PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Thursday, February 23, 2012

Timor : Surat dari sebrang

Para Suster yang terkasih saya ingin berbagi pengalaman tentang kegiatan Peace Program yang diadakan di Timor. Kegiatan ini terdiri dari Peace Building, Gender, Trafficking, kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, inilah yang kami geluti selama tiga tahun ini. Mengapa begitu besar antusiasme dari semua kalangan membicarakan persoalan perdamaian terutama yang berkaitan dengan Perempuan?
Foto Sr Sisilia Agung SSpS bersama
dengan Tim UNHCR

Salah satu alasan utama adalah karena Badan Dunia PBB telah membentuk sebuah Dewan yang bertanggungjawab untuk perempuan, keamanan dan perdamaian, sebagai realisasi dari resolusi SCR 1325 pada bulan Oktober Tahun 2000. Resolusi ini menekankan pentingnya Pembangunan Perdamaian (Peace Building) yaitu yang menjamin keamanan masyarakat sipil, pendirian rekonsiliasi dan repatriasi yang efektif dan proses-proses peradilan yang efisien, reintegrasi para pembrontak untuk kembali ke masyarakat atau negaranya, relokasi orang-orang yang hilang, rekonstruksi ekonomi dan pembangunan, kelestarian lingkungan hidup, penciptaan sistim peradilan, militer, penegakan hukum yang berkeadilan gender, mendukung partisipasi masyarakat sipil, reformasi hukum kepemilikan tanah dan property, transformasi budaya-budaya atau tradisi-tradisi atau norma-norma dan keyakinan-keyakinan yang tidak mendukung kesetaraan gender, Trafficking, kekerasan terhadap perempuan dan anak. Pembangunan Perdamaian (Peace Building) sangat berbeda dengan penjagaan perdamaian (Peace Keeping), yang berhenti pada saat penghentian konflik senjata selesai atau penandatanganan sebuah perjanjian damai dan tidak memikirkan upaya-upaya pembangunan perdamaian yang bersandarkan pada harkat dan martabat manusia yang terkandung dalam hak-hak asasi manusia.




Dalam situasi konflik dan dalam upaya membangun kembali perdamaian, kelompok perempuan memegang peranan yang penting. Potensi masyarakat sipil inilah yang kami kembangkan dalam program selama tiga tahun ini, melalui seminar, workshop, training, Fokus Group Diskusi, Perlombaan, pemberdayaan ekonomi, sosialisasi berbagai undang-undang yang berkaitan dengan hak perempuan dan anak, Rekonsiliasi dan repatriasi. Program Peace Building ini kami implementasikan dalam kegiatan-kegiatan yaitu :
  1. Workshop Peace Building 2 kali,Workshop Sistim Peradilan Pidana Terpadu 1 kali kerjasama dengan UNFPA, 
  2. Workshop Membangun Simpul Jaringan dengan IBSI dan IKKR. Seminar tentang HIV/Aids, Trafficking, kekerasan terhadap perempuan dan anak beberapa kali, keseluruhan jumlah peserta Workshop dan Seminar 978 orang selama 3 tahun.
  3.  Pelatihan Pendidikan Pencegahan Trafficking dan ketrampilan 12 kali dengan jumlah peserta keseluruhan 357 orang
  4. Sosialisasi tentang Koperasi Perempuan 83 orang
  5. Pelatihan untuk perempuan dan anak korban kekerasan dan trafficking 3 kali sebanyak 108 orang.
  6. Repatriasi dan Rekonsiliasi/mengantar pengungsi pulang ke Timor Leste selama 3 tahun sebanyak 282 orang,terakhir 4 Oktober saya antar ke Alas Same,Timor Leste 2 hari 1 malam perjalanan pulang pergi dari Atambua.
  7. Pendampingan Perempuan dan anak korban kekerasan dan trafficking 194 orang
  8. Fokus Group Diskusi/FGD tentang Trafficking 5 kali 157 orang
  9. Pembuatan Kalender dan Kaos Trafficking dan perdamaian untuk 550 orang
  10. Program Keaksaraan Dasar dan Keaksaraan Usaha Mandiri kerjasama dengan Dinas PPO Kabupaten dan Propinsi Nusa Tenggara Timur 30 klp.300 orang.
  11. Play Group kerjasama dengan Dinas PPO Kabupaten dan Propinsi Nusa Tenggara Timur 20 orang.
  12. Bantuan Emergensi untuk 300 orang
  13. Mediasi untuk 10 kasus yang dihadiri oleh 103 orang.
Keseluruhan yang menerima pelayanan langsung dari kami selama tiga tahun ini sebanyak 3.582 orang, belum termasuk mereka yang ikut seminar, workshop atau pelatihan biasanya kami tugaskan untuk menyampaikan kepada keluarga, tetangga dan kelompok yang kami dampingi, paling tidak 1 orang kepada 5 orang, bahkan ada yang membuat seminar kembali. Pada program ini kami juga membangun sistem jaringan kerjasama dalam menangani kasus-kasus trafficking, kekerasan terhadap perempuan dan anak serta memberdayakan perempuan untuk menghadapi konflik dan membangun kembali kehidupan yang telah hancur akibat dari konflik itu terutama akibat dari konflik tragedi Timor Timur. Sebab di dalam konflik perempuan dan anak-anak termasuk kelompok yang rentan dan sering kali menjadi korban kekerasan yang berbasis gender, baik kekerasan fisik maupun kekerasan seksual dan ketika konflik berakhir perempuan jarang diajak ke meja perundingan untuk membicarakan masa depan negara,daerah, keluarga maupun diri mereka. Apalagi terlibat dalam pembangunan daerah mereka. Namun dalam program kami ini yang didukung dana oleh CMC, kami menjadikan perempuan sebagai subyek pembangunan perdamaian, karena perempuanlah yang mampu bernegosiasi ke Timor Leste untuk merajut kembali situasi dan kondisi yang telah hancur. Oleh karena itu pada kesempatan yang berharga ini kami mengucapkan Puji syukur kepada Allah yang mahabaik yang senantiasa melindungi kami selama program ini,juga terimakasih berlimpah kepada CMC yang telah memberi dukungan moril dan financial, Rasa syukur dan terimakasih itu kami juga sampaikan dalam doa bersama legio Maria, pekerja Anak yang kami dampingi selama ini. Kami mendoakan donatur, semua pihak yang telah mendukung kami, yang bekerjasama dengan kami, yang pernah mengikuti kegiatan kami semoga Tuhan memberkati mereka semua. Kami juga tidak lupa mendoakan mereka yang kurang atau tidak memberikan dukungan pada kegiatan kami.


Salam dan doa
Sr.Sesilia SSpS
Infokom edisi ke-03, Februari 2012

No comments:

Post a Comment