambua. Acara ini diikuti seluruh umat Keuskupan Atambua, para biarawan/ti, keluarga SVD dan undangan dari luar pulau. Kami bersembilan mengikuti pawai dari start sampai finish dengan berjalan kaki mulai pkl 18.00 sampai pkl 23.30 WITA. Setiap orang membawa obor yang terbuat dari bambu. Seluruh jalan raya diblokir untuk jalannya rombongan pawai. Sungguh pengalaman luar biasa untuk saya. Selama perjalanan, saya melepas sepatu supaya kaki tidak lecet. Setibanya di Katedral saya bertemu Sr. Maria dan Sr. Agusta sebagai utusan SSpS Jawa. Malam itu kami kembali ke Halilulik naik bemo.

Tgl 15 September 2013, kami masih mengikuti acara penyambutan Duta Vatican dan Superior General SVD di Nenuk (Provinsialat SVD) diteruskan dengan penandatanganan prasasti 100 tahun SVD Timor dan dilanjutkan dengan makan malam bersama. Tgl 16 September 2013, kami juga ikut perayaan Misa Syukur puncak perayaan 100 tahun SVD Timor di Katedral Atambua dipimpin oleh Uskup Atambua, dihadiri juga oleh Duta Vatican dan Superior General SVD. Ada kurang lebih 300 Imam yang turut hadir dan conselebrasi pada perayaan Misa hari itu.

Pemandangan yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Diperkirakan umat yang hadir 10 ribu orang, diiringi koor yang sangat meriah dan setiap lagu juga diiringi dengan tarian oleh anak-anak. Acara ditutup dengan makan siang bersama seluruh umat yang hadir. Aspiran, Novis dan Probanis berbahagia karena ditunjuk menjadi TPP (Tim pencuci Piring) hehehe…. Mungkin kurang lebih 2000 piring yang kami cuci belum termasuk sendok dan lain-lain. Saya senang sekali mengalami itu semua.

Tgl 29 September 2013 kami berangkat ke Bello-Kupang untuk memulai proses pengolahan (analisa pribadi) dan kembali lagi tgl 18 Oktober. Syukur, semua ber-jalan dengan baik. Saya rasa beruntung dapat menginjakkan kaki di Timor Leste meskipun tanpa Paspor dan Visa. Tgl 17 November 2013 lalu kami mendapat kesempatan rekreasi setelah menyelesaikan paket studi Pastoral OMK. Berkat bantuan seorang Pater SVD yang berkarya di Timor Leste, kami diizinkan masuk Timor Leste. Sempat mengunjungi bekas rumah Postulan SVD yang sekarang akan menjadi sekolah. Karena  tanpa Paspor dan Visa kami boleh jalan-jalan terbatas  dan didampingi dua tentara perbatasan Indonesia Timor Leste yang baik hati. Kami membawa bekal makan siang dari komunitas dan makan di “luar negeri” (Timor Leste).

Kami telah membuka Tahun Yobel, awal dari rangkaian kegiatan perayaan ke-125 Kongregasi kita. Kegiatan dimulai dengan rekoleksi pada tgl 7 Desember 2013 (setelah makan malam) karena siang harinya kami masih merayakan Ekaristi pengikraran kaul pertama 3 suster. Pembukaan tahun Yobel untuk Provinsi Timor dipusatkan di Halilulik, dihadiri perwakilan tiap-tiap komunitas. Seusai di buka di Halilulik, tiap-tiap komunitas diminta membuat acara pembukaan juga dengan materi yang sama. Semua acara berjalan cukup hikmat dan meriah.

Rangkaian acara ditutup dengan perayaan Ekaristi dipimpin oleh Provinsial SVD Timor. Aspiran, Novis, Probanis dan beberapa suster muda lainnya menjadi tim Paduan suara. Renungan-renungan yang disajikan dalam mengawali pembukaan tahun Yobel begitu menyentuh. Kekagum-an akan spiritualitas generasi pendiri kita makin dalam. Betapa lahirnya, tumbuh dan berkembangnya Kongregasi kita ini sungguh-sungguh merupakan karya Agung Allah melalui para pendahulu. Dalam refleksi, para suster menyadari betapa keheningan menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditawar di tengah situasi jaman kita, untuk dapat meneruskan kesetiaan pendahulu kita dan agar apa yang kita wujudkan benar-benar kehendak Allah sendiri. 

Saya turut merasa kehilangan karena kepergian Sr. Yakobina.  Sr. Teofila mengabari saya sehari setelah kepergian beliau. Kami semua berdoa untuk beliau. Saya percaya Allah telah menganugerahkan Cinta yang sempurna kepada Sr. Yakobina dan beliau akan menjadi pendoa kita.

Kami bersembilan mendapat kesempatan memberi pembinaan dan rekoleksi persiapan Natal di beberapa sekolah (SD, SMP SMA) dan kelompok OMK selama 1 minggu. Saya tinggal di rumah satu keluarga. Saya diterima baik, dan dianggap sebagai anak. Pada waktu akan kembali ke Halilulik, mereka memberi saya oleh-oleh beras satu karung besar, dan sepasang kain adat. Saya senang bersama umat di sana, meskipun banyak yang belum bisa bahasa Indonesia. Bapa dan mama tempat saya tinggal setia menjadi translatter sehingga kami bisa saling bercerita dan bercanda.  Beberapa kali, waktu luang di sore hari, saya gunakan untuk jalan kaki di sekitar kampung tempat saya tinggal. Biasanya selalu banyak anak-anak kecil yang meng-ikuti saya. Beberapa anak yang masih takut-takut memaksa mamanya ikut juga mengikuti rombongan kami. Anak-anak mengajari saya berbahasa Tetum. Setelah pembinaan  kami merayakan Natal di stasi-stasi karena diminta membantu selama Natal (asistensi). Kami bertugas membantu Natal di 4 paroki.

Suasana Natal yang saya alami sangat meriah. Umat yang datang juga sangat banyak, sehingga waktu membagi komuni cukup lama. Saya harus bertahan berdiri agak lama dan membagikan komuni, tetapi hati senang melihat begitu banyak umat yang merayakan Natal. Para perantau dan TKI banyak yang pulang merayakan Natal di kampung. Selain kegembiraan, kami juga mengalami suatu kejutan di hari Natal yang lalu, mungkin sebagian para suster sudah mendengar. Dua suster yang membantu di Paroki Manamas, daerah Kefa, mengalami kecelakaan mobil waktu perjalanan dari paroki ke stasi. Pagi itu 26 Desember 2013, bersama Rm Leo, mereka berangkat untuk merayakan Ekaristi Natal kedua. Sekitar pukul 07.30 WITA, setir mobil tidak dapat dikendalikan lagi dan mobil jatuh ke jurang. Rm Leo dan Sr. Merry (Flores Barat) hanya mengalami memar dan lecet kecil, sedangkan Sr. Angela Tenis (Timor) mengalami patah tulang di dekat rahim.

Kami semua terkejut dan sedih melihat keadaan Sr. Angela, tetapi syukur mereka dapat segera tertolong. Sr. Angela dirawat di RSK Marianum Halilulik, dengan peng-obatan medis dan pengobatan tradisional. Pengobatan Tulang ala tradisi Timor (mereka sebut “kakalut”), dijalankan selama 3 hari. Setelah hari ketiga Sr. Angela sudah mulai latihan duduk. Keadaannya sudah makin membaik, tetapi perawatan medis tetap berjalan. Tiap malam kami berdua-dua bergantian ber-jaga di rumah sakit. Senang karena setiap hari keadaannya makin membaik. Sr. Yenita Luruk, yang dulu kuliah fisioterapi di STIKES St. Vincentius a Paulo, membantunya untuk menjalani fisioterapi. Kami probasi sama-sama di sini.

Begitu dulu para Suster, sharing peng-alaman dari saya, mungkin cukup panjang karena cerita banyak pengalaman. Saya tetap mohon dukungan doa dari para Suster untuk kami di Timor, saya senang bisa berbagi cerita dengan para Suster. 

Sr. Ines dan para suster, demikian sharing dari saya, banyak salam dari para suster Probanis dan dari Sr. Teofila dan juga dari para Suster di Halilulik. Kita satu dalam doa, khususnya untuk persiapan Kapitel Umum yang akan datang. Tuhan selalu memberkati kita. amin

Salam, doa dan kasih
Sr. Mawartina Sidabutar SSpS


 Infokom Edisi 34 - Februari 2014



  

No comments:

Post a Comment