PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH

di Jawa-Bali-Lombok-Sumatra-Papua, INDONESIA

Friday, March 30, 2012

GHANA : Surat dari Misi

YTh : Sr. Ines, SSpS
Dan Para Suster,

Salam dari Ghana !
Para Suster terkasih, bagaimana kabarnya? keadaan kami baik. Terima kasih banyak untuk kiriman berita melalui Infokom yang sangat memberikan semangat bagi kami. Saat membaca bahan renungan yang diberikan oleh Rm. Paul Suparno SJ tentang ''Panggilan Hidup Bakti dan Tantangan di Era Globalisasi dan Teknologi'' di hari Raya Yesus dipersembahkan di Bait Allah, saya menjadi teringat kembali judul dan juga kegiatan di Keuskupan-Ghana dengan tema Religious Pastur, Bruder dan Suster. Keuskupan tempat kami tinggal sudah berusia 11 tahun tetapi kami baru berkarya di sini 3 tahun lalu.



Para Suster terkasih ini, sedikit saya mau berbagi. Tahun ini tampaknya Tuhan mau berbicara kepada kita di seluruh dunia untuk melihat kembali unsur dan maknanya panggilan kita. Dalam seminar yang saya ikuti yang sebenarnya pembicaranya adalah Uskup dari Afram Plain tetapi karena ada tugas lain maka pimpinan umum yang memberikan. Satu kata yang sangat mengesan bai saya dalam seminar tersebut adalah SWOT. S: Strength, W: Weakness, O: Opportunity, T: Threat. Bukan saja para Biarawan-Biarawati yang terpengaruh globalisasi dunia saat ini. Di Gereja kaum muda hanya sepertiga yang hadir dibanding dengan kaum tua. Di Paroki-paroki juga merasa kesulitan untuk mengajak kaum muda berpartisipasi dalam menghidupkan kembali aktifitas mereka. Sebagai tindakan yang kami buat yaitu mengingatkan agar tidak terbawa arus dunia tetapi selalu waspada dan melihat kembali sejauhmana globalisasi dunia itu membantu, namun kenyataannya mereka sulit menerima kritik maupun saran.

Selain kata SWOT, yaitu kata CULTURE, C: where is your Creative value. U: Understanding, L: Live to love , love to live, T: Transform (something to be come relevant), U: Unvei, R: Reality, E: Establish safety and security. Kata kunci tersebut mengingatkan bahwa dalam hidup ini dari masing-masing kita tidak mungkin akan menghilangkan atau meremehkan kebudayan. Bagaimanapun pilihan, motifasi dan tujuan hidup kita masing-masing, walaupun kita berpindah dari satu negara ke negara lainnya, kebudayaan yang kita hidupi sejak awal akan membentuk kita. Sehubungan dengan hal ini kami semua yang hadir diajak agar tetap menghargai kebudayan yang berharga dari masing-masing, bagaimanapun globalisasi dunia yang terus menyerap perhatian kita. Sebagai penutup dalam kegiatan ini, kami diberi satu pertanyaan yaitu ''how can the religious face the challenges concretely?’

Para Suster terkasih sekian dulu kabar dari kami. 


Satu dalam Doa dan Karya.
Sr. Andrea.
Infokom edisi ke-05, Maret 2012

No comments:

Post a Comment