PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Tuesday, October 29, 2013

CUPLIKAN CERITA YAYASAN ARNOLDUS



 I.         Perjalanan Karya Misi Yayasan Arnoldus Tahun 2010 – 2013:

“MOVE ON....!!!”

Tiga tahun terakhir ini, Yayasan Arnoldus bergerak dinamis bersama ketiga unit karya yang diselenggarakannya. Masing-masing bergulat, berbenah dan bergerak maju dalam gempita semangat perubahan yang semakin mengerucut pada upaya menjadikan keselamatan pasien sebagai fokus pelayanan.

Meski ada torehan sejarah yang nampaknya kelam, yaitu penutupan RB/KIA Pantisila Singaraja Bali yang telah melayani selama 60 tahun,  namun setelah melewati saat-saat berat dalam menimbang dan mengevaluasi realitas yang ada, maka dalam kepercayaan yang mendalam pada penyelenggaraan Allah, dengan besar hati kami melakukannya.


Berorientasi pada kebutuhan setempat, kini karya kerasulan berganti dengan pelayanan penitipan bayi dan anak-anak, yang per-lahan tapi pasti, bertumbuh sebagaimana Allah menghendaki kehadirannya, meski penyelenggaraannya tidak lagi di bawah Yayasan Arnoldus.

Memang beberapa program pemerintah seperti penggalakan Bidan Desa dan Jam-persal memberi dampak atas unit karya kita di bidang RB/KIA. Tidak seperti RB/KIA Pantisila yang harus undur diri, RB/KIA Margi Rahayu masih mempunyai harapan untuk bertahan tetapi tentu saja kita dituntut untuk lebih kreatif dan proaktif. Maka, dengan dukungan dana pinjaman dari Provinsi, dilakukanlah renovasi bangunan yang ada khususnya untuk membuat gedung Margi Rahayu lebih terlihat dari jalan.

Di sisi lain, tuntutan pemerintah makin ketat terhadap pelayanan kesehatan. Margi Rahayu yang ditetapkan sebagai Klinik Utama karena mempunyai pelayanan dokter spesialis, harus memenuhi banyak persyaratan, antara lain ketersediaan tenaga-tenaga profesi memadai seperti Apoteker penanggung jawab, dan juga fasilitas-fasilitas seperti Instalasi Pengo-lahan Limbah cair. Syukur ada seorang suster yang berkompeten dan bersedia menjadi Apoteker penanggung jawab meskipun harus mendapat tambahan pekerjaan ekstra.

Jumlah pasien yang masih belum men-ukupi menjadi hambatan dalam pening-katan kesejahteraan karyawan di Margi Rahayu, yang berikutnya menambah tingkat turn over tenaga profesional/ bidan-bidan kita. Maka pekerjaan “mar-keting” menjadi tantangan tersendiri.

RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya, sebagai salah satu unit Yayasan yang lain, dengan “nama besar” nya, juga mempunyai pergulatannya sendiri. Kesadaran akan tuntutan pelayanan kesehatan yang semakin kompleks dewasa ini, menantang mereka untuk berbenah diri, bergerak maju menuju Rumah Sakit Pilihan, yang menjadi mimpi mereka. Mimpi akan berhenti menjadi mimpi jika tidak didukung kerja keras.  Berdirinya rumah sakit-rumah sakit baru menempatkan kita pada posisi head to head dalam “berebut” pasien dan tenaga professional khususnya perawat. Di Surabaya dan sekitarnya saat ini terdapat tidak kurang dari 53 rumah sakit, dan ijin pendirian rumah sakit masih belum ditutup.

Kebutuhan akan gedung medis untuk ICU yang makin mendesak memberanikan pihak manajemen  untuk merencanakan pembangunannya di tahun mendatang. Di sini ketepatan perhitungan anggaran mendapat tantangan, mengingat dana yang pas-pasan dan komitmen membangun tanpa hutang. 

Di tahun 2010, kita telah berhasil mendapat akreditasi penuh 16 pelayanan, dan akreditasi berikutnya telah di ambang pintu, dengan metode yang mengacu pada akreditasi internasional yang tentu saja lebih menantang.

Menyambut akreditasi baru yang berfokus pada keselamatan pasien ini, seluruh jajaran RSK St. Vincentius a Paulo berusaha untuk bekerja sesuai standar yang ada. Dengan segala keterbatasannya, khususnya dalam hal tenaga programmer, Sistem Informasi Rumah Sakit yang sudah ada disempurnakan secara terus-menerus.

Proses berbenah mengantar pada kesadaran, bahwa tidak cukup hanya “serving” tapi harus sampai pada “caring” dalam memberi pelayanan kepada pasien. Asuhan keperawatan yang baik perlu dibarengi dengan semangat “Serve with Joy” dalam pelaksanaannya. Spiritualitas “hati yang penuh syukur” diusahakan untuk ditanam-tumbuh-kembangkan dalam setiap kesempatan yang ada, seiring dengan usaha memenuhi harapan Kongregasi bahwa unit-unit karya kita semakin missioner dan berkomitmen pada kehidupan.

Kurangnya donatur menantang kita untuk tetap menghidupi semangat berbagi. Kepekaan akan gerakan Roh sangat dibutuhkan saat menghadapi pasien yang meminta/membutuhkan bantuan. Bisa jadi permintaan keringanan yang hanya satu juta rupiah tidak diluluskan tetapi pasien lain diberikan pembebasan hingga dua ratus juta rupiah. Dan memang pada Kenyataannya, setiap tahun selalu ada titipan Allah yang meminta kemurahan hati kita secara ekstra, dan Allah yang Mahamurah yang membalasnya dengan berlipat ganda.

Akhirnya, ketidakpastian yang menghadang pelayanan kesehatan adalah Undang-Undang Jaminan Kesehatan Semesta yang rencananya mulai diterapkan tahun 2014 namun peraturan pelaksanaannya masih belum jelas benar. Beberapa strategi sudah disiapkan antara lain dengan memperkuat Rawat Jalan, namun masih banyak yang menjadi kendala antara lain keterbatasan dana dan tenaga kerja.

II.      Pencerahan budi / pembelajaran dari usaha-usaha pengaturan yang telah dilakukan :

PERSONALIA :
  1.  Disadarkan kembali bahwa tertib administrasi dalam tata kelola yang  sistematis dan terintegrasi dengan seluruh proses pelayanan perlu terus diupayakan dan dikembangkan guna peningkatan mutu pelayanan.
Misalnya :

  • kesetiaan untuk melayani sesuai dengan Standar Prosedur Opera-sional  yang  telah ditetapkan. 
  •  pemanfaatan tekonologi informasi (RM Virtual, data-base, Aerocom, Barcode makan, sistem on-line, dokumen scanner untuk penilaian karyawan, digital laser)

2.       Semakin dirasakan oleh para karyawan, pentingnya semangat “Serve with Joy”, dalam pelayanan kepada pasien dan keluarganya, khususnya yang bertugas di “front-line” atau garda depan pelayanan. Tidak cukup hanya “serving” tapi harus sampai pada “caring” dalam memberi pelayanan kepada pasien.
3.      Kepercayaan yang semakin mendalam pada penyelenggaraan Allah, yang terbukti selalu memberi kehidupan, meski harus menutup unit karya yang dinilai sudah tidak relevan lagi.

      KEUANGAN :
  1.   Pentingnya bekerja strategis dengan perencanaan dan pengendalian yang baik
  2. Pentingnya mengikuti perkembangan baik situasi perumah-sakitan maupun peraturan-peraturan yang ada termasuk keuangan dan perpajakan.
  3. Bergantung hanya pada Allah. “Keep in touch” dengan Allah sendiri dalam segala hal (pola hidup disermen).

III.             Nilai-nilai kehidupan yang telah berkembang dalam bidang :

       PERSONALIA :
  1. Keselamatan pasien telah menjadi fokus dan komitmen pelayanan, serta diupayakan menjadi budaya di unit karya masing-masing.
  2.  “Blamming-Culture” perlahan-lahan mampu dikikis dengan kesadaran, bahwa keselamatan pasien terjadi karena peran serta setiap unit dan bagian sebagai satu mata rantai pelayanan holistik.
  3. Kebiasaan beraktivitas dalam tim menumbuhkan “interconected”, semangat persaudaraan, penghargaan terhadap keberbedaandan kerja sama yang sinergis di antara para karya-wan dan juga di antara unit/ bagian yang ada.

KEUANGAN :
  1. Bisa membantu pasien tidak mampu yang membutuhkan biaya tinggi sekali yang sulit sekali mendapat bantuan dari pihak lain.
  2. Bisa memberikan pinjaman dengan bunga sangat ringan kepada karya-wan yang membutuhkan rumah atau untuk renovasi rumah.
  3. Bisa memulai peremajaan alat-alat mahal yang sudah tua.

IV.        Harapan-harapan di masa depan :
  1. Melalui aktivitas pelayanan sehari-hari maupun kegiatan pengembangan karakter, setiap karyawan dapat  mengalami kepenuhan hidup sebagai pribadi yang dipanggil dan diutus Allah.
  2. Setiap karyawan mampu menghayati perannya sebagai mitra misi para suster SSpS dalam perutusan yang satu dan sama.
  3. Mampu hadir sebagai unit karya yang misioner, dengan kekhasan yang semakin dirasakan oleh masyarakat, yaitu totalitas komitmennya pada kehidupan.

Sr. Lusia Wahyuni SSpS
Ketua Yayasan Arnoldus

No comments:

Post a Comment